Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lenyap di Balik Pintu Konsulat

Arab Saudi mengakui kematian wartawan Jamal Khashoggi. Diduga dibunuh karena kritis terhadap Putra Mahkota Muhammad bin Salman.

19 Oktober 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lenyap di Balik Pintu Konsulat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Urusan di Konsulat Arab Saudi di Turki itu seharusnya tak berbelit. Jamal Khashoggi hanya perlu mendatangi kantor di kawasan elite 4th Levent di Kota Istanbul tersebut untuk mengambil akta perceraiannya pada 2 Oktober lalu. Tapi, setelah berjam-jam, mantan pemimpin redaksi Al-Arab News Channel itu tak kunjung keluar dari gedung konsulat.

Beberapa meter di luar gedung, Hatice Cengiz, tunangan Khashoggi yang baru, tampak cemas. Cengiz telah mencium kejanggalan saat Khashoggi mewanti-wantinya sebelum memasuki konsulat. ”Dia mengatakan kepada saya agar segera menghubungi otoritas Turki jika saya tidak mendengar kabar darinya,” tulis Cengiz di The New York Times.

Perempuan 36 tahun itu menunggu Khashoggi sambil memegang dua telepon selulernya. Mahasiswa doktoral di sebuah universitas di Istanbul tersebut mengatakan kekasihnya tidak pernah lagi menemuinya sejak masuk ke konsulat pada pukul 13.14. Rekaman kamera pengawas di dekat pintu masuk konsulat menunjukkan perempuan Turki ini mondar-mandir di luar gedung pada pukul 17.33 dan terlihat berbicara di teleponnya. Namun kamera yang sama tak memperlihatkan Khashoggi melangkah pergi dari konsulat.

Kantor konsulat tutup pada pukul 15.30. Tapi, hingga pukul 16.00, Khashoggi tak memberikan kabar. ”Saat itu saya mulai bertanya-tanya, ‘Ke mana Jamal pergi?’” kata Cengiz.

Dia bertanya kepada seorang penjaga. Tapi penjaga itu mengaku tidak tahu. Dia menelepon konsulat. Sejurus kemudian, seorang pria menghampirinya. ”Tidak ada seorang pun di dalam,” ujar pria itu, yang juga menyebutkan Khashoggi sudah dari tadi keluar dari konsulat.

Cengiz menghubungi kepolisian Turki, yang kemudian langsung datang dan mengambil rekaman kamera pengawas dari jalan-jalan yang berdekatan dengan konsulat. Kamera yang terpasang di dekat pintu masuk konsulat, di samping dinding dengan kawat berduri, tak luput dari perhatian polisi.

Dalam pemeriksaan pertama, pada hari lenyapnya Khashoggi, polisi menunjukkan rekaman kamera pengawas kepada Cengiz. Rekaman itu memperlihatkan seorang pria berjas gelap yang berjalan masuk ke konsulat. ”Apakah ini dia (Khashoggi)?” kata polisi, yang dibenarkan Cengiz.

Enam hari kemudian, polisi kembali mewawancarai Cengiz. ”Mereka juga mengambil beberapa pakaian dan barang pribadi lain sebagai sampel DNA,” tutur Cengiz, seperti dikutip Washington Post.

Sejak itu, kabar hilangnya Khashoggi jadi sorotan dunia. Pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan termasuk yang bersuara lantang menanggapi kasus ini. Sejumlah pejabat Turki beberapa kali menya-takan jurnalis senior Saudi itu telah tewas dibunuh di dalam konsulat. Hingga Jumat pekan lalu, pemerintah Arab Saudi berkali-kali menampiknya.

Di Istanbul, tuduhan kepada Saudi terus meluncur dari otoritas Turki tanpa bukti yang meyakinkan. Kepolisian Turki, misalnya, semula menyebutkan Khashoggi telah dihabisi dan jasadnya dibuang dari konsulat. Klaim ini didukung rekaman kamera pengawas yang memperlihatkan beberapa mobil dengan pelat nomor diplomatik keluar dari konsulat Saudi sekitar dua jam setelah Khashoggi masuk.

Konvoi kendaraan itu meluncur ke rumah Konsul Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Mohammad al-Otaibi, yang berjarak dua kilometer dari konsulat. Menurut polisi, jasad Khashoggi diangkut salah satu mobil untuk selanjutnya dimutilasi dan dikubur di kebun rumah Otaibi.

Versi lain berhubungan dengan kedatangan 15 orang Saudi pada hari yang sama ketika Khashoggi pergi ke konsulat. Mereka tiba di Istanbul dalam tiga rombongan. Ada yang tiba di Bandar Udara Ataturk dengan penerbangan komersial pada Selasa pagi, hari ketika Khashoggi hilang. Sebagian lainnya meluncur dari ibu kota Arab Saudi, Riyadh, dengan dua jet pribadi, yang masing-masing mendarat pada Selasa pagi dan sore.

Dari rekaman kamera pengawas, ke-15 orang itu tampak mendatangi konsulat saat Khashoggi masih di dalam. Mereka datang dalam rombongan mobil van berbeda. Sejumlah sumber di kepolisian Turki menyebutkan mereka ”regu pembunuh” yang didatangkan untuk menghabisi nyawa -Khashoggi.

Belum jelas motif di balik penghilangan Khashoggi. Pria yang berulang tahun ke-60 pada 13 Oktober lalu ini wartawan ka-wakan Saudi. Namanya melejit pada akhir dekade 1980-an saat dia mewawancarai Usamah bin Ladin di perbukitan Tora Bora, yang pernah jadi markas Al-Qaidah. Kala itu, banyak pemuda Saudi, termasuk Usamah, hijrah ke Afganistan dan bertempur melawan invasi Uni Soviet.

Perjalanan karier jurnalistik Khashoggi merentang luas. Ia pernah bekerja untuk sejumlah surat kabar Saudi, termasuk sebagai editor di harian reformis Al--Watan. Khashoggi bahkan dipercaya sebagai penasihat kerajaan dan punya hubungan yang dekat dengan Pangeran Turki al-Faisal, kepala intelijen Saudi.

Khashoggi, yang vokal mendukung demokrasi, merasa terganggu saat Saudi memerangi perlawanan di dunia Arab selama Musim Semi Arab. Tapi Khashoggi mempertahankan hubungan dengan keluarga kerajaan, bahkan saat dia sering mengkritiknya. Keadaan mulai berubah ketika Raja Salman naik takhta pada 2015 dan memberikan wewenang yang sangat besar kepada putranya, Muhammad bin Salman.

Sikap kritis Khashoggi terhadap Pangeran Salman, yang getol menangkapi siapa saja yang tak sepaham dengannya, harus dibayar mahal. Pada September 2017, Khashoggi terpaksa meninggalkan Saudi, termasuk istrinya, enam bulan setelah kerajaan melarangnya menulis dan mencuit di Twitter. Larangan itu rupanya muncul lantaran ia juga acap mengkritik Presiden Amerika Serikat Donald Trump, sekutu Raja Salman.

Khashoggi kemudian tinggal di Virginia, Amerika Serikat, dan menjadi kolumnis untuk The Washington Post. ”Saya tak ingin ditahan seperti beberapa kolega saya,” ucapnya kepada Al Jazeera tentang keputusannya mengasingkan diri. Rutinitas bepergian ke Inggris dan Turki mempertemukan Khashoggi dengan Hatice Cengiz di Istanbul. Nahasnya, di kota yang terbelah oleh Selat Bosporus itu pula Khashoggi lenyap.

Tidak mudah bagi otoritas Turki untuk menemukan bukti kuat pembunuhan Khashoggi. Upaya mereka memeriksa konsulat dan kediaman Mohammad al-Otaibi terhalang. Pemerintah Saudi baru memberikan lampu hijau untuk pengusutan bersama kasus ini pekan lalu. Itu pun setelah Riyadh mendapat tekanan internasional.

Pada Rabu pekan lalu, tim yang terdiri atas belasan polisi dan jaksa Turki, termasuk ahli forensik dengan pakaian putih, memasuki rumah Otaibi. Mereka baru diperbolehkan masuk beberapa jam setelah tim investigasi Saudi lebih dulu memasuki bangunan itu. ”Kami tidak diperbolehkan menggeledahnya tadi malam karena keluarganya (Otaibi) ada di dalam,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Selama ini, pejabat keamanan Turki memilih berbicara dalam kondisi anonim. Mereka membocorkan informasi melalui media pro-pemerintah, seperti Yeni Safak dan Anadolu. Surat kabar tersebut, misalnya, menerbitkan identitas dan potret 15 pria Saudi yang diduga terlibat dalam kasus Khashoggi. Tujuh orang di antaranya diketahui sebagai bagian dari tim pengawal Pangeran Salman.

Otoritas Turki juga mengklaim punya rekaman suara saat Khashoggi disiksa dan dihabisi. Menurut pejabat Turki yang mengaku mendengar rekaman itu, pembunuhan Khashoggi berlangsung tujuh menit. Tubuhnya dimutilasi oleh Salah Muhammad al-Tubaigy, yang diidentifikasi sebagai kepala forensik di Departemen Keamanan Saudi. ”Ia dipotong di meja di ruang belajar saat masih hidup,” ujar sumber itu.

Tubaigy masuk ”regu pembunuh” berisi 15 pria Saudi itu. Saat mulai mencabik-cabik tubuh Khashoggi, Tubaigy memakai earphone dan mendengarkan musik. Dia menyarankan anggota regu lain melakukan hal serupa.

Turan Kislakci, sahabat karib Khashoggi, membenarkan klaim Turki. Dari hasil komunikasinya dengan sejumlah pejabat keamanan Turki, Kislakci, orang pertama yang dihubungi Cengiz saat Khashoggi lenyap, menemukan fakta yang pahit. ”Mereka berkata, ‘Ya, Turan, dia tidak semata dibunuh di konsulat, dia dibunuh dengan cara biadab’,” kata Kislakci kepada ABC News, Rabu pekan lalu.

Pemerintah Saudi akhirnya membenarkan bahwa Khashoggi tewas di dalam konsulatnya di Istanbul. Mereka ber-dalih bahwa Khashoggi meninggal setelah bertengkar dengan orang-orang yang ditemuinya di dalam konsulat. ”Penyeli-dikan masih berlangsung dan 18 warga Saudi ditangkap,” begitu pernyataan jaksa penuntut umum Saudi, seperti diberitakan Reuters, Sabtu pekan lalu.

Di London, tiga hari sebelum lenyap, Khashoggi sempat diwawancarai BBC. ”Kapan kira-kira Anda bisa pulang lagi?” pewawancara bertanya tentang kemungkinan ia kembali ke Saudi. ”Saya rasa saya tidak akan bisa pulang,” ucap Khashoggi.

MAHARDIKA SATRIA HADI (MIDDLE EAST EYE, WASHINGTON POST, YENI SAFAK)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mahardika Satria Hadi

Mahardika Satria Hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus