MENLU Amerika Serikat George Shultz dan rekannya dari Uni Soviet, Andrei Gromyko, tidak pulang dengan hampa tangan. Dari Jenewa keduanya membawa kesepakatan tentang perundingan nuklir yang kelak diadakan. Ini berarti bahwa perundingan yang mereka rintis, yang berakhir Rabu pekan silam, tidaklah akan menguap begitu saja. Pokoknya, debat nuklir masih akan berkelanjutan. "Lengan baju sudah digulung, kami siap untuk kerja keras," kata Shultz dalam laporannya di depan Kongres AS, pekan lalu. "Saya rasa penting sekali ika perundingan nanti dilanjutkan pada waktu yang tepat," katanya tandas. Ternyata, jadwal perundingan belum ditentukan, padahal yang akan menjadi topik pembicaraan sudah ditetapkan. Aneh? Tidak juga. Para pengamat sudah menduga bahwa kedua menlu itu akan membuang waktu cuma untuk membicarakan pokok-pokok pembicaraan. Singkatnya, merundingkan mata acara. Tapi itu pun tidak mudah. Sesudah berbelit dan berkelit ke sana kemari, akhirnya Shultz dan Gromyko menetapkan tiga acara. Yang pertama dan kedua: pembatasan rudal jarak menengah dan penciutan senjata strategis - sisa perundingan 13 bulan lalu yang tertunda, karena diboikot Uni Soviet. Topik ketiga, yang sama sekali baru, adalah mengenai pencegahan lomba senjata ruang angkasa. Diusulkan oleh Gromyko, acara ini erat kaitannya dengan SDI (Strategic Defense Initiative) alias program perang bintang yang sangat dijagokan presiden AS Ronald Reagan. Menurut Shultz, Gromyko mendesakdesak agar penelitian SDI dihentikan saja. Delegasi AS enggan menerima usul ini, apalagi Reagan sudah berpesan supaya SDI diamankan. Secara tersirat Soviet memang memperjuangkan perlucutan senjata nuklir, tapi hal ini tidak akan pernah terlaksana jika AS, seperti yang dituntut Gromyko, tidak menghentikan penelitian senjata ruang angkasa. Presiden Reagan, sebaliknya, justru tidak mau kompromi dalam soal yang satu itu. Memang di depan konperensi pers yang disiarkan ke seluruh negeri, Ronald Reagan bicara tentang dialog. Secara diplomatis ia menekankan bahwa AS akan bersikap luwes, sabar, dan tekun dalam perundingan nuklir mendatang. Dipastikannya bahwa tuiuan utama AS adalah penciutan senjata nuklir, tapi verifikasi yang absolut dalam hal itu jelas tidak mungkin. Dan yang paling tidak mungkin tentu saja penghentian penelitian SDI. Kantor berita Soviet Tass menuduh Reagan menghindarkan soal SDI. Moskow rupanya kesal. Tapi surat kabar resmi Soviet, Izvestia, sempat memujikan hasrat berunding kedua superpower. Negara-negara Pakta Warsawa dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) telah menyambut baik "kemajuan" yang diperoleh di Jenewa. Lalu sekjen NATO Lord Carrington mengimbau agar sekutu AS di Eropa Barat dilibatkan juga dalam perundingan nuklir, supaya mereka tidak sekadar menjadi wasit, atau penonton. Yang pasti, dalam kecelakaan Pershing-2 di Heilbronn, Jerman Barat, mereka juga tidak dapat berbuat apa-apa. Insiden terjadi karena bahan bakar padat pada Pershing-2 terbakar Kamis minggu lampau. Tiga tentara AS tewas, 12 lainnya luka-luka. Kebetulan sekali tidak ada kepala nuklir di sana hingga ledakan fatal dapat dihindarkan. Pershing yang terbakar itu adalah satu dari 45 rudal yang dipasang AS di Jerman Barat. Seluruhnya ada 572 Pershing-2 yang akan ditempatkan AS di lima negara anggota NATO di Eropa Barat. Karena pemasangan Pershing-2, Uni Soviet protes lalu meninggalkan perundingan nuklir awal 1984. Ahad berselang Menlu Gromyko sempat pula mengingatkan bahwa pemasangan rudal jarak menengah itu bisa membahayakan kesepakatan Jenewa. Yang pasti, kebakaran Pershing-2 seakan membelokkan perhatian. Di saat peredaan ketegangan (detente) antara superpower mulai terbina, justru kebakaran rudal agak memperuncing suasana. Padahal, detente itulah yang merupakan hasil nyata pertemuan Jenewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini