Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mahalnya Harga Hukuman Mati

Sejumlah negara bagian menghapus hukuman mati. Bukan berubah menjadi pro-kehidupan, melainkan karena biayanya sangat mahal sehingga membuat bangkrut.

27 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Mahalnya Harga Hukuman Mati
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Steven Hernandez tercenung ketika ditanya ihwal nasib tragis yang menimpa saudara perempuannya, Rebecca Wingo. Matanya berkaca-kaca. Mulutnya bungkam menahan amarah.

Wingo, 32 tahun, tewas tertembus timah panas dalam tragedi penembakan brutal dalam pemutaran film The Dark Knight Rises di Aurora, Denver, Colorado, 20 Juli lalu. Sejak itu, kehidupan keluarganya berubah. Ibunya sakit dan putus asa, Hernandez sendiri terus menyimpan dendam kepada pelakunya, James "The Joker" ­Holmes.

"Saya ingin melihat dia (Holmes) dihukum mati, dan saya harap dia mendekam bertahun-tahun di penjara menunggu ajalnya tiba," ujar Hernandez, seperti dikutip situs TMZ pada awal Agustus lalu.

Wingo adalah satu dari 12 korban tewas dalam penembakan terburuk dalam sejarah Amerika Serikat itu. Akibat perbuatannya itu, Holmes menghadapi 142 dakwaan, termasuk 24 tuduhan pembunuhan tingkat pertama atau dua dakwaan untuk masing-masing korban tewas. Kalau dia terbukti bersalah, hukuman mati menantinya.

Tragedi Aurora tak cuma memunculkan kembali perdebatan tentang pengetatan kepemilikan senjata api, tapi juga tentang perlu-tidaknya penghapusan hukuman mati di negara itu.

Sejumlah kalangan mengusulkan agar hukuman mati dihapus saja. Bukan dengan pertimbangan manusiawi, melainkan karena hukuman mati telah merongrong keuangan pemerintah. Mantan jaksa wilayah Los Angeles, Gil Garcetti, menyatakan hukuman mati harus diakhiri dan diganti dengan hukuman seumur hidup tanpa bebas bersyarat.

"Hukuman mati di California tidak bisa diperbaiki lagi, karena sangat mahal dan berisiko mengeksekusi orang tak bersalah," tulis Garcetti di situs San Francisco Chronicle, Selasa dua pekan lalu.

Lelaki 71 tahun itu sudah menangani lusinan perkara dengan vonis hukuman mati selama 12 tahun menjadi jaksa wilayah. Kini ia mendukung "Usulan 34" untuk menggantikan hukuman mati di California. Menurut dia, uang ratusan juta dolar yang dihabiskan untuk hukuman mati lebih baik digunakan buat pendidikan dan mencegah kriminalitas.

"Kami mengutuk para pembunuh dengan ganjaran hukuman mati dengan harapan memberikan hukuman berat untuk kejahatannya," tulis Garcetti. Namun nyatanya para pesakitan justru menikmati kenyamanan di dalam bui. Mereka dibanjiri surat elektronik dari penggemar, mendapat sel pribadi dengan televisi, dan hak-hak istimewa lainnya. Ia tak pernah membayangkan hal itu selama persidangan.

Setiap tahun, kata dia, California harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar penampungan khusus dan tim pengacara serta membiayai proses pengadilan yang berlangsung bertahun-tahun sampai putusannya in kracht.

Ia menyatakan Kantor Analis Legislatif di California menemukan bahwa mengganti hukuman mati dengan hukuman seumur hidup dapat menghemat anggaran hingga US$ 130 juta atau Rp 1,2 triliun per tahun. "Kita harus bisa menghentikan pemborosan ini. Kami membutuhkan uang itu untuk polisi dan guru."

Hakim pengadilan banding Amerika, Arthur L. Alarcon, dan guru besar Sekolah Hukum Loyola, Paula M. Mitchell, menyodorkan angka lebih besar. Dari hasil penelitian mereka pada 2011, hukuman mati di California menyedot anggaran hingga US$ 184 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun per tahun.

Bila California mempertahankan hukuman mati hingga 2030, mereka memperkirakan dana yang harus disediakan mencapai US$ 9 miliar. Mereka menyusun data dengan melacak sejarah hukuman mati di California, mengidentifikasi biaya yang ditanggung akibat perkara kriminal yang berujung pada hukuman mati.

Mereka menyodorkan tiga opsi kepada calon pemilih: melestarikan hukuman mati dengan tambahan anggaran US$ 85 juta per tahun, lebih selektif menjatuhkan hukuman mati untuk menghemat US$ 55 juta, atau menghapus hukuman mati dan berhemat hingga US$ 1 miliar selama lima tahun ke depan. "Saya percaya mayoritas pemilih California ingin mempertahankan beberapa opsi untuk menghukum mati pelaku kriminalitas yang paling jahat," ujar Alarcon, wakil jaksa wilayah Los Angeles pada 1950-an.

Empat tahun lalu, Alarcon mengajukan permohonan memperbaiki undang-undang hukuman mati di California. Ia menyodorkan data rata-rata terpidana harus menunggu eksekusi selama 17 tahun sejak divonis bersalah. Saat ini masih antre 714 terpidana untuk dieksekusi.

Ia menyatakan pelaksanaan hukuman mati terakhir di California menelan biaya US$ 1,1 juta atau sekitar Rp 10,3 miliar. Pemilihan jurinya saja memakan waktu 3-4 pekan dengan biaya US$ 200 ribu. Negara bagian juga harus membayar US$ 300 ribu untuk jasa pengacara yang mewakili terpidana mengajukan permohonan banding. Belum lagi membayar jasa pengamanan setiap terpidana, yang mencapai US$ 100 ribu. Sejak 1978, 13 terpidana mati sudah dieksekusi di negara bagian ini dengan biaya sekitar US$ 4 miliar.

Kondisi keuangan California bakal makin runyam bila hukuman mati tetap dilegalkan. Sebab, anggaran negara bagian itu turun hingga US$ 25 juta tahun ini. Bila hukuman mati diteruskan, California terancam bangkrut.

Direktur situs berita Collapse Network, Michael Ruppert, mengatakan, dengan kondisi keuangan kacau, hanya tinggal menunggu waktu California membuka pintu penjara dan membiarkan narapidana melenggang bebas. "Apa yang terjadi di California mirip dengan Yunani."

Masalah yang dihadapi California serupa dengan Negara Bagian Illinois sebelum Gubernur Illinois Pat Quinn menandata­ngani undang-undang penghapusan hukuman mati pada Maret 2011.

Keputusan itu diambil delapan tahun sejak mantan gubernur George Ryan menghentikan hukuman mati dan mengubah hukuman 160 terpidana mati menjadi seumur hidup.

Ongkos yang mahal menjadi salah satu alasan penghapusan itu. Menurut senator dari Partai Republik, Dan Duffy, Illinois harus mengeluarkan US$ 100 juta per tahun untuk hukuman mati. "Saya percaya hukuman mati tidak membuat masyarakat kita merasa lebih aman. Itu hukuman yang tidak efektif dan mahal," ujar senator asal Lake Barrington, Illinois, ini.

Para penyokong hukuman mati menuding para penegak hukumlah yang membuat biaya hukuman mati selangit karena proses banding yang berbelit. "Itu hanya asalan mereka bahwa hukuman mati mahal," ujar Harriet Salarno, Presiden Serikat Korban Kejahatan California. Ia mengatakan California harus menyederhanakan proses banding agar biaya hukuman mati lebih murah.

Sejak 1930—ketika statistik hukuman mati mulai dikumpulkan Departemen Kehakiman Amerika—hingga 1967, ada 3.859 orang yang dieksekusi. Hingga kini sudah 17 negara bagian di Amerika yang menghapus hukuman mati. Michigan merupakan negara bagian pertama yang menghapus hukuman mati pada 1846. Terakhir, Connecticut menghapusnya pada April lalu.

Kini California sedang berjuang mengikuti jejak mereka. Pelaksanaan "Usulan 34" akan ditentukan dalam pemungutan suara pada November nanti. Jika sebagian besar masyarakat menyetujuinya, hukuman mati di California akan tinggal sejarah.

Sapto Yunus (Los Angeles Times, RT.com, ABC News, San Francisco Chronicle)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus