Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Risau sepeninggal Teleghani

Meninggalnya ayatullah mahmoud teleghani, 68, tokoh dewan revolusi iran, merisaukan kalangan moderat di iran, karena berkembangnya dualisme kekuasaan antara pemerintahan bazargan dengan para ayatullah. (ln)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR sejuta orang memenuhi pusat kota Teheran. Penghormatan terakhir mereka sampaikan pada Ayatollah Mahmoud Teleghani yang meninggal karena serangan jantung. Perdana Menteri Iran Mehdi Bazargan langsung mengumumkan negara berkabung selama 3 hari pekan lalu. Dari Qom, Ayatollah Khomeini mengirimkan pesan dukacitanya. "Saya tak berharap hidup terus sementara saya kehilangan satu demi satu teman dekat yang begitu berharga," kata Khomeini. Teleghani, 68 tahun, adalah orang yang keempat dari Dewan Revolusi yang meninggal sejak dicetuskannya 'Revolusi Pebruari'. Pertama, Mayor Jenderal Muhammad Vali Qarani, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran yang ditembak mati di rumahnya April lalu kedua, Ustaz Mortca Motahari yang diberondong senjata keluar rumahnya. Agustus lalu. Ketiga, Hussein Eraqi yan ditembak gerilya Forqan. Adalah kepergian Telehani paling merisaukan kalangan moderat di Iran. ia pernah dikritik Khomeini karena terlalu dekat dengan kalangan sayap kiri. Tapi pemimpin gerilya Muhahedin-eKhalo ini yang juga dikenal sebagai tokoh gerakan radikal Islam tak pernah terjerat oleh jaringan komunis. Bulan lalu dia malah menuduh Soviet ikut ambil bagian dalam kerusuhan yang terjadi di Kurdistan. Bahkan dia ikut dalam kampanye anti komunis, mencela bekas sekutunya kalangan sayap kiri. Sebagai tokoh kedua Iran sesudah Khomeini, dia cukup populer di kalangan intelektuil, agama maupun kaum tertindas. Kematian tokoh ini yang pernah selama I5 tahun dipenjarakan Syah Iran akhirnya menimbulkan kejutan juga. Pertama kali dinyatakan terbuka bahwa Teleghani adalah Ketua Dewan Revolusi setelah dia meninggal. Bahkan kantor berita Pars menyebutnya sebagai calon presiden pertama Republik Islam Iran. Kepergiannya merisaukan, karena makm menonjolnya dualisme kekuasaan antara pemerintahan Bazargan dan k-kuasaan para Ayatollah yang berpusat di Qom. Terutama kegiatan pengadilan dan penangkapan hampir sebagian besar datang dari kekuatan yang berada di luar pemerintahan. Seperti Pastaran (pengawal revolusi) dan unit tentara dari Komiteb atau komite yang beranggotakan para mullah. Dalam hal penahanan orang, misalnya, Jaksa Agung Iran pernah memprotes tindakan semena-mena para 'penguasa jalanan' ini. Peran moderat yang dijalankan Teleghani dan Ayatollah Kazem Shariatmadari selama ini merupakan harapan sebagian besar rakyat Iran. Suatu ironi memang bahwa gegap gempita revolusi Iran hanya melahirkan keresahan. Negeri itu sedang menghadapi krisis ekonomi yang gawat. Kegiatan bisnis macet. Pengangguran sudah mencapai 3 juta orang karena banyaknya industri dan bidang konstruksi yang terpaksa menghentikan kegiatannya. Sementara inflasi berkisar 30%, Iran sekarang terpaksa mengimpor sebagian bahan bakar minyak setelah ada sabotase dalam kilangnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus