DALAM bahasa Pashtun, istilah itu berarti janda hitam (black widow). Tak jelas benar mengapa istilah tersebut—Tora Bora—kemudian menjadi nama sebuah desa di sebelah selatan Jalalabad, Afganistan. Di masa yang lampau, desa kering-kerontang itu pernah jauh dari hiruk-pikuk perang. Gunung-gunung di seputar desa itu menjadi sumber kayu bakar yang memberikan nafkah kepada penduduk. Dan tatkala rerumputan serta semak-semak kecil menghijau di lereng perbukitan pada hari-hari musim semi, para penggembala menggiring domba-domba mereka untuk merumput di sela-sela bukit dan gua.
Gua-gua dan gunung-gunung itu pula yang telah mengusir ketenteraman dari desa tersebut. Usamah bin Ladin, buron nomor wahid Amerika Serikat, terpikat pada lorong-lorong rahasia dalam gua-gua Tora Bora. Dia membangun benteng bawah tanah yang luas, aman, dan modern di sana. Pada hari-hari terakhir jatuhnya Taliban, desa ini menjadi liang terakhir bagi Usamah bin Ladin untuk menyembunyikan diri—setidaknya itu yang diyakini AS. Alhasil, Tora Bora yang sepi dan terpencil itu tiba-tiba riuh-rendah oleh parade alat-alat perang serba canggih: dari barisan tank hingga pesawat-pesawat pengebom.
Incaran bom-bom ini adalah benteng persembunyian Usamah bin Ladin serta para pengikutnya. Terletak di ketinggian 13 ribu kaki dan menjadi pertemuan dua lembah di Provinsi Nangarhar, Tora Bora cuma berjarak 20 mil dari perbatasan Pakistan. Intelijen Barat memprediksi gua bawah tanah itu dalamnya lebih dari 30 meter. Berdinding batu dan beton-beton tebal, lorong-lorongnya cukup lebar sehingga bisa dilalui tank. Pintu masuknya dilapisi oleh baja tebal. Pohon-pohon pinus menyamarkan gua tersebut dari pandangan orang.
Ada banyak gua di Tora Bora dan satu sama lain berkaitan seperti labirin. Seorang bekas pejuang Mujahidin bercerita, ”Jalan ke sana sempit dan terjal. Berjalan di lembah Tora Bora, saya hanya bisa melihat sekerat langit.” Ghulam Mohamad, bekas pejuang Mujahidin lainnya, menambahkan, ”Tempat itu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap orang yang datang amat mudah terlihat.”
Jauh di dalam gua, Usamah dan jaringan Al-Qaidah membangun bungker militer yang rapi. Ada ruang besar yang menampung ribuan tentara berikut stok makanan dan cadangan amunisi. Lorong-lorong besar dan kecil menghubungkan ruangan satu dan yang lain. Di beberapa bagian, lorong-lorong dibiarkan buntu untuk menyesatkan musuh. Umumnya gua itu memiliki sistem pemanas dan ventilasi yang digerakkan oleh generator listrik. Beberapa ventilasi dan lorong antargua di Tora Bora merupakan bekas jaringan sumur tua—karez dalam bahasa setempat.
Tadinya kawasan ini didiami penduduk sipil. Seorang komandan perang dari Aliansi Timur bercerita, beberapa bulan lalu staf militer Usamah meminta penduduk menyingkir dari kawasan itu dengan bayaran US$ 50 per keluarga. ”Kini semua orang takut ke sana. Selain banyak harimau dan serigala, di sana banyak penyamun Arab,” kata Azratumar Hoshhoi, sopir bus di Jalalabad.
Gua-gua Tora Bora dibangun ketika perang Afganistan dan Uni Soviet berkecamuk. Dikerjakan tentara Mujahidin selama kurang-lebih 10 tahun, pembangunan gua itu dibantu intel-intel CIA (badan intelijen AS). ”Gua-gua itu digali dengan tangan,” kata Milt Bearden, penulis novel dan pensiunan CIA yang pada pertengahan 1980-an bekerja di Afganistan. Pada 1995—saat baru terusir dari Sudan—Usamah meluaskan dan memperkuat beberapa bagian gua.
Menurut Bob Gulden, ahli gua dari Washington, DC, kawasan Tora Bora memang ideal dijadikan gua. Pegunungannya mengandung batu kapur sehingga tak sulit digali. Menurut Jenderal Shahnawaz Tanai, Menteri Pertahanan Afganistan pada masa pemerintahan komunis, gua Tora Bora aman dan tak mudah ditaklukkan. Dindingnya dibeton tebal, yang membuatnya tak mudah remuk dihantam bom udara. ”Untuk melumpuhkannya, dibutuhkan operasi darat berminggu-minggu,” kata Shahnawaz.
Operasi itulah yang kini dilancarkan Amerika. Sumber-sumber Newsweek di Pentagon menyebutkan Tora Bora akan ditaklukkan dengan bom baritermal—bom khusus yang akan memanaskan dan meningkatkan tekanan udara di dalam gua sekaligus mengisap oksigen. Sebagian dinding gua itu kini sudah boyak-boyak oleh bom AS. Sejumlah anggota Al-Qaidah yang menyembul keluar telah dibekap oleh pihak Aliansi serta AS. Tapi di manakah Usamah bin Ladin? Tampaknya, ia masih tetap menjadi misteri dalam labirin si Janda Hitam.
Arif Zulkifli (Newsweek, The Guardian, Los Angeles Times, The Observer)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini