Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel Aksi 'Hari Penyesalan' Serang Palestina
"HARI-Hari Penyesalan". Begitu Israel menamai aksi militer besar-besaran atas Palestina pekan lalu. Komandan tertinggi Brigade Al-Quds, sayap militer kelompok Jihad Islam, Bashir al-Dabbash, turut tewas di antara puluhan orang lainnya karena terkena peluru kendali. Dalih Israel, serangan itu cuma reaksi balik atas rangkaian pengeboman yang selama ini dilakoni kelompok radikal Palestina terhadap permukiman Yahudi.
Padahal sasarannya sangat jelas: menguasai Gaza dan empat permukiman di Tepi Barat, yang bertujuan mementahkan upaya damai. "Semua paket yang mengacu pada pembentukan Negara Palestina telah dihilangkan dari agenda kami dalam jangka waktu tak terbatas," kata Dov Weisglass, penasihat senior Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.
Dunia mengecam serangan keji itu. Prancis, misalnya, menilai operasi militer atas warga sipil Palestina bertentangan dengan hukum internasional. Bahkan PBB, Rabu pekan lalu, sempat menyepakati resolusi agar Israel menghentikan serangannyasebelum digagalkan veto Amerika.
Pakistan Bom Mobil Guncang Pakistan
BOM mobil diledakkan untuk memaksakan kehendak. Kali ini mengguncang Kota Multan, Pakistan Timur, di tengah pertemuan kaum muslim Sunni Pakistan, Kamis pekan lalu. Sedikitnya 40 orang tewas dan puluhan lainnya luka berat. Saat itu, mereka lagi memperingati setahun wafatnya Maulana Azam Tariq, pemimpin kelompok militan muslim Sunni Sipah-e-Sahaba.
Mobil bermuatan bom itu langsung meledak begitu seorang pria selesai memarkirnya tak jauh dari tempat pertemuan. Bom kedua, yang dipasang di sebuah sepeda motor, meletus dua menit kemudian. "Ini aksi teror paling busuk dan semua tahu siapa di baliknya," kata Ahmad Ludhianvi, ketua kelompok Sipah-e-Sahaba.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab, tapi polisi menduga serangan bom dilakukan kaum sektarian Syiah. Pasalnya, enam hari sebelum ledakan itu, bom bunuh diri juga meleduk di sebuah masjid di Kota Sialkot yang sedang disesaki kaum muslim Syiah yang melakukan salat Jumat. Saat itu, 31 orang tewas dan puluhan lainnya luka berat.
Kamboja Sihanouk Turun Takhta
KABAR dari Cina itu mengejutkan rakyat Kamboja. Surat Raja Sihanouk, Kamis pekan lalu, memaklumkan dia tak sanggup lagi memimpin negara karena penyakit serius di perutnya. Kepada rakyat Kamboja, Sihanouk, yang bulan ini berulang tahun ke-82, pamit meninggalkan takhta.
Sihanouk berkali-kali mengancam turun takhta, biasanya jika terjadi pertikaian politik di negerinya. Tapi kali ini tak terlihat motif politik di balik keputusannya. Ia memasuki kehidupan publik sejak dikukuhkan Prancis menjadi raja pada 1941, saat Kamboja masih menjadi koloninya. Belakangan, Sihanouk berbalik melawan Prancis dan sukses memimpin perjuangan kemerdekaan pada 1953.
Keputusan Sihanouk ini meninggalkan "pekerjaan rumah" konstitusional bagi Kamboja. Dua pekan lalu, parlemen mengesahkan undang-undang yang memungkinkan pengadilan para tokoh Khmer Merah yang masih hidup. Dengan mundurnya Sihanouk, tak ada yang bisa menandatangani undang-undang itu. "Baru pertama kalinya Kamboja tanpa seorang raja. Dan ketika tidak ada kepala negara, tak ada pula penjabat kepala negara," kata Pangeran Ranariddh, putra Sihanouk, yang kini menjadi ketua parlemen.
Mesir Bom Guncang Tempat Wisata
TIGA serangan bom mengguncang kawasan wisata tepi Laut Merah di Mesir, yang sarat turis Israel. Sedikitnya 30 orang tewas dalam serangan yang diduga merupakan bom bunuh diri itu. Menurut pejabat Israel, 38 orang hilang dan beberapa mayat masih terkubur di bawah reruntuhan Taba Hilton, setelah truk berisi bom menghantam hotel yang berada di sekitar perbatasan Mesir-Israel.
Serangan itu menyusul dua ledakan di tempat agak jauh ke arah selatan Taba Hilton, mendekati Semenanjung Sinai, yang juga dipenuhi pelancong Israel. Paling sedikit enam di antara korban tewas adalah warga Israel, satu warga Rusia, dan banyak warga Mesir. Sekitar 120 orang terluka.
Setelah kejadian itu, pejabat pemadam kebakaran Israel mengeluhkan kurangnya kerja sama dalam upaya penyelamatan. Menurut pejabat Israel, Mesir masih menggunakan "alat-alat primitif", seperti penggalian dengan tangan kosong.
Ledakan-ledakan Kamis pekan lalu itu merupakan serangan besar pertama dengan sasaran kawasan wisata Mesir setelah 58 orang asing terbunuh di Luxor pada 1997.
Yanto Musthofa, Endah W.S. (BBC, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo