Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Bagaimana cara mencabut rambut

Para pengikut islam jamaah adalah mereka yang tergabung dalam yakari, lemkari & kadim, semuanya dalam asuhan golkar. ketua lemkari di pondok burengan, kediri menyatakan bebas dari ajaran islam jamaah. (ag)

22 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARANGKALI bukan kasus besar 'penyegelan" rumah Benyamin S. oleh penduduk Kemayoran Serdang, Jakarta, 14 September lalu. Alasan mereka seperti dikemukakan seorang ustaz di sana rumah itu dipakai shalat Jum'at, padahal di dekat situ sudah ada masjid jami', bahkan dua biji. Kelihatannya alasan kuat--meski tidak menyebut nama Islam Jama'h. Lain dengan yang terjadi di Karawang (di Kampung Badami, Margakaya, Telukjambe) yang memang resminya harus Islam Jama'ah. Kompleks itu, yang dinamai Pondok Sumber Barokah di tanah seluas sekitar 7 Ha (plus 15 Ha kebun), dan dihuni sekitar 80 orang (15 kk, di senja hari sebelum peristiwa di rumah Benyamin, mengalami perusakan. oleh sekitar 30 pemuda kampung. Alasan: mereka sudah lama "sebal" melihat "konsentrasi" orang-orang menyendiri yang semuanya pendatang itu. Toh peristiwa Margakaya itu sebuah "kesalahfahaman", seperti dikatakan pihak Kejaksaan Negeri Karawang. Menurut pengakuan Mumun (25 tahun, disebut sebagai tokoh perusakan) kepada TEMPO, para pemuda itu datang katanya hanya untuk "memasang pamflet". Tapi seorang penghuni kompleks yang melihat mereka, tiba-tiba membakar tikar dan karung goni dan diletakkan di dekat dinding sebuah gubuk mereka. Mumun dan kawan-kawan kaget mereka lari memadamkan api--"sebab kalau tidak, kami yang celaka," katanya. Lantas mereka merusak tiga buah rumah. Ali Moertopo Kasus-kasus yang "tidak terlalu pen ting", barangkali. Lebih penting adalah kebijaksanaan apa yang akan diambil pihak berwenang. Menteri Penerangan, Ali Moertopo, sudah diketahui menyatakan di Yogya bahwa Islam Jama'ah telah melanggar peraturan dengan dua hal: bai'at kepada seorang "amir", dan mengusik perasaan umat beragama. Namun masalahnya: diakuikah bahwa yan disebut Islam Jama'ah adalah mereka yang tergabung dalam YAKAI, LEMKARI, KADIM--yang semuanya dalam "asuhan" Golkar? Bachroni Hartanto, Ketua Direktorium Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), yang mengelola pondok Burengan Kediri yang dulu pernah bernama "Darul Hadits' itu, berkata kepada TEMPO: "Yang mereka hebohkan itu sebenarnya isyu lama yang sekarang sudah tidak ada lagi." Ia mengambil contoh soal mengkafirkan orang Islam lain. "Saya jamin sekarang tidak ada lagi. Kalau masih saja, akan terus kami arahkan." Bagaimana dengan sistim keamiran dan bai'at? "Juga sudah tidak ada. Haji Nurhasan sendiri sudah menyerahkan pondok ini kepada yang mudamuda." Ia juga menyebutkan, ke pondoknya itu sering datang Keenan, Ida Royani, Benyamin dan Christine. Jadi sekarang ini sudah "bersih"-kecuali mungkin satu-dua. KH Turmudai, Wakil Ketua DPP Golkar yang membidangi Budaya & Kerohanian, juga menguatkan hal itu. "Di Pondok Burengan sendiri sekarang 'kan sudah berubah," katanya. "Saya sendiri misalnya, sekarang boleh saja menjadi imam di sana." Tapi ia juga menceritakan bahwa dalam musyawarah kerja LEMKARI di Kediri, Pebruari lalu, "Pak Amir Murtono marah sekali sampai-sampai dalam pidatonya berkata: 'Saya merasa dikibulin!'. Dan dia tidak tersenyum sedikit pun," katanya. Bahkan Amir Murtonolah, menurut sumber lain, yang mengatakan "Kalau LEMKARI selalu mengatakan golongan-golongan Islam lain masuk neraka, ya saya ini bersama LEMKARI di neraka paling bawah !". Sedang Hartanto sendiri, dari LEMKARI di pondok Kediri itu, berkata: "Pokoknya apa-apa yang dilarang Pemerintah tidak akan dikerjakan lagi. Tapi," katanya, "apanya yang dilarang sebenarnya kami sendiri tidak tahu. Bahkan timbulnya pelarangan itu sendiri kami tidak dipanggil untuk dimintai keterangan. Tahu-tahu dilarang." Tapi sementara itu memang kabarnya cukup sulit untuk mendapatkan jawaban terbuka dari para pengikut IJ. Ada yang mengaku, "saya memang tadinya Islam Jama'ah tapi sekarang sudah tobat." Ditanya: kapan? Jawabnya "Kemarin" ....... Keenan Nasution sang musikus muda itu juga membantah ia seorang pengikut IJ meskipun Korp Muballigh. Kemayoran, Jakarta menyatakan punya bukti. Korp Muballigh Kemayoran, karena itu berani bicara: "Suruh Keenan membuka masjidnya dengan mendatangkan para muballigh dari berbagai kalangan Islam. Suruh Keenan sembahyang di masjid-masjid umum, begitu juga anggota pengajiannya.Kalau tidak mau, ya serahkan kepada Kejaksaan Agung yang punya keputusan." Presiden, lewat Menteri Agama, terakhir sudah menasehatkan agar menyelesaikan soal Islam Jama'ah ini dengan cara "seperti menarik rambut dari tepung." Rambutnya kena, tepungnya tak kacau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus