Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Awal pekan ini, Senin, 5 September 2022 Liz Truss terpilih menjadi Perdana Menteri atau PM Inggris menggantikan Boris Johnson yang telah menjabat sebagai PM sejak tahun 2019 dan dipenuhi berbagai skandal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Truss berhasil mengungguli rekannya di Partai Konservatif, yaitu Rishi Sunak yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Kepala Sekretaris Keuangan Inggris dari tahun 2019 hingga 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan catatan Reuters, sehari setelah memenangi pemilihan di Partai Konservatif, Liz Truss berjumpa dengan Ratu Elizabeth II pada hari Selasa, 6 September 2022. Pertemuan ini sebagai bentuk resmi pengangkatan Truss sebagai PM oleh Ratu Inggris. Dua hari kemudian, ratu terlama pemegang tampuk Inggris selama 70 tahun itu wafat.
Biasanya, pertemuan ini diadakan di Istana Buckingham di Inggris, tetapi sebab kondisi kesehatan Ratu Elizabeth II yang terus memburuk, pertemuan Truss dan Elizabeth II digelar di Kastil Balmoral di Skotlandia.
Perdana Menteri Perempuan Inggris Sebelum Liz Truss
Sebelum menjabat sebagai PM, Liz Truss merupakan Menteri Luar Negeri di bawah kepemimpinan PM Boris Johnson.
Apabila melihat sejarah pemerintahan di Inggris, Truss merupakan PM perempuan ketiga di Inggris. Sebelumnya, Margaret Thatcher dan Theresa May merupakan dua nama perempuan yang pernah menduduki kursi PM di Inggris.
Margaret Thatcher
Thatcher merupakan salah satu PM paling fenomenal yang pernah dimiliki oleh Inggris. Dunia internasional pun kerap mengenalnya sebagai The Iron Lady. Secara historis, Thatcher merupakan PM perempuan pertama di Inggris.
Merujuk laman inews.co.uk, Thatcher terpilih menjadi PM pada bulan Mei 1979. Sejak itu, ia menjabat selama 11 tahun 208 hari dan mengundurkan diri pada tahun 1990. Capaian ini menjadikan Thatcher sebagai PM terlama ketujuh dalam sejarah Inggris dan paling lama di abad ke-20.
Dalam buku berjudul The Iron Lady: Margaret Thatcher, from Grocer’s Daughter to Prime Minister, penulis Jason Campbell menyebut Thatcher sebagai PM yang paling dikagumi sekaligus dibenci.
Sebab, semasa kepemimpinannya Thatcher berhasil mendongkrak perekonomian Inggris melalui kebijakan privatisasi yang cukup kontroversial, tetapi juga dibenci karena mengurangi serta menekan pengaruh serikat pekerja di Inggris.
Sementara itu, mengutip catatan Britannica, julukan The Iron Lady didapat oleh Thatcher usai ia menunjukkan kebencian yang mendalam terhadap paham komunisme. Julukan mulanya diberikan oleh lembaga pers di Soviet pada tahun 1976 dan berujung sebagai julukan Thatcher yang paling mendunia.
Theresa May
Perdana menteri perempuan kedua di Inggris adalah Theresa May yang menjabat dari bulan Juli 2016 hingga Mei 2019. Sebelum menjabat sebagai PM Inggris, May adalah Sekretaris Dalam Negeri untuk Pemerintahan Inggris.
Salah satu momen paling kontroversial ketika May menjabat adalah wacana mengenai British Exit atau Brexit. Dikutip dari laman inews.co.uk, May harus menerima pemberontakan dan penolakan kuat dari partainya sendiri mengenai kesepakatan Brexit.
Merujuk catatan Reuters, para pemimpin Eropa yang tergabung dalam koalisi EU27 menyatakan persetujuan terhadap keputusan Brexit pada 25 November 2018 dalam agenda Brussel Summit. Akan tetapi, secara resmi, Inggris baru keluar dari Uni Eropa pada 1 Februari 2020.
Sebab, beberapa kebijakan dan keputusannya yang cukup kontroversial bagi masyarakat Inggris, May akhirnya mengundurkan diri pada Mei 2019 dan digantikan Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris sampai 2022.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.