Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dengan pembantaian komunitas Alawite oleh pasukan keamanan Suriah. Komunitas Alawite dikenal sebagai pendukung Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Berita top 3 dunia berikutnya adalah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menyatakan siap kembali berdialog dengan AS setelah cekcok dengan Presiden AS Donald Trump. Berita lainnya adalah pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamanei yang menolak bernegosiasi dengan AS soal nuklir.
Kekerasan sektarian melanda wilayah pesisir Suriah, wilayah yang dikenal sebagai jantung komunitas Alawite, usai jatuhnya pemerintahan Bashar Al Assad. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, lebih dari 1.000 nyawa telah melayang dalam dua hari terakhir. Pendukung Bashar Al Assad bentrok dengan pasukan keamanan yang berafiliasi dengan pemerintahan baru.
"Ini adalah pembantaian sektarian yang bertujuan mengusir penduduk Alawite dari rumah mereka," kata Rami Abdulrahman, kepala observatorium yang telah lama menjadi pengkritik pemerintahan Assad dilansir dari Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari total korban, 745 di antaranya adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak dari minoritas Alawite. Selain itu, 125 anggota pasukan keamanan Suriah dan 148 pejuang loyal Assad juga tewas dalam kekerasan yang dinyatakan sebagai yang terburuk selama 13 tahun konflik sipil Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekerasan yang merebak di kota-kota Jableh, Baniyas dan sekitarnya muncul setelah pemerintah baru melakukan tindakan keras pada hari Kamis. Menurut pemerintahan Suriah, kekerasan terjadi sebagai imbas pemberontakan baru akibat serangan mematikan oleh militan pro-Assad.
Ketegangan semakin meningkat dengan beredarnya laporan tentang eksekusi puluhan pria Alawite di sebuah desa. Akibatnya timbul keraguan atas kemampuan otoritas Islam baru untuk memerintah secara inklusif. Kekhawatiran ini disorot oleh negara-negara Barat dan Arab.
Simak di sini selengkapnya.
2. Zelensky Ajak Amerika Serikat Bertemu Lagi Bahas Perang Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu, 8 Maret 2025, meyakinkan pihaknya berkomitmen penuh untuk membangun sebuah dialog dengan wakil Amerika Serikat dalam pertemuan di Arab Saudi pada pekan depan. Ajakan dialog itu dalam upaya mengakhiri perang Ukraina.
Sejak menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat, Donald Trump telah menghentikan bantuan militer Amerika Serikat ke Ukraina. Bukan hanya itu, Trump juga menghentikan berbagi data intelijen dengan Kyev.
Trump menuduh Zelensky tidak serius dalam upaya menciptakan kesepakatan damai dengan Rusia. Perang Ukraina meletup tiga tahun lalu. Dalam perang itu, Rusia sudah menguasai 20 persen teritorial Ukraina.
“Ukraina mencari perdamaian sejak pertama kali perang ini meletup. Sejumlah proposal realistis sudah kami sorongkan. Kami bergerak cepat dan efektif,” kata Zelensky di media sosial X.
Zelensky dijadwalkan kunjungan kerja ke Arab Saudi pada pekan depan. Lawatan itu dijadwalkan setelah rapat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada Senin, 3 Maret 2025.
“Di pihak kami, kami sepenuhnya berkomitmen untuk membangun dialog dan kami berharap diskusi serta kesepakatan terkait dengan keputusan dan langkah penting akan dilakukan,” kata Zelensky, seperti dikutip dari Reuters.
Baca selengkapnya di sini.
3. Khamenei Tolak Negosiasi Nuklir dengan Trump, Tak Mau Ditindas AS
Dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, Trump mengatakan ada dua cara mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, yakni membuat kesepakatan atau serangan militer.
Dalam sebuah rapat dengan pejabat tinggi Iran, Khamenei mengatakan tawaran Washington untuk bernegosiasi itu ditujukan untuk memaksakan harapan mereka.
“Pemaksaan pada beberapa negara lewat serangkaian negosiasi tidak akan menyelesaikan masalah, namun itu tindakan ingin mendominasi dan mewujudkan harapan mereka sendiri,” kata Khamenei seperti diwartakan kantor berita Iran.
“Berbicara dengan mereka (Amerika Serikat) sama dengan membuka jalan bagi harapan lain. Ini bukan persoalan nuklir Iran semata. Iran jelas tak mau menerima harapan-harapan mereka,” kata Khamenei, seperti dikutip dari Reuters.
Baca di sini selengkapnya.