Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Marcos tetap keras

Kritik dari gereja & politisi filipina terhadap keadaan darurat tidak menggoyahkan presiden ferdinand marcos. keadaan darurat tetap dipertahankan dengan alasan ancaman militer di asia tenggara. (ln)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRITIK kalangan Gereja Katholik dan politisi Filipina terhadap 'Keadaan Darurat' yang sekarang berumur 7 tahun itu rupanya tak sedikitpun menggoyahkan Presiden Ferdinand Marcos. Adalah suatu ketololan, kata Marcos, untuk mengakhirinya. Dia justru melihat bahwa perkembangan situasi internasional dan ancaman militer di kawasan Asia Tenggara sebagai alasan kuat untuk tetap mempertahank,an 'Keadaan Darurat' lebih lama, bahkan sampai pada pemilihan umum 5 tahun mendatang. Marcos, yang berbicara dalam suatu upacara militer untuk merayakan ulang tahunnya ke-62 pekan lalu, tentu saja mengagetkan para lawan politiknya. Kalangan militer selama ini leluasa bertindak atas nama 'keadaan darurat'. Seperti Asian Wall Street Journal yang mewawancarai kalangan Uskup di Filipina melaporkan: Di sebuah desa seorang tentara setelah memotong kuping korbannya memaksa orang tertua di situ untuk memakannya. Di tempat lain seorang tentara telah menyiksa petugas gereja dan memaksanya untuk memberhentikan pertemuan doa. Ada pula pejahat pemerintah yang mencoba menumbuhkan semacam agama yang mengkultuskan Marcos untuk menentang gereja. Namun hubungan pribadi Marcos dengan gereja belum rusak sepenuhnya. Beberapa jam sebelum Marcos berpidato dalam upacara militer tadi, misalnya, Jaime Kardinal Sin, Uskup Agung Manila, telah memberikan komuni kepada Presiden yang sedang berulang tahun hari itu. "Saya tak mengutuknya sebagai individu," kata Kardinal Sin, yang terkenal selalu menyerang kebijaksanaan tarcos, seminggu sebelum upacara itu. Bahkan dia mengajak para hadirin dalam suatu acara makan siang berdoa agar rahmat selalu menyertai Presiden Marcos dan keluarganya. Sementara itu, bekas Presiden Diosdado Macapagal yang pernah meminta suaka pada Kedutaan-besar Amerika Serikat di Manila tahun '76 tapi ditolak, sekarang muncul lagi dengan serentetan kecaman terhadap Marcos. Dalam suatu jumpa pers dia menuduh Marcos telah kehilangan pegangan dan karena itu harus diselenggarakannya segera pemilihan umum. Atau rakyat terpaksa mengambil Jalan revolusi, kata Macapagal yang dua hari sebelumnya diinterogasi militer karena dituduh menyebarkan desas-desus dan menghasut. Kali ini serangan terhadap Marcos rupanya beruntun. Bekas Senator Benigno Aquino -- masih dipenjarakan Marcos dalam kamar ber-AC di Manila-dalam suratnya mengatakan bahwa Filipina telah menjadi jajahan klik penindas pribumi. Suratnya diselundupkan dari penjara dan dibacakan dalam sebuah pertemuan tahunan Gerakan untuk Kebebasan Filipina di San Francisco awal September ini. Tapi serangan Aquino ini tidak hanya diarahkan pada Marcos. Dia juga melihat peran AS banyak dalam membantu tegaknya Pemerintahan Marcos. "Saya mengakui rumitnya persoalan dunia yang kadang-kadang membuat AS mesti berurusan dengan tirani yang paling tercela sekalipun," kata Aquino dalam suratnya yang dibacakan oleh saudaranya, Ny. Lupita Aquino Concio. Dia juga menghimbau bangsa Filipina di mana saja berada untuk membentuk front melawan Marcos.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus