SEJUMLAH tokoh baru muncul seusai Kongres PKV ke-6 pekan silam, menggantikan sederet nama lama yang mundur. Mereka inilah yang dalam tahun-tahun mendatang akan memegang kendali PKV dan pemerintah Vietnam. Profil sebagian di antaranya: PHAM HUNG Isu terbesar di antara pengamat setelah Kongres Nasional PKV pekan lalu adalah siapa yang akan menduduki kursi perdana menteri Vietnam. Banyak yang kemudian menoleh ke Pham Hung, orang nomor dua di susunan Politbiro PKV yang baru. Hung lahir dengan nama Pham Van Thien pada 1912 di daerah Chau Thanh Vietnam bagian Selatan. Karena kegiatannya dalam organisasi pergerakan revolusioner melawan pemerintah kolonial Prancis, ia pernah dikeluarkan dari sekolah menengahnya pada 1926. Pada tahun yang sama ia masuk persatuan pemuda komunis. Empat tahun kemudian Hung muda ini bergabung dalam Partai Komunis Indocina. Ia pernah dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah kolonial Prancis, tapi hukuman tersebut kemudian diubah atas desakan kaum buruh Vietnam dan Prancis. Akhirnya ia dibuang ke penjara Pulau Condore. Setelah dibebaskan, pada 1945 ia terpilih sebagai ketua PKV di Selatan. Ia terpilih pertama kali sebagai anggota Politbiro dan ketua Dewan Persatuan Nasional pada 1956. Karier Hung terus menanjak setelah ditunjuk sebagai wakil presiden Dewan Pemilihan Nasional pada 1975. Di tahun yang sama ia diangkat sebagai menteri dalam negeri Vietnam. Pos yang dipegangnya sampai kini. Jika terpilih sebagai perdana menteri Vietnam ketiga, diduga Hung bakal menerapkan sistem disiplin baru yang ketat pada para anggota partai, terutama atas para kader yang selama ini menyalahgunakan kedudukan mereka. VO CHI CONG Nama lain yang disebut-sebut sebagai calon kuat perdana menteri Vietnam adalah Vo Chi Cong. Anak petani miskin yang lahir di Da Nang 73 tahun yang lalu ini, setelah Kongres PKV ke-6 yang silam, meloncat dari urutan kedelapan di Politbiro ke peringkat ketiga. Tak aneh kalau kemudian ia santer disebut sebagai calon pengganti Pham Van Dong. Apalagi Cong sejak reshuffle kabinet Juni lalu menduduki pos wakil perdana menteri. Bersama dengan Nguyen Van Linh dan Vo Van Kiet, Cong merupakan tiga serangkai penggerak reformasi ekonomi yang didukung Kongres baru lalu. Adalah Cong pula yang mendukung kampanye untuk mengkritik korupsi dan kelemahan-kelemahan dalam sistem pemerintahan. Cong, yang sejak 1935 bergabung dalam Partai Komunis Indocina, aktif di Selatan selama perang dengan AS. Menggunakan nama perang Vu Toan, ia merupakan ketua pertama Partai Revolusioner Rakyat (Partai Komunis Vietnam cabang Selatan) yang bertanggung jawab di bidang propaganda, rekrutmen, dan "agitprop". Seusai perang, Cong mendapat peran penting di partai dan perintah -- kebanyakan di bidang pertanian. Ia diangkat sebagai menteri pertanian pada 1977, yang dijabatnya selama tiga tahun. Tak lama kemudian ia ditunjuk menjadi ketua transformasi sistem kapitalis Selatan ke sistem sosialis. Ia merupakan pendukung kebijaksanaan desentralisasi yang memperkenalkan suatu sistem kontrak produksi bagi petani dan buruh dengan mengandalkan perangsang materi untuk menggalakkan produksi rakyat. Kebijaksanaan itu diterapkan secara nasional pada 1981. Cong lalu berperan penting di Sekretariat Komite Sentral Partai yang dijalaninya sampai ia menggantikan posisi wakil PM To Huu enam bulan lalu. Sejak itu, jalan ke pos perdana menteri semakin lapang bagi dia. NGUYEN VAN LINH Nguyen Van Linh tergolong orang yang cepat revolusioner. Tokoh yang Rabu pekan lalu diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam itu pada usia 15 tahun sudah mengenyam kehidupan penjara. Kala itu, 1930, ia dijatuhi hukuman seumur hidup oleh penguasa Prancis dan dikirim ke Pulau Con Son, karena terlibat dalam partai komunis yang terlarang waktu itu. Setelah mendapat amnesti Van Linh bergabung dengan partai komunis yang baru terbentuk. Bersama Mendiang Le Duan, ia giat membangun di kawasan Selatan. Agar sepak terjangnya tak diketahui, ia mempunyai tiga nama: Nguyen Van Cuc Nguyen Van Muoi, dan baru belakangan ia memakai nama Nguyen Van Linh. Lagi-lagi ia ditangkap pemerintah Prancis, dijebloskan ke Pulau Con Son bersama-sama dengan Ketua Partai Komunis Vietnam, Le Duan, dan baru tahun 1945 ia dilepaskan. Tak banyak yang tahu kehidupan pribadi Nguyen Van Linh. Menurut catatan resmi ia dilahirkan di sebuah desa dekat Hanoi tahun 1915. Namun, data lain menyebut, ia dilahirkan di daerah Selatan, dan orangtuanya berasal dari Utara. Beberapa sumber menyebutkan, Nguyen Van Linh menikah dengan seorang bekas pendeta putri Budha di akhir tahun 1940-an. Pada Kongres PKV ke-3, 1960, Van Linh terpilih sebagai salah seorang anggota Komite Sentral, lalu diangkat sebagai anggota Politbiro dalam Kongres PKV ke-4, 1976. Dengan gaya bicaranya yang memikat, suara yang mantap, ditambah kemampuannya berbahasa Prancis dan Cina, tak sulit baginya untuk ditugasi sebagai seorang propagandis. Tatkala Perang Vietnam berkecamuk dan Saigon jatuh, 1975, Van Linh berperan sebagai juru damai antara Hanoi dan para tokoh Vietkong yang kurang percaya pada pihak Utara. Nguyen Van Linh akhirnya terkenal dengan sebutan "Deng Xiao Ping" Vietnam, tatkala ia menjadi Sekjen PKV Kota Ho Chi Minh, 1982. Waktu itu, ia berhasil mengadakan pembaruan ekonomi. Dengan gencar ia mempromosikan otonomi manajemen pada perusahaan swasta kecil dan bisnis rumah tangga. Tindakannya ini menggelisahkan beberapa anggota Politbiro yang tergolong ideolog sejati. Van Linh dianggap terlalu lunak mengintegrasikan sistem ekonomi sosialis pada kawasan Selatan, yang baru saja direbut. Akibatnya ia dicopot dari keanggotaan Politbiro di tahun yang sama. Hal itu tak berlangsung lama. Dalam sidang pleno PKV kedelapan, 1985, yang membahas masalah kesulitan ekonomi yang dihadapi Vietnam, Van Linh diangkat kembali menjadi anggota Politbiro. Ia pun sering muncul dalam serangkaian acara seremonial, yang biasanya dilakukan oleh pejabat tingkat atas. "Kita dapat menyadari kebenaran secara tepat dan menyeluruh, hanya dengan pembaruan," ujarnya dalam Konperensi Nasional PKV akhir 1985. Meskipun suka akan pembaruan, sikapnya pada Cina -- musuh besarnya -- masih tetap konservatif, seperti ditunjukkannya sebelum Kongres PKV, bulan Oktober 1985. Waktu itu, Van Linh mendesak agar dijatuhkan hukuman berat bagi para imam Katolik yang bersikap kontrarevolusioner. Ia pun wanti-wanti berpesan agar waspada terhadap kaum "Hoa" -- kelompok etnis Cina di vietnam. VO VAN KIET Vo Van Kiet, 64, menduduki urutan kelima dalam tubuh Politbiro Partai Komunis Vietnam (PKV). Anak keluarga petani miskin dan Selatan ini mulai bergabung dalam Partai Komunis Indocina pada 1939. Setelah itu ikut aktif dalam pergerakan rcvolusioner di daerah Selatan pada 1960-an sebagai sekretaris PKV di Saigon. Kariernya ikut berperan dalam menumbangkan Saigon tak banyak diketahui orang. Ia, yang sudah lama dikenal sebagai pelopor gerakan reformis bersama dengan Nguyen Van Linh dan Vo Chi Cong, pernah duduk sebagai ketua PKV di Kota Ho Chi Minh, ketika sahabat kentanya Nguyen Van Linh duduk di Konfederasi Buruh Vietnam, tahun 1977. Dengan ditunjuknya Van Kiet sebgai menteri perencanaan Vietnam, 1981, babak baru reformasi di Vietnam mulai dicanangkan. MAI CHI THO Dari ketiga belas anggota Politbiro Vietnam yang baru saja terpilih, tercantum nama Mai Chi Tho pada urutan terakhir. Mai Chi Tho, yang tak lain adalah adik kandung Le Duc Tho, dilahirkan di Provinsi Nam Ha bagian utara. Pada waktu Perang Vietnam, Mai Chi Tho bertanggung jawab sebagai kepala polisi rahasia Vietnam. Sebelum terpilih menjadi anggota Politbiro, ia menjabat sebagai Wali Kota Ho Chi Minh, dahulu Saigon. Meskipun menduduki urutan paling akhir, Mai Chi Tho diramalkan akan berperang penting dalam masa lima tahun mendatang. Didi Prambadi & Farida Sanjaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini