Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Maaf, tak laku tapi perlu

Ajaran karl marx mulai ditinggalkan masyarakat jerman (timur). proyek mega, yang khusus menerbitkan karya marx & frederich engels terancam bubar. ironis : barat menginginkan proyek itu berdiri.

26 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOMUNISME, yang dikatakan sebagai penerapan Marxisme, memang bangkrut di mana-mana. Maka, Karl Marx pun minta maaf. Coba lihat, sebuah kartun menggambarkan wajah sedih Bapak Komunisme itu, dan katanya, "Maaf, anak-anak, itu dulu memang gagasan saya." Di (bekas) Berlin Timur, ibu kota negeri yang pernah mempraktekkan ajaran Marx, tokoh yang berjanggut lebat itu memang tinggal olok-olok. Buku-buku klasik Marxisme raib dari toko -toko buku di kota itu, belakangan ini. Sebagai gantinya, selain kumpulan kartun, juga novel pop dan buku tentang seks. Maka, tak heran bila Proyek MEGA di Jerman, yang programnya khusus menerbitkan segala hal tentang dan karya Marx dan Frederich Engels, yang telah berjalan 12 tahun, kini terancam bubar. Sampai saat Tembok Berlin bobol, November 1989, sudah 45 seri karya Marx diterbitkan. Dengan dana khusus dari Partai Komunis Uni Soviet dan Jerman Timur, MEGA tak mengalami kesulitan. Penjualan buku-buku klasik, saat itu, bukan masalah. Sebab, selain masyarakat Jerman Timur, negara-negara satelit Soviet di Eropa Timur juga memesan buku-buku cikal-bakal ajaran komunis tersebut. Kini setelah Jerman bersatu dan ideologi komunisme ditendang di mana-mana, kegiatan Institut Marxisme Leninisme yang membawahkan Proyek MEGA itu nyaris berhenti. Dari 200 staf ahlinya, sebagian besar mengundurkan diri -pindah kerja -hanya tinggal 30 orang. Seorang pakar tentang Das Kapital, salah satu buku Marx, kini beralih profesi menjadi bankir yang makmur dan sudah lupa pada ajaran Marxisme. Sebenarnya, tahun lalu, Yayasan Marx-Engels Internasional didirikan untuk mendukung Proyek MEGA. Para cendekiawan pendiri Yayasan merasa perlu mempertahankan Proyek MEGA yang sudah goyang saat itu. Bukan untuk tujuan politis, tapi akademis. Mereka sepakat, negara komunis boleh ambruk, tapi Marxisme -yang merupakan satu mata rantai sejarah modern -tak bisa diputuskan begitu saja. Dan Proyek MEGA, sejak pertama berdiri, reputasinya sudah diakui kalangan akademisi internasional, Carl-Erich Vollgraf, Ketua MEGA, menuturkan pada Reuters. Sejauh ini, Yayasan Marx-Engels itu sudah menyalurkan dana semi-pribadi dari Amsterdam, Moskow, Berlin, dan Bonn. Tapi bantuan itu belum cukup rupanya. Masalahnya, sebelum ada kebangkrutan komunisme, pembeli memang datang sendiri ke MEGA. Kini penerbit ini harus memasarkan sendiri buku-bukunya, sesuai dengan sistem pasar bebas. Padahal di luar tembok akademi, orang sudah memusuhi komunisme. Jadi, bisa dipahami bila buka Proyek MEGA tak laku. Yang kemudian membuat Vollgraf dan Ingolf Neunuebel, manajer proyek, tak enak hati: sejumlah pakar penerbit Jerman Barat mulai mengincar Proyek MEGA. Sebagai orang yang lebih berpengalaman di pasar bebas, para penerbit Jerman Barat itu melihat kebangkrutan Proyek MEGA semata dari satu sisi: pengelolanya tak punya modal pengetahuan untuk bersaing di pasar bebas. "Mereka seperti tak menghendaki bekas tangan para pengelola lama dalam terbitan baru MEGA," kata Vollgraf. Padahal Vollgraf dan Neunuebel sudah punya rencana otentik: menerbitkan segala orat-oret kedua tokoh abad ke-19 itu seperti aslinya. Yang agak menimbulkan harapan, belum lama, sekelompok ahli Marxisme Jepang mengimbau PM Helmut Kohl membantu proyek MEGA. Sebagai langkah solidaritas, mereka memasok dana US$ 7.600 pada MEGA. Ini ironis: proyek yang dulu dimaksudkan antara lain untuk menegakkan komunisme yang memusuhi Barat, kini dibela oleh Barat agar tetap berdiri sebagai salah satu penerbit ilmiah. FS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus