Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kota Suci Panas Lagi

Kekerasan meningkat antara militer Israel dan pemuda Palestina. Akibat perebutan tempat suci yang tak pernah selesai.

12 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abdul Rahman Shadi, 13 tahun, baru pulang dari sekolah ketika melewati Masjid Bilal bin Rabah di pinggiran utara Betlehem, sekitar 500 meter dari perbatasan wilayah administrasi Yerusalem, Senin pekan lalu. Remaja penghuni kamp pengungsi Aida di Betlehem ini adalah satu dari tiga warga Palestina yang tewas dalam bentrokan dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di tempat ibadah yang masuk zona administrasi internasional tak jauh dari kota suci tiga agama itu.

Sepupu Shadi, Sultan Mustafa Obeidallah, bercerita bahwa Shadi memang ikut melempari tentara Israel dengan batu saat kejadian, tapi posisinya jauh dari tembok pembatas masjid, tempat penembak jitu Israel bersiaga. "Tentara Israel tak perlu menembaknya tepat di jantung. Meski membawa batu, dia tidak bisa menjangkau mereka," ujar Delal, ibunda Shadi, seperti dilansir The Guardian. Pejabat senior IDF menyebutkan penembakan itu tak disengaja karena yang diincar adalah orang dewasa di sebelah Shadi.

Peristiwa ini hanya satu contoh bentrokan pemuda Palestina dengan tentara Israel yang meningkat sejak akhir September lalu. Sebelumnya, pada 1 Oktober, pasangan suami-istri Yahudi ditembak saat berkendaraan bersama empat anak mereka di dekat Beit Furik, Tepi Barat. Israel menahan lima anggota sayap militer Hamas yang diduga sebagai pelaku penembakan. Tiga hari kemudian, dua lelaki Israel tewas ditikam di Kota Tua Yerusalem. Tentara Israel menembak mati pemuda Palestina yang menurut mereka bertanggung jawab atas serangan itu.

Selanjutnya, terjadi sejumlah peristiwa ketika pemukim Yahudi menyerang warga Palestina dan bentrokan warga Palestina dengan tentara Israel. Di antaranya di Ramallah. Sebanyak 35 warga Palestina dihalau IDF dengan gas air mata dan peluru karet. Sebagian dari mereka terluka. Di pos pemeriksaan Kalandia, antara Yerusalem dan Ramallah, 25 warga Palestina juga terluka akibat ledakan dan peluru baja berlapis karet. Menurut catatan Palestinian Red Crescent, sejak Sabtu hingga Senin pekan lalu, 499 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan IDF.

Situasi memanas ini tak lain karena salah satu hal yang tak pernah selesai: perebutan Masjid Al-Aqsa (sebutan oleh umat Islam) atau Temple Mount (sebutan bagi Yahudi) di Kota Tua Yerusalem. Berkunjung ke tempat yang merupakan wilayah administrasi Yordania itu menjadi tradisi Yahudi pada Hari Raya Sukkot, peringatan eksodus Israel dari Mesir di masa lampau. Tahun ini, Sukkot jatuh pada 27 September-1 Oktober. Kunjungan mereka ke area itu pun meningkat, sehingga muslim berusia di bawah 50 tahun dilarang memasuki wilayah Al-Aqsa untuk menghindari ketegangan.

Umat Yahudi sebenarnya terlarang beribadah di sana. Namun, sejak pertengahan tahun ini, kampanye Yahudi fundamentalis yang menuntut dibukanya akses ke Temple Mount makin kuat. Karena itu, melihat pengunjung Yahudi terus bertambah, pemuda Palestina gelisah. Mereka tidur di dalam masjid dan mengumpulkan batu demi mempertahankan Al-Aqsa hingga bentrok dengan polisi perbatasan. "Orang-orang khawatir terhadap pemukim Yahudi dan lelah dengan keadaan ini," kata Walid Abirat, warga Yerusalem, merujuk pada proses perundingan Israel-Palestina yang vakum.

Melihat eskalasi kekerasan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan lawatannya dari markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, ke Jerman. Sebanyak 3.500 polisi Israel disebar di seantero Yerusalem. Melalui akun Facebook Perdana Menteri Israel, dia menyuarakan tindakan keras terhadap terorisme, sekaligus memperingatkan penduduk Israel agar tetap waspada. "Kami telah mengerahkan seluruh kekuatan, menggunakan semua alat dan cara yang diperlukan untuk melawan teroris," demikian pernyataannya Kamis pekan lalu.

Presiden Palestina Mahmud Abbas justru berusaha menghentikan kekerasan. "Kami katakan kepada mereka (Israel) bahwa kami tak ingin eskalasi militer dan keamanan. Instruksi kami kepada lembaga keamanan, faksi-faksi, dan para pemuda adalah tak ada eskalasi," ujarnya dalam pertemuan dengan Organisasi Pembebasan Palestina, seperti dilaporkan Reuters, Selasa pekan lalu.

Atmi Pertiwi (The Guardian, Reuters, ABC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus