Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara NATO di Kosovo siap menghadapi situasi apa pun jika kekerasan serupa yang baru-baru ini muncul, mengancam perdamaian. Komandan blok militer Barat itu pada Senin malam, 19 Juni 2023, memastikan perihal ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami berencana menghadapi keadaan apa pun. Itulah alasan mengapa kami menerima pasukan tambahan. Kami tidak bereaksi, kami bertindak," kata Angelo Michele Ristuccia, komandan pasukan NATO atau yang dikenal sebagai KFOR, kepada wartawan dari markasnya di pinggiran Pristina.
NATO memutuskan mengerahkan 700 tentara tambahan dan menempatkan batalion lain dalam siaga tinggi sehingga kekuatannya menjadi sekitar 4.511. Blok militer ini, telah menjaga Kosovo sejak perang berakhir pada 1999.
Sekitar 30 tentara penjaga perdamaian NATO yang membela tiga balai kota di Kosovo utara terluka dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa Serbia pada akhir Mei 2023 dan 52 pengunjuk rasa luka-luka.
Ristuccia mengatakan situasi masih sangat tegang, meski relatif tenang dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, tidak ada solusi militer saat ini karena satu-satunya cara untuk menyelesaikan situasi ini adalah keputusan politik yang didasarkan pada keinginan kedua belah pihak untuk menormalkan hubungan mereka.
“Tapi pertama-tama de-eskalasi," kata Ristuccia menyerukan.
Bagian utara Kosovo, yang sebagian besar dihuni oleh etnis Serbia, telah mengalami ketegangan terburuk sejak negara itu mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008.
Kekerasan meletus pada bulan lalu menyusul terpilihnya warga keturunan etnis Albania sebagai Wali Kota dalam pemilihan lokal dengan tingkat partisipasi 3,5 persen. Serbia yang merupakan mayoritas di wilayah itu memboikot pemungutan suara.
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah meminta Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti agar menarik Wali Kota dan mencopot polisi khusus yang digunakan untuk menempatkan mereka.
Kurti telah mengajukan tuntutannya sendiri dan keadaan semakin meningkat minggu lalu. Saat itu, Serbia menangkap tiga petugas polisi Kosovo di daerah perbatasan dalam keadaan yang dipersengketakan dan memerintahkan penahanan lanjutan selama sebulan.
Kosovo mengatakan ketiganya ditangkap di dalam wilayahnya oleh petugas Serbia yang melintasi perbatasan. Beograd mengatakan mereka ditahan di dalam Serbia.
"Kami di sini untuk menghindari situasi memburuk dan meredakan ketegangan...Satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan tergantung pada kemauan politik kedua belah pihak," kata Ristuccia.
Sekitar 50 ribu warga Serbia yang tinggal di bagian utara menolak keputusan Pristina dan menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka.
REUTERS
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.