Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Teror dibalas teror

72 warga hindu dibantai para ekstremis sikh. massa hindu membalas dengan membakar toko-toko milik orang sikh di banyak kota. pemimpin dari 7 negara bagian di india utara sepakat menghadapi aksi teror sikh.

18 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAGI-lagi India diguncang kerusuhan berdarah. Bombay yang berpenduduk 8,2 jjuta orang, pekan ini lumpuh total akibat pemogokan umum, buntut pembantaian 72 warga Hindu pekan silam di Haryana dan Punjab. Sebaliknya, situasi di New Delhi kembali reda, setelah dua hari dijaga ketat. Tapi sebelumnya massa Hindu sempat membakar sebuah kuil Sikh, Gurdwara, dan toko-toko milik Sikh di banyak kota. Mereka juga memblokir jalur kereta api dan lalu lintas di Haryana. Amukan massa Hindu tcrjadi hampir di semua negara bagian dengan sasaran utama: toko-toko Sikh. Tapi teror Sikh tidak berhenti. Malah sebelas orang lagi dikabarkan tewas, dibantai ekstremis Sikh di Punjab. Semua itu berpangkal pada pembantaian Sikh yang paling brutal Selasa malam pekan silam. Hanya dalam tempo 24 jam, 72 penumpang bis - semuanya warga Hindu rnenjadi korban amukan ekseremis Sikh di Haryana dan Punjab. Sukhminder Singh seorang simpatisan Partai omunis Muslim India - dan keluarganya diberondong peluru dalam suatu serangan pagi buta. Di Distrik Gurdaspur, 450 km barat laut New Delhi, Pritam Singh--penasihat agama -- dari golongan Sikh moderat, ikut dihajar kaurn militan itu. Tahun ini saja, sudah 540 orang tewas dibantai kelompok Sikh. Tahun lalu, mencapai 640 orang, tapi ini jumlah yang jatuh di Punjab saja, wilayah Sikh. Kecaman muncul dari berbagai pihak. Partai Bharatiya Janata (BJP) memimpin protes dengan mensponsori pemogokan di pusat perdagangan India, Bombay. Partai Akali Dal, parpol moderat Sikh, yang sangat menentang undangan kaum ekstremis, menggerakkan aksi unjuk rasa di New Delhi, bersama-sama Partai Janata. Mereka bergerak menuju kediaman PM Rajiv Gandhi yang dijaga ketat. "Rajiv Gandhi . . . Punjab berkobar karena ulahmu," teriak massa. Tapi PM Rajiv menegaskan bahwa ia tak akan mengambil jalan negosiasi. Untuk mengatasi situasi, Rajiv segera memberlakukan jam malam di Haryana Punjab, Himachal Pradesh, Jammu, Kashmir serta menutup daerah perbatasan India-Utara. Pasukan khusus Gurkha bersiaga penuh menjaga rumah Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Buta Singh. Tindak kekerasan Sikh yang membuat gemetar masyarakat Hindu ini, tampaknya, masih berlatar belakang balas dendam. Dan ini memperuncing pertentangan yang telah lama meruyak. Teror brutal golongan Sikh, bagaimanapun, akan tetap merupakan duri dalam daging bagi kepemimpinan Rajiv Gandhi, yang seiak Mei silam menempatkan Punjab langsung di bawah wewenang pemerintah pusat. Bersamaan dengan itu, Rajiv menempatkan tak kurang dari 70 ribu militer di bawah komando Julio Ribeiro, kepala polisi Punjab. Ribeiro menciptakan keamanan dengan tangan besi. "Tapi teror tidak seharusnya di lawan teror," kata Syed Shahbuddin, anggota parlemen dari Partai Janata. Sementara itu, bekas menteri keuangan Punjab, Balwant Singh, menilainya sebagai kegagalan total pemerintahan Rajiv. Kegagalan Rajiv pun telah terbaca ketika Partai Congress (I) kalah dalam pemilihan di Haryana, beberapa pekan silam. Gerak radikal Sikh muncul ke permukaan, 1982, untuk membentuk negara Khalistan di Punjab, India Utara. Ini akibat tindakan diskriminatif pemerintahan mayoritas Hindu di negeri berpenduduk 800 juta itu. Situasi memuncak ketika Mendiang Indira Gandhi memerintahkan penyerbuan kuil emas di Amritsar, tempat suci kaum Sikh. Sejak itu teror Sikh meningkat, disusul aksi balasan dari berbagai pihak. Untuk menghentikannya bukanlah pekerjaan mudah, bagi Indira ataupun puteranya Rajiv. Tapi untuk menyeret miiitan Sikh itu ke meja perundingan, juga ternyata sangat alot. Sementara itu, pemimpin dari tujuh negara bagian di India Utara bertemu pekan ini dan sepakat untuk bersama-sama menghadapi aksi teror Sikh - demi kepentingan warga Hindu, tentu saja. Yulia S. Madjid, laporan kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus