Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Peluru di Hari Hak Asasi

Perempuan jurnalis Afganistan tewas diberondong peluru segerombolan orang tak dikenal. Kekerasan terhadap warga sipil meningkat di tengah perundingan damai pemerintah dan Taliban.

19 Desember 2020 | 00.00 WIB

Upacara pemakaman jurnalis Malalau Maiwand yang tewas tertembak di Jalababad, Afghanistan, 10 Desember 2020. REUTERS/Parwiz
Perbesar
Upacara pemakaman jurnalis Malalau Maiwand yang tewas tertembak di Jalababad, Afghanistan, 10 Desember 2020. REUTERS/Parwiz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Pemerintah Afganistan didesak untuk menangani keamanan jurnalis setelah seorang perempuan jurnalis dibunuh.

  • Sebanyak 10 jurnalis Afganistan tewas dalam serangan yang diduga dilakukan Taliban.

  • Kekerasan terhadap sipil meningkat di tengah perundingan damai antara pemerintah dan Taliban.

SEPULUH bulan sebelum ditembak, Malala Maiwand berbicara tentang hubungan hak asasi manusia dan perdamaian. “Tak ada kehidupan tanpa perdamaian,” kata jurnalis dan aktivis hak-hak perempuan Afganistan itu dalam wawancara dengan Radio Free Afghanistan pada Februari 2020. “Berlawanan dengan perang, perdamaian berarti kamu tidak hidup dalam ketakutan akan dibunuh terus-menerus. Hak atas pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, kerja, dan kebebasan berbicara hanya dapat dilindungi bila ada perdamaian di masyarakat dan negeri ini.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus