SEKITAR sejuta orang memenuhi pusat kota Teheran. Penghormatan
terakhir mereka sampaikan pada Ayatollah Mahmoud Teleghani yang
meninggal karena serangan jantung. Perdana Menteri Iran Mehdi
Bazargan langsung mengumumkan negara berkabung selama 3 hari
pekan lalu. Dari Qom, Ayatollah Khomeini mengirimkan pesan
dukacitanya. "Saya tak berharap hidup terus sementara saya
kehilangan satu demi satu teman dekat yang begitu berharga,"
kata Khomeini.
Teleghani, 68 tahun, adalah orang yang keempat dari Dewan
Revolusi yang meninggal sejak dicetuskannya 'Revolusi Pebruari'.
Pertama, Mayor Jenderal Muhammad Vali Qarani, Kepala Staf
Angkatan Bersenjata Iran yang ditembak mati di rumahnya April
lalu kedua, Ustaz Mortca Motahari yang diberondong senjata
keluar rumahnya. Agustus lalu. Ketiga, Hussein Eraqi yan
ditembak gerilya Forqan.
Adalah kepergian Telehani paling merisaukan kalangan moderat di
Iran. ia pernah dikritik Khomeini karena terlalu dekat dengan
kalangan sayap kiri. Tapi pemimpin gerilya Muhahedin-eKhalo ini
yang juga dikenal sebagai tokoh gerakan radikal Islam tak pernah
terjerat oleh jaringan komunis. Bulan lalu dia malah menuduh
Soviet ikut ambil bagian dalam kerusuhan yang terjadi di
Kurdistan. Bahkan dia ikut dalam kampanye anti komunis, mencela
bekas sekutunya kalangan sayap kiri. Sebagai tokoh kedua Iran
sesudah Khomeini, dia cukup populer di kalangan intelektuil,
agama maupun kaum tertindas.
Kematian tokoh ini yang pernah selama I5 tahun dipenjarakan Syah
Iran akhirnya menimbulkan kejutan juga. Pertama kali dinyatakan
terbuka bahwa Teleghani adalah Ketua Dewan Revolusi setelah dia
meninggal. Bahkan kantor berita Pars menyebutnya sebagai calon
presiden pertama Republik Islam Iran.
Kepergiannya merisaukan, karena makm menonjolnya dualisme
kekuasaan antara pemerintahan Bazargan dan k-kuasaan para
Ayatollah yang berpusat di Qom. Terutama kegiatan pengadilan dan
penangkapan hampir sebagian besar datang dari kekuatan yang
berada di luar pemerintahan. Seperti Pastaran (pengawal
revolusi) dan unit tentara dari Komiteb atau komite yang
beranggotakan para mullah. Dalam hal penahanan orang, misalnya,
Jaksa Agung Iran pernah memprotes tindakan semena-mena para
'penguasa jalanan' ini.
Peran moderat yang dijalankan Teleghani dan Ayatollah Kazem
Shariatmadari selama ini merupakan harapan sebagian besar rakyat
Iran.
Suatu ironi memang bahwa gegap gempita revolusi Iran hanya
melahirkan keresahan. Negeri itu sedang menghadapi krisis
ekonomi yang gawat. Kegiatan bisnis macet. Pengangguran sudah
mencapai 3 juta orang karena banyaknya industri dan bidang
konstruksi yang terpaksa menghentikan kegiatannya. Sementara
inflasi berkisar 30%, Iran sekarang terpaksa mengimpor sebagian
bahan bakar minyak setelah ada sabotase dalam kilangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini