DI TENGAH ancaman kekacauan yang bakal dihadapi pemerintahan sementara Afganistan, 100 pasukan marinir Inggris tiba di Kabul, Sabtu pekan lalu. Ini kloter pertama pasukan perdamaian dari 1.500 pasukan Inggris yang akan terjun ke bumi Afganistan. Perdana Menteri Tony Blair dengan bangga menyebut pasukan Inggris ini sebagai ”pasukan paling oke di dunia”.
Akan menyusul, 1.500 pasukan dari Jerman, 800 pasukan dari Prancis, 700 pasukan dari Spanyol, dan jumlah yang belum ditentukan akan datang dari Italia, Kanada, Selandia Baru, Argentina, Turki, Yordania, Malaysia, dan Republik Ceko. Diperkirakan 3.500 hingga 5.000 pasukan akan mengusung bendera PBB atas nama Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di bawah komando Mayor Jenderal John Mc Coll dari Inggris. Pasukan perdamaian ini akan mengawal gedung pemerintah, patroli jalan raya di sekitar Ibu Kota Kabul, dan selanjutnya melatih pasukan ke-amanan Afganistan. Tapi, fungsi ISAF se-benarnya adalah memberi rasa percaya diri kepada pemerintahan sementara Afganistan di bawah Hamid Karzai dan sekaligus mengambil alih peran para panglima perang yang selama ini berkuasa di Afganistan.
Sejak awal kehadiran, pasukan perdamaian sebagai hasil Kesepakatan Bonn sudah mendapat tantangan, terutama dari faksi yang kecewa terhadap Kesepakatan Bonn. Bekas Presiden Burhanuddin Rabbani, misalnya, yang secara otomatis kehilangan kekuasaannya, sangat menentang kehadiran pasukan perdamaian PBB. Ia tidak ingin pemerintah asing terlibat dalam pemerintahan Afganistan pasca-Taliban. Sejak tersingkir dari lingkaran politik di Kabul, Rabbani memang belum menentukan secara jelas perannya. Tapi, dalam setiap pidatonya, Rabbani sudah mengobarkan semangat anti-orang asing. ”Jihad di Afganistan adalah perjuangan atas nama kemandirian, dan rakyat Afganistan tak akan menerima perintah dari orang asing,” kata Rabbani. Penyingkiran Rabbani bagi sekelompok rakyat Afganistan akan menimbulkan perlawanan terhadap pemerintahan sementara Afganistan dan akan bentrok dengan pasukan perdamaian. ”Milisi bersenjata pendukung Rabbani akan turun dari pegunungan setiap hari ke Kabul dan akan mengganggu stabilitas pemerintahan sementara,” kata seorang pejabat PBB.
Rabbani hanya satu duri bagi ISAF. Duri lainnya adalah milisi etnis Pashtun anti-Taliban di bawah pimpinan Abdul Rassul Sayyaf, yang jelas-jelas menentang kehadiran pasukan perdamaian, dan pasukan Aliansi Utara pimpinan Jenderal Abdul Rasyid Dostum, yang terpaksa harus hengkang dari Kabul saat pasukan ISAF tiba. ”Jika Aliansi Utara masih tidak senang, akan sangat berbahaya menempatkan pasukan perdamaian di Afganistan,” kata Charles Heyman, editor majalah pertahanan Jeane’s World Armies. Susahnya, kedua panglima perang itu hingga saat ini belum menarik pernyataan mereka yang memusuhi pemerintahan sementara Afganistan. Tak aneh kalau pemerintahan Hamid Karzai menghadapi dilema sehingga ngotot memperdebatkan jumlah pasukan perdamaian. Menteri Pertahanan pemerintahan sementara Afganistan, Mohammad Fahim, merasa cukup 1.000 pasukan perdamaian di Afganistan.
Pemerintahan sementara Afganistan juga mempersoalkan wewenang pasukan perdamaian, yang cukup hanya berbekal Pasal 6 Piagam PBB dengan tidak mengizinkan penggunaan kekuatan militer secara aktif. Sebaliknya, Inggris menginginkan pasukan PBB tak hanya berhak membela diri, tapi juga boleh berinisiatif menggunakan kekuatan militer sebagai respons terhadap ancaman ataupun serangan, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Piagam PBB. Repotnya, tanpa pasukan perdamaian yang tangguh, rakyat kebanyakan yang jauh dari hiruk-pikuk kepentingan politik tidak akan memperoleh rasa aman, dan pemerintahan sementara pun akan kesulitan membangun institusi politik yang kuat untuk memulai pembangunan kembali Afganistan. Dulu Uni Soviet, kini PBB yang berjudi dengan para panglima perang Afganistan yang sudah menjadikan perang sebagai gaya hidup.
Raihul Fadjri (Reuters, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini