Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wartawan Tempo ikut menyaksikan penggalian kuburan massal di Bucha, Ukraina.
Penyintas menyebutkan tentara Rusia menembaki warga, juga anjing-anjing peliharaan, di kota itu.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia membantah tudingan genosida.
BUCHA, UKRAINA – Tentara Rusia diduga melakukan genosida terhadap warga sipil di Kota Bucha, Ukraina—sekitar 30 kilometer dari Ibu Kota Kyiv—saat invasi Rusia pada Maret lalu. Jasad para korban dikuburkan di halaman belakang Gereja St. Andrew. Relung kubur itu lebih mirip galian selokan yang panjangnya sekitar 10 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kuburan itu menjadi makam sementara agar mereka yang tewas bisa dimakamkan secepatnya,” kata Oleg Dorensk, warga Bucha, kepada Tempo di lokasi pada Rabu, 13 April lalu. Di kuburan itu, diperkirakan ada ratusan jasad warga Bucha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Oleg, suara ledakan dan tembakan terus bergaung setelah tentara Rusia menggempur Bucha. Jalan-jalan di kota pun diblokade agar warga tidak meninggalkan kota. Oleg tak meninggalkan Bucha ketika pasukan Rusia menyerang kota tersebut.
Sisa-sisa pertempuran sengit itu terlihat di Epicentr, mal bahan bangunan yang berjarak 1 kilometer dari Gereja St. Andrew. Fasad depan bangunan porak-poranda dan gosong. Batang-batang baja bersilangan tak keruan. Sedikitnya tiga lubang bekas artileri sedalam 20 sentimeter ditemukan di aspal parkiran.
Galina Bondar (63),mencium plakat bertuliskan nama putranya yang tewas saat invasi Rusia ke Ukraina di pemakaman di Bucha, Kyiv, Ukraina 17 April 2022. REUTERS/Zohra Bensemra
Oleg mengaku turut menyaksikan sejumlah tentara Rusia mengepung mobil milik tetangganya. Pasukan itu lalu menembaki satu keluarga yang ada di dalam kendaraan itu. Keluarga dengan dua anak tersebut tewas. “Mereka ikut dikubur di permakaman massal ini,” ujarnya.
Anton Dovgopol, petugas medis dari Rumah Sakit Irpin, mengungkapkan bahwa jenazah yang diangkat dari kuburan massal di belakang Gereja St. Andrew memiliki luka-luka. Anton ikut memeriksa kondisi mayat dan melihat lubang peluru di tubuh serta kepala korban.
Pada 10 April lalu, empat petugas berpakaian hazmat putih dan mengenakan masker gas menggali kuburan massal di Bucha. Mereka menemukan jasad laki-laki tanpa kepala setelah sepuluh menit mengeduk tanah dengan sekop. Sejam kemudian, para petugas mengangkat dua mayat laki-laki lainnya.
Jenazah itu lalu dibaringkan di permukaan tanah yang bertudungkan tenda putih. Tujuh orang berseragam hitam mengerubungi jasad tersebut. Tak jauh dari mereka, seorang pria dengan rompi “war crime prosecutor” atau penuntut kejahatan perang berdiri dan mengamati mayat itu.
Tim penyelamat melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di reruntuhan apartemen yang hancur oleh serangan udara Rusia di Borodyanka, Bucha Raion dari Kyiv Oblast, Ukraina, 8 April 2022. Ceng Shou Yi/NurPhoto via Reuters
Petugas juga masih mengangkat jenazah dari permakaman massal di Bucha pada 13 April lalu. Empat kantong plastik hitam berisi mayat diletakkan di pinggir lubang galian. Satu mayat laki-laki yang baru diangkat dari makam diperiksa petugas dengan digulingkan punggungnya. Mayat itu tak berbusana dan kulitnya hampir mengelupas.
Berkendara sekitar lima menit ke arah Stasiun Bucha, jejak perang juga terlihat. Rumah Alla Ivina porak-poranda. Pagarnya compang-camping diterjang tank pasukan Rusia. Jejak roda kendaraan militer itu masih tampak di halaman rumah.
Alla bercerita bahwa tentara Rusia juga merangsek masuk ke rumahnya. Di tengah gelap karena aliran listrik yang padam, tentara Rusia menggedor-gedor pintu. Alla tak membukakan pintu karena takut. Tapi pasukan Rusia mendobrak dan merusak engsel. “Mereka menjarah persediaan roti dan menembaki anjing di kota kami,” ujar Alla, 70 tahun.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, membantah seluruh tudingan bahwa pasukan Rusia melakukan pembunuhan secara besar-besaran, khususnya di Bucha, Ukraina. Ia menyatakan bahwa informasi itu dipakai untuk memicu kebencian dan mendorong negara lain menjatuhkan sanksi yang lebih berat kepada Rusia. “Tentara kami tak melakukan ini,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Jumat, 15 April lalu.
RAYMUNDUS RIKANG (BUCHA, UKRAINA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo