BAGAIMANA dengan regenerasi di ABRI? Pimpinan ABRI berulang
kali telah menjelaskan, kepemimpinan ABRI dalam dasawarsa ini
akan dialihkan pada para perwira generasi muda. Bagaimana
sebetulnya penggolonan generasi dalam ABRI?
Menurut Brigjen Nugroho Notosusanto, Kepala Pusat Sejarah ABRI,
pembagian generasi dalarr ABRI yang sedikit banyak sudah resmi
adalah pembagian atas dua generasi. Ukuran yang dipakai untuk
membedakannya adalah pengalaman ikut atau tidaknya sebagai
prajurit dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949. Yang masih
mengalami disebut angkatan atau genl rasi 45, yang tidak
mengalami disebut generasi penerus.
Generasi 45 bisa dibagi dalam 3 subgenerasi, berdasar karir
atau pendidikan militernya. Sub-generasi pertama adalah mereka
yang telah menempuh karir yang cukup panjang, di bidang sipil
maupun militer pada zaman Hindia Belanda, yang pada aman
penjajahan Jepang dikerahkan untuk menjadi pimpinan tentara
Peta. Kebanyakan di antara mereka pada waktu Proklamasi sudah
berusia 40 tahun atau lebih, seperti Oerip Soemohardjo. Panglima
Besar Jenderal Soedirman merupakan perkecualian. Usianya waktu
itu baru 29 tahun.
Sub generasi kedua adalah lulusan atau bekas kadet Koninlijke
Militaire Akademie Breda atau Bandung, ataupun Corps Opleiding
Reserve Officieren Bandung, yang belum menempuh karir panjang
dalam KNIL. Mereka ini antara lain A.H. Nasution, T.B.
Simatupang, M.M. Rachmat Kartakusuma dan Suriadi Suriadarma.
Termasuk dalam sub-generasi ini adalah juga para bekas syodanco
dan cudanco tentara Peta yang muda, misalnya Soeharto (kini
Presiden), Achmad Yani (almarhum), Gatot Subroto (almarhum) dan
Djatikusumo (anggota DPA). Subgenerasi inilah yang menjadi inti
generasi 45.
Termasuk di dalamnya adalah para tokoh TNI-AL lulusan Pendidikan
Perwira Angkatan Laut di Den Helder maupun Sekolah Pelayaran
Tinggi pada zaman Jepang. Semua Kepala Staf (atau Panglima)
TNI-AL, termasuk yang sekarang, adalah anggota sub-genrasi ini.
Demikian juga Menteri Hankam/Pangab, Wapangab, Kasad dan Kasal
termasuk sub-generasi ini.
Sub-generasi ketiga meliputi para perwira lulusan
akademi-akademi pembentukan perwira yang didirikan RI selama
Perang Kemerdekaan. Tokoh yang menonjol dari sub-generasi ini
umumnya lulusan militer Akademi Yogyakarta yang meliputi 3
angkatan (Angkatan ketiga menyelesaikan studinya di KMA Breda).
Misalnya Menteri Pertambangan dan Energi Subroto, Danjen AKABRI
Letjen. Soesilo Soedarman, Pangkostranas Letjen Himawan Sutanto,
Pangkowilhan I Letjen Wiyogo Atmodarminto, Asrenum dan Kasmin
Hankam Letjen Yogi Supardi dan Asisten Operasi Hankam Letjen
Seno Hartono.
Dari angkatan ketiga yang sekarang menjadi Pangdam adalah
Pangdam XIII/ Merdeka Brigjen Rudini (51 tahun) dan Pangdam
III/17 Agustus Brigjen Soelarso (51 tahun). Lulusan Pusat
Pendidikan Perwira AD (P3AD)--didirikan di Bandung pada 1951
--yang menonjol adalah Assiten Intelejen Hankam/Waka Bakin
Letjen Benny Moerdani (48 tahun).
Para perwira generasi penerus yang pertama umumnya masih bocah
tatkala Perang Kemerdekaan berlangsung. Mereka adalah lulusan
Akademi Militer Nasional Magelang dan Akademi Teknik Angkatan
Darat Bandung sebelum digabungkan dengan AMN. Dari generasi ini
yang sudah menjadi Pangdam antara lain Brigjen Tri Sutrisno, 40
tahun, Pangdam Sriwijawa serta Pangdam XIV/Hasanuddin Brigjen
Soegiarto (44 tahun).
Prestasi lapangan yang dianggap menonjol agaknya menjadi ukuran
penting dalam jenjang kepemimpinan ABRI. Seperti yang dialami
Brigjen Soegiarto. Pada 1975, tatkala menjabat Komandan Brigif
17 Linud Kostrad, bersama pasukannya Letkol Soegiarto
diterjunkan di daerah Timor Timur untuk merebut Lapangan Terbang
Baucau. Batas waktu 1 minggu yang diberikan atasannya untuk
merampungkan tugas ini diselesaikannya dalam 4 hari. Atas
keberhasilannya ini ia dinaikkan pangkatnya menjadi Kolonel.
Di dalam ABRI droses-regenerasi dilembagakan. "Karena sifat
pengabdian ABRI mempersyaratkan kondisi mental dan fisik yang
erat hubungannya dengan faktor usia," ujar Dirjen AKABRI Letjen
Soesilo Soedarman. Menurut Soesilo, penyiapan kader-kader ABRI
terutama ditujukan untuk menunjang organisasi Hankam atau ABRI
sendiri.
Penyiapan kader di AKABRI, menurut Letjen Soesilo Soedarman,
disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan aman. "Untuk
menunjang tugasnya sebagai perwira, mereka juga diberi pelajaran
non-ABRI yang akademis sifatnya," katanya. "Jelasnya, kami
menginginkan perwira-perwira yang segera mampu ditugaskan atau
denga istilah kurikulum siap pakai," lanjut Sesilo.
Begitu seorang taruna AKABRI lulus, di hadapannya sudah
tersedia jenjang karir yang harus ditempuhnya selama di
ketentaraan. Mungkin ia akan memulai jabatannya sebagai Komandan
Kompi, kemudian naik menjadi Komandan Batalyom ia bisa naik
terus menjadi Komandan Kodim dan Komandan Resimen. Selanjutnya
ditempatkan di Staf (Kodam), kemudian ia menjadi Instruktur,
terus bisa diangkat menjadi Panglima. Dari sini ia dapat menjadi
Pangkowilhan, kemudian Kasad, Wapangab dan yang paling tinggi
menjadi Menhankam/Pangab.
Jenjang karir ini tentu saja disertai syarat waktu, umur dan
kemampuan. Selama itu pula si kader diberi kesempatan untuk
meningkatkan kemampuannya melalui berbagai pendidikan seperti
Sekolah Staf dan Komando masing-masing angkatan.
"Selain itu anggota ABRI juga ada yang dipersiapkan untuk
dikaryakan di bidang sosial politik," cerita Ketua DPR Daryatmo.
Menurut bekas Kepala Staf Kekaryaan Hankam ini, dalam F-ABRI di
DPR misalnya, di samping ada para senior yang sudah pensiun,
ditempatkan juga orang-orang muda. "Mereka ini ditempatkan di
sana untuk belajar dan kemudian ditarik lagi sebelum 5 tahun
untuk kemudian diganti kader yang lain," kata Daryatmo.
MENURUT Daryatmo, kalau dihitung dari umur, maka regenerasi di
ABRI akan tuntas pada 1982 mendatang. Karena pada tahun itu
semua senior yang termasuk Angkatan 45 sudah harus
dipensiun-sebab umur mereka sudah mencapai usia 55 tahun atau
lebih. Kalau dipandang sangat perlu, mereka bisa diperpanjang
masa dinasnya sampai umur 60 tahun. "Tapi yang demikian ini
sangat langka. Paling hanya Pangab atau Wapangab yang mengalami
perpanjangan demikian," kata Daryatmo.
Namun menurut seorang perwira tinggi ABRI, pergantian
besar-besaran di dalam ABRI baru akan terjadi pada 1983. 'Harus
diingat 1982 adalah tahun pemilu. Para pejabat penting yang
seharusnya pensiun pada 1981 mungkin akan diperpanjang masa
dinasnya agar stabilitas dan persiapan pemilu tak terganggu.
Hingga baru pada 1983 pergantian dengan tenang dapat
dilaksanakan," ujarnya.
Yang, menjadi pertanyaan apakah para perwira ABRI dari generasi
muda nantinya akal mempunyai watak yang berbeda dari generasi
perdahulunya? Sebab bukankah mereka preduk dari suatu
pendidikan yang sangat berbeda dari Angkatan 45?
Pertanyaan itu tentu saja belum bisa dijawab sekarang. Prosesnya
harus ditunggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini