KRITIK kalangan Gereja Katholik dan politisi Filipina terhadap
'Keadaan Darurat' yang sekarang berumur 7 tahun itu rupanya tak
sedikitpun menggoyahkan Presiden Ferdinand Marcos. Adalah suatu
ketololan, kata Marcos, untuk mengakhirinya. Dia justru melihat
bahwa perkembangan situasi internasional dan ancaman militer di
kawasan Asia Tenggara sebagai alasan kuat untuk tetap
mempertahank,an 'Keadaan Darurat' lebih lama, bahkan sampai pada
pemilihan umum 5 tahun mendatang.
Marcos, yang berbicara dalam suatu upacara militer untuk
merayakan ulang tahunnya ke-62 pekan lalu, tentu saja
mengagetkan para lawan politiknya. Kalangan militer selama ini
leluasa bertindak atas nama 'keadaan darurat'. Seperti Asian
Wall Street Journal yang mewawancarai kalangan Uskup di Filipina
melaporkan: Di sebuah desa seorang tentara setelah memotong
kuping korbannya memaksa orang tertua di situ untuk memakannya.
Di tempat lain seorang tentara telah menyiksa petugas gereja dan
memaksanya untuk memberhentikan pertemuan doa. Ada pula pejahat
pemerintah yang mencoba menumbuhkan semacam agama yang
mengkultuskan Marcos untuk menentang gereja.
Namun hubungan pribadi Marcos dengan gereja belum rusak
sepenuhnya. Beberapa jam sebelum Marcos berpidato dalam upacara
militer tadi, misalnya, Jaime Kardinal Sin, Uskup Agung Manila,
telah memberikan komuni kepada Presiden yang sedang berulang
tahun hari itu. "Saya tak mengutuknya sebagai individu," kata
Kardinal Sin, yang terkenal selalu menyerang kebijaksanaan
tarcos, seminggu sebelum upacara itu. Bahkan dia mengajak para
hadirin dalam suatu acara makan siang berdoa agar rahmat selalu
menyertai Presiden Marcos dan keluarganya.
Sementara itu, bekas Presiden Diosdado Macapagal yang pernah
meminta suaka pada Kedutaan-besar Amerika Serikat di Manila
tahun '76 tapi ditolak, sekarang muncul lagi dengan serentetan
kecaman terhadap Marcos. Dalam suatu jumpa pers dia menuduh
Marcos telah kehilangan pegangan dan karena itu harus
diselenggarakannya segera pemilihan umum. Atau rakyat terpaksa
mengambil Jalan revolusi, kata Macapagal yang dua hari
sebelumnya diinterogasi militer karena dituduh menyebarkan
desas-desus dan menghasut.
Kali ini serangan terhadap Marcos rupanya beruntun. Bekas
Senator Benigno Aquino -- masih dipenjarakan Marcos dalam kamar
ber-AC di Manila-dalam suratnya mengatakan bahwa Filipina telah
menjadi jajahan klik penindas pribumi. Suratnya diselundupkan
dari penjara dan dibacakan dalam sebuah pertemuan tahunan
Gerakan untuk Kebebasan Filipina di San Francisco awal September
ini.
Tapi serangan Aquino ini tidak hanya diarahkan pada Marcos. Dia
juga melihat peran AS banyak dalam membantu tegaknya
Pemerintahan Marcos. "Saya mengakui rumitnya persoalan dunia
yang kadang-kadang membuat AS mesti berurusan dengan tirani yang
paling tercela sekalipun," kata Aquino dalam suratnya yang
dibacakan oleh saudaranya, Ny. Lupita Aquino Concio. Dia juga
menghimbau bangsa Filipina di mana saja berada untuk membentuk
front melawan Marcos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini