MUNGKIN ia boleh disebut Mister Surprise, tuan yang bikin kaget. Februari lalu, hanya dalam waktu kurang dari sejam, ia berubah pendapat: dari menolak menjadi bersedia ikut jadi kandidat dalam pemilihan presiden AS. Dan ternyata, sampai empat bulan kemudian, di lebih dari 10 negara bagian, muncul pendukungnya dalam jumlah yang cukup agar ia diterima resmi sebagai salah seorang calon presiden. Waktu itu orang sudah memastikan Henry Ross Perot, 61 tahun, Mr. Surprise itu, bakal ikut pemilihan. Dari berbagai pengumpulan pendapat, Perot mendapat persentase cukup. Lalu datanglah serangan itu. Pers mulai mempersoalkan etiskah menyewa detektif swasta untuk mengetahui latar belakang lawan. Etis tidaknya cara pengusaha ini memenangkan berbagai tender dan peluang bisnis pun mulai diberitakan. Popularitasnya pun mulai menurun menjadi belasan persen saja. Tiba-tiba tokoh kontroversial ini meledakkan sebuah bom yang meremukkan hati jutaan pendukungnya. Pertengahan Juli lalu Perot menyatakan mengundurkan diri dari kampanye pencalonannya, yang sebenarnya belum resmi itu. Alasannya, Clinton dari Partai Demokrat sudah mulai menampakkan tanda-tanda memilih jalur yang tepat. Kini, Kamis pekan lalu, Perot bikin kejutan lagi: ia kembali masuk arena pemilihan presiden AS. Melihat dukungan padanya sebelum ia mundur Juli lalu, ia lang sung resmi menjadi kandidat independen. Tak cuma para pendukung Perot yang kini senang, tapi juga George Bush. Soalnya, dulu, begitu Perot mundur, berbagai pengumpulan pendapat membuktikan dukungan terhadap Clinton naik pesat. Kini, kembali masuknya Perot ke arena pemilihan calon presiden AS diperkirakan akan mengambil suara dari kubu Clinton jauh lebih banyak daripada dari kubu Bush. Tapi Perot -- dalam kampanyenya selalu menghajar Bush -- tentu masuk arena bukan untuk menolong Bush. "Saya tak mau membuang uang untuk sekadar menjadi pengacau," kata jutawan yang mengaku bersedia mengeluarkan US$ 100 juta uang pribadinya untuk biaya kampanye ini. Untuk pekan depan, misalnya, Perot sudah mendapatkan kontrak pemasangan iklan kampanyenya -- masing-masing setengah jam -- di tiga jaringan TV raksasa AS, dengan nilai total lebih dari US$ 1 juta. Selain itu, ia juga mempromosikan buku programnya setebal 118 halaman yang berjudul Bersatu kita teguh. Inilah buku yang membahas bagaimana cara menghapus ketekoran anggaran belanja pemerintah AS yang kini mencapai lebih dari US$ 350 milyar, dan utang Amerika yang selusin kali ketekoran pemerintah itu. Caranya dengan menaikkan pajak dan memotong pengeluaran di berbagai sektor, "kecuali yang berhubungan langsung dengan orang miskin," kata John White, eksekutif Eastman Kodak yang membantu menyusun buku tersebut. Kalaupun Perot kalah, pemikirannya tentang cara mendisiplinkan fiskal AS ini banyak dipuji para ekonom. Terutama karena Bush maupun Clinton selalu mengelak dari problem ini karena penyelesaiannya hanya dimungkinkan dengan pengetatan ikat pinggang rakyat. Dan di negara demokrasi, mana ada calon yang berani mempromosikan hal seperti ini? Kecuali, tentunya, si Perot tadi. Tokoh kontroversial yang pernah menyewa tentara bayaran untuk menolong anak buahnya yang dipenjara di Iran ini memang menjanjikan satu hal. "Kampanye saya bukan kampanye konvensional," katanya. Bulan depan akan menjadi penentuan apakah kampanye ini laku di hati orang AS. Bambang Harymurti (Washington DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini