Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK dikukuhkan menjadi Ratu Denmark pada 1972, Ratu Margrethe II belum pernah ke Indonesia. Salah satu informasi tentang Indonesia ia peroleh saat ibunya, Ratu Ingrid, berkunjung ke Bali. "Ibu saya pulang membawa sejumlah batik dari sana," kata Ratu Margrethe di Istana Fredensborg, sebelah utara Kopenhagen, Denmark, Selasa pekan lalu. Itu sebabnya Ratu Margrethe II antusias berkunjung ke Indonesia. Kunjungan kenegaraan ini akan menjadi yang pertama selama 65 tahun hubungan bilateral kedua negara.
Di Indonesia, ia akan mengunjungi sejumlah tempat. Termasuk pusat kerajinan batik di Yogyakarta. Perempuan 75 tahun ini gemar karya seni. Ia beberapa kali menggelar pameran lukisan. Karya ilustrasinya pernah dicetak dalam buku The Lord of the Rings edisi bahasa Denmark. Kepada Yandhrie Arvian dari Tempo dan jurnalis dari tiga media lain, Ratu Margrethe menceritakan rencana kunjungannya ke Jakarta pekan depan. Prince Consort Henrik, suami Ratu Margrethe, ikut menemani wawancara.
Kenapa Anda tertarik datang ke Indonesia?
Saya berharap ada pemahaman yang lebih baik di antara kedua negara, termasuk dalam hubungan diplomatik. Apalagi hubungan ini sudah terjalin puluhan tahun. Saya akan membawa puluhan pengusaha yang tertarik bekerja sama di Indonesia. Hal itulah yang akan ditekankan dalam kunjungan nanti.
Denmark banyak memberikan bantuan kepada Indonesia untuk meningkatkan peran perempuan. Apa tantangannya?
Setiap negara memiliki beragam tradisi. Perempuan di banyak negara memiliki posisi lebih rendah selama beberapa generasi. Namun saat ini ada harapan bagi perempuan di seluruh dunia untuk menempati posisi yang lebih terhormat, dan saya percaya ini juga terjadi di Indonesia. Banyak perempuan di Denmark, misalnya, kini memiliki profesi yang beragam dibanding ketika saya muda. Itu sebabnya penting menghargai perempuan yang ingin meningkatkan kapasitasnya.
Tingkat korupsi di Denmark sangat rendah. Kenapa Denmark selalu berada di posisi teratas dengan tingkat korupsi paling minim?
Saya tidak bisa mengatakan Denmark selalu berada di posisi teratas. Tapi menjaga agar tangan-tangan tidak berada di kantong yang tidak semestinya merupakan tradisi kami yang sudah sangat lama. Kuncinya adalah kepercayaan. Transaksi di bawah meja tidak akan terjadi bila masyarakat percaya satu sama lain. Hal ini lumrah bagi negara-negara Eropa, yang menerapkan demokrasi selama beberapa generasi.
Selain sebagai ratu, Anda seorang pelukis. Kenapa tertarik berkunjung ke Yogyakarta?
Yogyakarta adalah salah satu pusat kebudayaan di Indonesia. Kota ini juga merupakan salah satu tempat di mana saya bisa melihat langsung proses pembuatan batik. Saya masih ingat cerita saat ibu saya pergi ke Bali. Ia membawa pulang beberapa batik ke Denmark. Saya menikmati batik-batik tersebut.
Karya ilustrasi Anda digunakan dalam buku The Lord of the Rings. Bisa didetailkan soal ini?
Saya senang membaca The Lord of the Rings. Semula saya tidak mengenal J.R.R. Tolkien. Saya hanya tahu namanya sebagai penulis karena tertulis di buku. Saya mengirimkan fotokopi beberapa ilustrasi ke penerbit karena saya tidak tahu alamat Tolkien di Inggris. Mereka sepertinya meneruskan surat dan ilustrasi saya kepada Tolkien. Tak lama kemudian Tolkien mengirimkan surat kepada saya. Dia tertarik pada karya saya. Setelah Tolkien wafat, penerbit meminta saya membuat ilustrasi untuk edisi khusus The Lord of the Rings. Saya menerimanya dengan menggunakan nama samaran Ingahild Grathmer.
Kenapa memakai nama samaran?
Saya harus sedikit membatasi diri sebagai seorang ratu. Namun, belakangan, saya tidak membatasi diri lagi terhadap kegiatan kesenian saya.
Jika saat ini diberi pilihan, apakah Anda akan memilih menjadi ratu atau pelukis?
Tugas utama saya sebagai kepala negara Denmark sangat penting. Itu adalah kewajiban formal saya. Tapi saya juga senang banyak orang memahami kebutuhan saya untuk mengekspresikan diri melalui karya seni. Saya harus melakukan sesuatu. Salah satunya melukis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo