DI negeri-negeri yang maju seperti Amerika. Jepang dan Eropa
Barat kri siskertas koran tidak terlalu dirisaukan macam di
negara-nagara terkebelakang. Adanya berbagai ia komunikasi massa
- tv, radio yang banyak di punyai negara-negara maju
menghindarkan kemungkinan tertutupnya informasi bagi orang
banyak. Sedang di negata-negara terkebelakang, jenis-jenis alat
komunikasi belum memainkan peranan sebesar yang kini dipegang
koran. Itulah sebabnya ancaman bahaya kini membayang-bayangi
negara-negara terkebelakang ketika dunia sedang berada dalam
keadaan langka kertas koran.
Finlandia. Salah-satu sebab timbulnya keadaan itu adalah terus
meningkatnya permintaan kertas koran tahun ini oleh perusahaan
perusahaan surat kabar Eropa, Amerika Utara dan Jepang yang
sedang asyik menikmati kemajuan pesat dalam bidang periklanan.
Perusahaan-perusahaan kertas Skandinavia yang secara tradisionil
menjadi pembuat kertas bagi dunia, kini sedang mengalami
kekurangan mesin, sedang mesin-mesin yang ada sudah pula bekerja
dengan kapasitas penuh. Sedang Kanada yang juga menjadi
penghasil kertas yang penting, baru-baru ini mengalami
kelumpuhan oleh sebuah pemogokan buruh sembilan hari pada 23
pabrik kertas. Finlandia kabarnya juga mengalami nasib seperti
Kanada, sedang Swedia cuma bisa memenuhi kebutuhan dalam
negerinya.
Negara-negara yang amat terpukul oleh keadaan ini Amerika
Serikat, Inggeris, India dan Jepang. Di Amerika Serikat
permintaan kertas tahun ini meningkat 8,9% dibanding tahun
silam. Selama pertengahan pertama tahun ini saja permintaan
diperkirakan berjumlah 5.470.000 ton atau 10.140.000 ton kalau
diperhitungkan untuk jangka setahun dibanding tahun lalu yang
seluruhnya hanya menghabiskan 10.046.000 ton.
Selama lima tahun belakangan ini, antara 64 sampai 69% kebutuhan
kertas Amerika Serikat dipenuhi oleh Kanada, kira-kira 3 persen
oleh Swedia dan sisanya dari sumber-sumber dalam negeri sendiri.
Akibat kekurangan sekarang ini, sejumlah surat kabar Amerika,
termasuk The Wall Street Journal terpaksa mengurangi jumlah
halaman maupun jumlah koran yang dicetak. Beberapa koran
terpaksa pula mengurangi jumlah kolom dan jumlah halaman
bersamaan dengan berkurangnya jumlah ruang iklan.
Di Inggeris, harga suratkabar sejak bulan Desember tahun silam
telah meloncat naik 25 persen. Tapi dari berbagai sumber,
perusahaan-perusahaan koran Inggeris masih juga menerima kertas
dengan harga yang tidak tetap pula. Iklan-iklan banyak kali
dengan berat tidak bisa diterima, sementara edisi-edisi khusus
ataupun lampiran terpaksa pula mereka tunda. Kepada para
pembaca, perusahaan-perusahaan suratkabar Ingeris telah
memberitahu ancaman kelangkaan kertas tersebut yang mungkin akan
semakin menghebat menjelang akhir tahun ini. Sebuah penerbit
beberapa hari yang lalu memperkirakan bahwa dalam waktu singkat
Inggeris -- yang hanya membuat sendiri kira-kira sepertiga dari
kebutuhannya - akan mengalami kekurangan kertas sebanyak 150
ribu ton.
Mengurangi alokasi. Di India kekurangan kertas sekarang ini
menyebabkan pemerintah terpaksa mengurangi alokasi kertas koran
kepada penerbit-penerhit surat kabar sebanyak 30. Suratkabar
hanya mendapat 163 ribu ton pada tahun 1973/1974 sedang tahun
sebelumnya mereka memperoleh 230 ribu ton. Kontrak pembelian
yang telah dilakukan pemerintah India dengan Uni Sovyet
Bangladesh dan Kanada terpaksa batal akibat kenaikan harga yang
mereka minta. Dan dengan produksi kertas dalam negeri hanya
berjumlah 40 ribu ton, bisa dibayangkan betapa repotnya
perusahaan-perusahaan suratkabar yang ketika kehilangan iklan,
jumlah koran yang mereka harus jual juga berkurang.
Di Jepang, tahm lalu harga kertas koran meloncat setinggi 60%.
Majunya persuratkabaran dan periklanan menyebabkan Jepang makin
tergantung pada kertas impor. Keadaan alam yang makin rusak oleh
polusi menjadi salah-satu penyebab berkurangnya pohon kayu yang
menjadi bahan baku bagi pabrik kertas.
Yang nampaknya masih belum terlalu cemas adalah Eropa Barat.
"Untuk sementara ini keadaannya cukup baik. Tapi mungkin pada
musim gugur ini ada sedikit kesulitan, meskipun tidak akan
sampai pada penjatahan", kata seorang penerbit di Jerman. Tapi
kalau keadaan dunia terus dirundung kekurangan kertas, mau tak
mau penderitaan itu akan merepotkan semua penerbit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini