Louis XVI hingga Saddam Hussein, Tokoh-Tokoh Dunia yang Dieksekusi Mati

TEMPO.CO, Jakarta - Vonis pengadilan paling berat yang dijatuhkan kepada seseorang adalah hukuman mati. Hingga saat ini, vonis tersebut sudah banyak dikenakan kepada banyak orang, termasuk para tokoh-tokoh yang tersohor, khususnya di ranah politik. Berikut ini adalah beberapa tokoh populer yang dieksekusi mati.

1. Louis XVI

Louis XVI adalah Raja Prancis dari Dinasti bourbon dan berkuasa sejak 1774 hingga 1792. Louis XVI pada awalnya adalah raja yang dicintai oleh banyak rakyatnya, tetapi ketidakmampuannya dalam memerintah membuat banyak rakyat Prancis berubah menjadi membencinya. Louis XVI dieksekusi mati dengan guillotine dengan dakwaan pengkhiantan kepada negara dan disaksikan oleh para rakyatnya. Eksekusi terhadap Louis XVI dilakukan pada 21 Januari 1793.

2. Marie Antoinette

Marie Antoinette merupakan istri dari Louis XVI. Ia dikenal sebagai permaisuri yang memiliki gaya hidup glamor dan membuat keuangan negara menjadi sulit karena gaya hidupnya tersebut. Selain itu, ia dijuluki sebagai “Nyonya Defisit”. Pada 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dieksekusi mati menggunakan guillotine.

3. Jeanne d’Arc

Jeanne d’Arc atau dikenal dengan nama Joan of Arc adalah pahlawan revolusi asal Prancis dan merupakan salah satu santa dalam kepercayaan Katolik. Pada 30 Mei 1431, Jeanne d’Arc dieksekusi mati dan disaksikan sekitar 10.ribu orang. Jeanne d’Arc dieksekusi mati dengan berbagai tuduhan, salah satunya adalah mempraktikkan ilmu sihir.

4. DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit atau dikenal dengan nama D.N Aidit adalah mantan pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dan dituduh sebagai dalam penyebab terjadinya Gerakan 30 September (G30S). Setelah peristiwa itu, Aidit menjadi buronan karena statusnya sebagai pemimpin PKI. Pada akhirnya, Aidit berhasil ditangkap di Surakarta. Tanpa melalui proses peradilan Aidit ditembak mati.

5. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo

SM Kartosuwiryo adalah seorang tokoh Islam dan pemimpin dalam pemberontakan Darul Islam dari 1949 hingga 1962. Pemberontakan yang dilakukan oelh Kartosuwiryo bertujuan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia berdasar hukum syariah. Semenjak melakukan pemberontakan tersebut, Kartosuwiryo menjadi buronan dan ditangkap pada 4 Juni 1962. Pada 12 September 1962 dia dieksekusi mati dengan cara ditembak di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu.