Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Selamat dari Serangan Israel, Pejabat PBB Bantah Bandara Yaman Digunakan Houthi

Pejabat PBB hingga Direktur WHO terjebak dalam serangan Israel di Bandara Sanaa di Yaman pada Kamis

28 Desember 2024 | 14.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Orang-orang berjalan di dekat bangunan yang rusak di Bandara Sanaa, setelah serangan udara Israel di Sana'a, Yaman, 27 Desember 2024. REUTERS/Khaled Abdullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat tinggi PBB untuk bantuan kemanusiaan di Yaman, yang berhasil menghindari serangan udara Israel di bandara Sanaa, pada Jumat membantah bahwa fasilitas tersebut memiliki tujuan militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator kemanusiaan PBB Julien Harneis mengatakan bandara tersebut “adalah lokasi sipil yang digunakan oleh PBB.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini digunakan oleh Komite Palang Merah Internasional, digunakan untuk penerbangan sipil – itulah tujuannya,” katanya kepada wartawan melalui tautan video dari Yaman.

“Pihak-pihak yang berkonflik mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa mereka tidak menyerang sasaran sipil,” tambahnya. “Kewajibannya ada pada mereka, bukan pada kita. Kami tidak perlu membuktikan bahwa kami adalah warga sipil.”

Israel mengklaim menargetkan “infrastruktur militer” dalam serangan Kamis dan target di seluruh negeri digunakan oleh milisi Syiah Houthi untuk “menyelundupkan senjata Iran” dan mendatangkan pejabat senior Iran.

Harneis menggambarkan bagaimana dia, Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan 18 staf PBB lainnya, terjebak dalam serangan itu. Ini menurutnya juga terjadi ketika sebuah pesawat yang penuh sesak mendarat di dekatnya.

Seorang staf PBB terluka parah dalam serangan tersebut, yang menghancurkan fasilitas kontrol lalu lintas udara Yaman, kata Harneis. Anggota tim lainnya dimasukkan ke dalam kendaraan lapis baja untuk keselamatan.

“Ada satu serangan udara sekitar 300 meter di sebelah selatan kami dan serangan udara lainnya sekitar 300 meter di sebelah utara kami,” katanya.

“Apa yang paling menakutkan dari serangan udara itu bukanlah dampaknya terhadap kami – namun serangan udara itu terjadi… ketika sebuah pesawat sipil dari Yemenia Air, yang membawa ratusan warga Yaman, akan mendarat,” katanya.

“Faktanya, pesawat dari Yemenia Air itu mendarat, meluncur, ketika pengatur lalu lintas udara dihancurkan.”

Meskipun pesawat tersebut “dapat mendarat dengan selamat… keadaannya bisa saja jauh lebih buruk.”

Serangan Israel, katanya, terjadi “tidak ada indikasi adanya potensi serangan udara.”

Harneis mengatakan bandara ini “sangat penting” untuk melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Yaman. “Jika bandara itu dinonaktifkan, maka operasi kemanusiaan akan lumpuh.”

PBB menyebut Yaman sebagai “krisis kemanusiaan terbesar di dunia,” dengan 24,1 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.

Institusi-institusi publik yang menyediakan layanan kesehatan, air, sanitasi dan pendidikan telah runtuh setelah perang bertahun-tahun.

Kelompok Houthi menguasai sebagian besar Yaman setelah merebut Sanaa dan menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional pada September 2014.

Serangan Israel terjadi ketika kelompok tersebut meningkatkan serangan jarak jauhnya terhadap Israel setelah gencatan senjata antara Israel dan kelompok lain yang didukung Iran, Hizbullah Lebanon. Serangan Houthi ke Israel merupakan solidaritas terhadap penderitaan warga Palestina di Gaza.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus