KALAU tidak ada aral melintang, perang itu mestinya berkobar di Filipina, sekarang. Invasi militer yang melibat 20 batalyon tentara bayaran direncanakan mendarat melalui laut. Ferdinand Marcos akan kembali, dan untuk itu harus ada serangan pembuka jalan. Itu kalau rencana rahasia bekas diktator Filipina ini ditanggapi tanpa rasa humor dan otot ketawa. Toh, kesibukan terjadi di mana-mana pekan lalu, setelah tiga buah kaset rahasia ditemukan. Kaset ini memuat rcncana invasi "filmis" Marcos itu. Di Departemen Luar Negeri AS, di DPR AS, dan di Filipina, rencana penyerangan itu pun jadi pembicaraan serius. Media massa pun memberitakannya dengan tuntas. Nada bicara Marcos dalam kaset itu memang bersungguh-sungguh. Serbuan akan dimulai dari Pulau Tongga di Samudra Pasifik. "Pendaratan akan memancing formasi pertahanan tank," terdengar di sana suara Marcos yang serak "karena itu kami memerlukan persenjataan antitank." Selain rencana invasi, juga disuarakan daftar pesanan senjata - senapan otomatis M-16, meriam penangkis udara, mortir amunisi, dan suplai logistik untuk 10.000 pralunt selama tiga bulan. Total persen1ataan ini berharga US$ 25 juta. Dalam kaset itu Marcos juga menyatakan masih memiliki harta di Filipina, tidak kurang dari 1.000 ton emas yang bernilai US$ 14 milyar, katanya sesumbar. Suara Marcos dalam kaset itu adalah hasil rekaman dua orang pengacara yang bertindak mewakili seorang pialang senjata Arab Saudi Bagaimana kaset itu jatuh ke tangan pemerintah AS maupun Filipina masih simpang siur. Subkomisi hubungan luar negeri DPR dalam dengar pendapat dengan pejabat Deplu AS percaya bahwa rekaman itu diserahkan oleh kedua pengacara, Richard Hirschfeld dan Robert Chastian, secara sukarela Namun, dinas intelijen Filipina mengklalm sebagai yang pertama menemukan kaset itu - pertengahan Juni lalu - dari Al-Fassi, kreditor Arab Saudi yang dihubungi Marcos. "Kaset itu asli dan suara Marcos tak perlu diragukan, penyerangan direncanakan pertengahan Juli ini," ujar Kolonel Hanesto Isleto, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Dalam pernyataan resminya, AFP menganggap rencana Marcos itu tak masuk akal dan menggelikan. Namun, kalangan intel telah menemukan beberapa rincian rencana invasi itu, dari tiga anggota AFP yang tertangkap karena terlibat. Dalam rincian disebutkan, penyerangan dilakukan bertahap dengan sandi Operasi Luista I dan Luista 2. Setelah merebut beberapa pangkalan udara, serbuan diarahkan ke Manila untuk menangkap dan menyandera Nyonya Presiden Aquino. Pengerahan pasukan tidak hanya dilakukan dari luar. Dari dalam Filipina, disiapkan pasukan loyalis Marcos berkekuatan 3.000 orang untuk menyosong penyerbuan, dan satuan Caraka yang terdiri dari 100 orang wanita terlatih. Anehnya, KBL (Kilusang Bagong Lipunan), partai pendukung Marcos, tidak tahumenahu tentang rencana itu. Mereka beranggapan, tersiarnya berita penyerbuan itu hanya usaha AS dan pemerintahan Cory untuk memperketat pengawasan terhadap Marcos di Hawain Karena itu, Sabtu pekan lalu sejumlah loyalis Marcos melakukan demonstrasi kesetiaan. "Apa mungkin pembelian senjata seharga itu dilakukan lewat dua pengacara dan suara Marcos?" selidik sahabat Marcos, bekas Senator Arturo Tolentino. "Ia pasti akan memesannya lewat pihak ketiga," begitu komentar Tolentino. Pengacara Marcos yang berkedudukan di Manila, Rafael Recto, menuduh rekaman suara Marcos itu sudah diolah dan dimanipulasi, hingga terjadilah cerita tentang serangan itu. Recto, yang berbicara dengan Marcos lewat telepon, menyatakan adanya sangkalan dari bekas presiden Filipina itu. Katanya, rencana invasi juga tidak ada. Dan melalui pengacaranya, Marcos mengungkapkan peminjaman uang sebesar US$ 25 juta kepada Al-Fassi bukan untuk invasi tapi untuk keperluan hidup sehari-hari keluarganya. Pemerintah AS menyatakan rasa tersinggungnya, mendengar rencana gelap Marcos itu. Abraham Soafer, pengacara Deplu AS, mengumumkan larangan bepergian bagi Marcos. Pada ketetapan pembatasan gerak sebelumnya, ia tidak diperkenankan meninggalkan Negara Bagian Hawaii. Kini lingkaran geraknya diperkecil lagi. Marcos tidak dibolehkan meningalkan Pulau Oahu tempat ia bersama rombongannya bermukim. "Bila uaha penyerI uan masih terdengar juga, kami terpaksa memasukkan Marcos ke sel," ujar Soafer. Nyonya Presiden Aquino menyatakan terima kasihnya atas pencegahan yang dilakukan AS terhadap Marcos. Namun, ia odak terkejut mendengar rencana itu, dan meminta militer tidak terlalu serius menanggapinya. "Ini cuma lelucon," katanya. JIS., Laporan Djoko Daryanto (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini