ISTANA Malacanang, Sabtu lalu, kembali diancam demonstran. Sekitar 2.000 orang dipukul mundur dengan bom asap, gas air mata, dan pentungan untuk kemudian dikejar-kejar polisi antihuru-hara yang kekuatannya jauh lebih besar. Tujuh orang cedera, tapi korban jiwa tidak ada. Aksi protes ini merupakan lanjutan unjuk perasaan sehari sebelumnya, yang melibatkan sampai 30.000 orang. Aksi pertama dimaksudkan untuk memperingati 12 tahun UU Darurat (berakhir 1981), sedangkan aksi kedua bertujuan menunjukkan sikap anti-Marcos secara damai. Pemimpin demonstran, Agapito "Butz" Aquino, menyesalkan sikap keras petugas keamanan. Begitu pula reaksi tokoh tua Lorenzo Tanada. Tapi pihak polisi menyatakan, toleransi mereka sudah maksimal. Diperkirakan, pekan ini, Manila akan lebih panas dengan demonstrasi serupa yang kabarnya sengaja digerakkan untuk menyambut hasil pengusutan Komisi Agrava. Setelah menanyai sekitar 300 saksi dalam tempo 10 bulan, Komisi sampai pada kesimpulan bahwa pembunuhan Benigno Aquino telah direncanakan, dilaksanakan, dan kemudian ditutup-tutupi oleh pihak militer. Di luar dugaan orang, Komisi tidak menemukan bukti kuat bahwa Presiden Marcos dan istrinya, Imelda, terlibat. Dua kesimpulan penting itu, yang pasti memojokkan militer, telah dibocorkan salah seorang anggota Komisi kepada surat kabar The Washington Post, pekan lalu. Mengapa mesti dibocorkan? Komisi Agrava khawatir sekali akan "bahaya" yang mungkin menimpa mereka bila laporan itu diserahkan kepada Presiden Marcos. Tapi mereka pun sadar, pilihan lain tidak ada. Marcos tampak bersemangat menyambut hasil kerja Komisi yang dibentuknya dulu itu. "Apa pun kesimpulan Komisi Agrava, akan tetap disalurkan kepada lembaga penuntut umum . . ., "ucapnya. Menanggapi kekhawatiran Komisi, juru bicara Kepresidenan Adrian Cristobal menyatakan, "Militer tidak diizinkan menindak mereka." Pembunuhan Aquino, Agustus tahun lalu telah mencemplungkan Filipina dalam krisis politik berkepanjangan, tapi sampai kini Marcos tetap bertahan. Benigno Aquino adalah lawan tangguh Marcos yang bersikeras kembali ke Filipina setelah atas kehendak sendiri bermukim tiga tahun di Amerika Serikat. Ia ditembak dan tewas seketika setelah beberapa langkah menginjakkan kaki di landasan bandar udara Manila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini