Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Malaysia Temukan 40 Ton Peluru Senilai Rp14,3 Triliun dalam Limbah Elektronik

Malaysia menemukan 40 ton peluru dan selongsong dalam operasi penggerebekan sejumlah tempat pengolahan limbah elektronik

7 Maret 2025 | 12.30 WIB

Pemberitaan Malaysia menemukan empat puluh ton peluru, selongsong dalam limbah elektronik di media online di Jakarta, 7 Maret 2025. Tempo/Subekti
Perbesar
Pemberitaan Malaysia menemukan empat puluh ton peluru, selongsong dalam limbah elektronik di media online di Jakarta, 7 Maret 2025. Tempo/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Malaysia menemukan 40 ton peluru dan selongsong dalam operasi penggerebekan sejumlah tempat pengolahan limbah elektronik di beberapa negara bagian pada bulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution Ismail dalam sebuah pernyataan yang diakses di Kuala Lumpur pada Jumat 7 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Operasi terpadu tersebut dilakukan pada 14 Februari di 46 lokasi di semua negara bagian, kecuali Perlis dan Kuala Lumpur.

Saifuddin mengatakan temuan itu menimbulkan persoalan besar, asal peluru dan alasan memasukkannya ke Malaysia perlu diselidiki.

Nilai temuan itu diperkirakan mencapai 3,9 miliar ringgit atau sekitar Rp14,3 triliun.

Menurut pernyataan, tempat-tempat pengolahan limbah elektronik itu melanggar peraturan lingkungan hidup.

Saifuddin mengaku telah menerima pengarahan lengkap dari pihak berwenang dan telah memberi tahu perdana menteri terkait masalah tersebut.

"Intelijen juga menunjukkan bahwa masih ada tempat lain yang beroperasi, dan kami akan terus menindak jaringan ini,” kata dia.

Polisi menangani kasus tersebut berdasarkan Undang-Undang Senjata Api, sedangkan Departemen Lingkungan Hidup mengajukan sedikitnya empat dakwaan.

Bea cukai dan otoritas lainnya sedang memeriksa dokumen kargo dan rute masuk 40 peluru dan selongsong ke negara itu.

Menurut Saifuddin, tidak tertutup kemungkinan adanya sindikat kejahatan yang terlibat.

Penyidikan akan dilakukan secara menyeluruh oleh instansi-instansi terkait hingga penuntutan hukum di pengadilan.

Sebelumnya, Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Nik Nazmi Nik Ahmad mengungkapkan di sidang Dewan Rakyat pada Kamis bahwa dari tempat-tempat pengolahan limbah elektronik itu, 30 di antaranya beroperasi secara ilegal.

Kebanyakan lokasinya berada di luar kawasan industri, termasuk kebun sawit dan hutan.'

Mereka mempekerjakan pendatang asing tanpa izin (PATI) atau warga asing yang menyalahgunakan izin tinggal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus