FRANCIS Gary Powers dan Mathias Rust senasib dalam pengertian mereka menembus wilayah udara Soviet tanpa izin. Namun, dalam satu hal mereka berbeda: kedatanan Letnan (U) Gary Powers tahun 1960 itu sempat terdeteksi oleh radar sistem pertahanan Soviet. Sebuah peluru kendali ditembakkan untuk memaksa Gary turun - kendati sebenarnya pesawat U-2 yang dikemudikannya, dengan misi utama pengintaian, terbang 50 km di atas permukaan laut. Tapi Rust penerbang sipil Jerman Barat yang datang dengan Cessna 172, berkecepatan jelajah maksimal 200 km per jam di atas ketinggian 100 meter itu, lolos dari sergapan radar Soviet. Luar biasa! Bagaimana tidak. Sejak tahun 1950 tak sebuah pesawat pun diperkenankan melintasi wilayah udara Moskow tanpa izin penguasa tertinggi. Penembakan terhadap jumbo jet KAL, September 1983, adalah contoh tak terbantah. Dan kekuatan pertahanan udara Moskow sudah terbukti pada Perang Dunia II. Pada saat itu 2.000 meriam penangkis serangan udara, 800 pesawat penyergap, 12 balon pencegah, serta sejumlah lampu sorot berhasil menggagalkan niat Hitler untuk membumihanguskan kota bersejarah itu. Apa pun motivasi Rust, keberhasilannya mendaratkan Cessna 172 di Lapangan Meral patut mendapat acungan jempol. Padahal pertahanan udara Soviet--mengutip departemen pertahanan Amerika - adalah sisten pertahanan udara strategis yang paling ekstensif di muka bumi ini. Ia didukung oleh 2.250 pesawat penyergap yang khusus ditugasi sebagai pengawal kedaulatan negara (jumlah ini belum termasuk 2.100 pesawa penyergap AU yang jika diperlukan siap membantu). Masih ada lagi 10.000 pos rada yang tersebar di seluruh negeri, ditambah sembilan ribu peluncur rudal dari darat-ke udara. Singkat kata, kekuatan pertahana Soviet merupakan patok batas yang bisa diandalkan. Jaringan pertahanan rudal antipeluru kendali Soviet baru dibangun setelah tahun 1964. Dikenal sebagai ABM-1, jaringan ini diperkuat oleh Dog House LPAR (Large Phased Array Radars), sejenis radar peka yang dapat mendeteksi wilayah 2.400 km2. Pada saat itu saja pesawat Rust dari Helsinki mestinya sudah terlihat di layar monitor sebelum ia memasuki wilayah Soviet. Tapi Rust berhasil lolos dari tirai-tirai pertahanan yang ada - mungkin karena ia menerbangkan Cessna rendah sekali. Padahal, dengan kecanggihan lapis-lapis radar dan pertahanan yang ada, Cesnna itu bisa dihancurkan segera oleh satu dari 64 rudal Galosh yang ditempatkan di empat gugus di seputar Moskow. Sistem pertahanan Moskow kini memang dilengkapi peralatan yang lebih canggih: SAM-3. Bahkan rudal-rudal yang ditempatkan di sana, SH04 Galosh dan SH-8 Gazelle, salah satunya bisa menjangkau lawan yang masih berada di luar atmosfer. Menurut pengamatan Pentagon, Soviet sedang merampungkan lagi tiga gugus rudal, yang masing-masing memiliki 20 peluncur. Kuat dugaan, ulah Rust ini bisa pula menyebabkan adanya reorganisasi kembali dalam sistem pertahanan udara Soviet. Sebelum PD 11, Soviet seperti banyak negara lain belum memiliki sistem pertahanan udara yang jelas. Pembentukan satuan-satuan angkatan udara tadinya dimaksudkan sebagai skuadron taktis pendukung operasi darat. Dan semasa PD II, angkatan udara Soviet, Voyenno-Vozdushnyye Sily/Raboche-Krestyanskaya Krasnaya Armiya (WS/RKKA), diperkuat AU Buruh dan Petani Tentara Merah. Tapi mereka harus menelan pil pahit: 10 persen dari 12.000 pesawatnya rontok dimangsa anak buah Hitler. Untunglah, mereka berhasil membenahi diri sebelum perang berakhir. Seiring dengan usainya perang, berubahlah peta geopolitik dunia. Rusia mulai membangun dirinya sebagai kekuatan baru, kendati untuk ambisinya itu ia harus berhadapan dengan Cina di sebelah timur dan negara-negara Eropa di sebelah barat. Sementara itu, di tahun 1948, Soviet menyatukan sisa-sisa pertahanannya di bawah komando pertahanan udara nasional, Protivovozdushnaya Oborona (PVO) serany. Reorganisasi tahun 1978 dan 1980 menjadikan PVOS terdiri dari empat unit: Istrebieel'naya Aviaesiya-PVO (IA-PVO Air Defence Fighter Command), Voyska-PVO (Anti-Aircraft Missile Troops), RTV (Radar Technical Troops), dan PKO (Anti-Space Defence Troops). Komando pelaksana diserahkan kepada 16 panglima komando wilayah pertahanan militer. Menjelang akhir tahun 1960-an skuadron-skuadron IA-PVO, mengadalkan diri pada kemampuan Tupolev Tu-128 Fiddler dan Mikoyan MiG-25 Eoxbat, yang dipersenjatai dengan rudal udara ke-darat SAM-5 Gammon. Tapi keunggulan mereka dipatahkan 700 pesawat Sukhoi Su-15 Flagon,--juga buatan Soviet--yang membawa rudal antipesawat AA- Anab AAM dengan kecepatan dua kali suara masuk ke dalam jajaran PVO strany. Pada mulanya, banyak yang meremehkan kehadiran IA-PVO. Apalagi para penerbangnya digolongkan penerbang latih. Tetapi kini kekuatan mereka bertambah dengan kehadiran 300-an pesawat MiG-29 Fulcrum (6 rudal antipesawat jarak jelajah 1.500 km kecepatan Mach 2,3), 150-an pesawat MiG31 Foxhound (8 rudal 2.100 km Mach 2,4), dan Su-27 Flanker (6 rudal 1.500 km Mach 2). Menurut catatan terakhir, satuan-satuan RV-PVO sudah dilengkapi dengan rudal darat-ke-udara SA-I0 dan SA-X-12B Giant. Dengan persenjataan seperti tadi secara teoretis mustahil Rust bisa mendaratkan pesawatnya di Lapangan Merah. Apalagi di jalur penerbangan Rust terdapat banyak pangkalan komando wilayah pertahanan udara. Di Semenanjung Kola misalnya, yang termasuk dalam kewenangan Komando Wilayah Pertahanan Udara Archangelsk, Soviet menempatkan 300 pesawat, mulai dari MiG23 Flogger, Yak-28P Firebar, hingga TU138 dan MiG-31. Toh penyusupan seperti Rust tidak cuma sekali ini terjadi. Harian Ne7la York Times pernah mencatat bahwa di tahun 1970-an seorang pelaut Soviet yang membelot ke Swedia dua kali mendarat di kawasan Baltik. Tak ada yang mengira bahwa sebenarnya ia bermaksud membawa serta istrinya ke luar Rusia. Dan berhasil. Ternyata, sistem pertahanan Soviet kurang bisa diandalkan untuk mencari kuman di pelupuk mata mereka. James R. Lapian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini