Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya tak pernah melukai siapa pun. Namun, keterlibatan saya (di kepolisian rahasia era komunis) telah merugikan gereja,” kata Stanislaw Wojciech Wielgus, 67 tahun. Laki-laki yang nyaris dilantik sebagai Uskup Agung Warsawa ini minta maaf di depan jemaat Katedral Santo Yohannes, Warsawa, Polandia, Ahad dua pekan lalu. Air matanya berlinang, suaranya serak tertahan.
Drama itu meletup begitu saja. Pengakuan Wielgus tentang pekerjaannya di Sluzba Bezpieczenstwa (SB), badan intelijen dan polisi rahasia yang menjadi mesin represi, teror, dan pembunuhan sepanjang periode 1956-1990, keluar setengah jam sebelum pelantikan. Hal ini tentu sangat mengagetkan ratusan orang yang hadir di dalam dan luar Katedral, termasuk Presiden Polandia Lech Kaczynski. Keputusan diambil: Wielgus batal dilantik. Paus Benediktus XVI meminta Kardinal Josef Glemp kembali ke posisi sebagai Uskup Agung Warsawa, kedudukan yang sudah 15 tahun dijabatnya.
Tragedi ini bermula dari tulisan harian Gazeta Polska tentang masa lalu Wielgus di salah satu edisi November 2006. Wielgus semula membantahnya. Bahkan ia sempat “membuktikan” kebersihan dirinya. Malah, dua hari sebelum pelantikan, ia disumpah.
Namun, bukti yang disodorkan harian sayap kanan itu ternyata lebih kuat. Ada dokumen 68 halaman yang menyebutkan: Wielgus bertemu pejabat SB lebih dari 50 kali sejak 1967 untuk memberi pandangan pribadi soal pastor dan akademisi Katolik Roma di Polandia. Dan ketika mengajar di Munich, Jerman, ia mendapat tugas khusus: “mengganggu” kerja Radio Free Europe, radio propaganda yang didirikan pada 1950 dengan dukungan badan intelijen Amerika Serikat, CIA, untuk menangkal dan menyurutkan pengaruh Uni Soviet di Eropa Timur. Total, ia bekerja sebagai informan selama 22 tahun.
Pastor kelahiran Wierzchowiska, Lublin, Polandia, ini lalu membuat pengakuan penting. Ia bekerja di SB bukan untuk kepentingan politik, melainkan demi karier akademik dan kepastoran. Maklum, di masa itu, agar bisa mendapat kemudahan sekolah dan karier, seseorang harus dekat dengan pusat kekuasaan.
Alhasil, dari kedekatan itu Wielgus berhasil menjadi profesor filsafat Polandia dan abad pertengahan, seperti yang dia idam-idamkan. Selama tiga dekade dia mengajar filsafat di Universitas Katolik Lublin dan menjadi rektor pada 1989. Bersama Profesor Joseph Ratzinger, yang kini Paus Benediktus XVI, ia mengajar di Universitas Munich (1973-1975 dan 1978).
Stanislaw Wielgus sudah 44 tahun menjadi pastor. Sebelum terpilih sebagai Uskup Agung, 6 Desember 2006, dia menjabat sebagai Uskup Plock, Polandia, selama tujuh tahun. Ia juga menjadi anggota sekaligus penasihat Jemaat Suci Pendidikan Katolik.
Kasus Wielgus pun jadi kontroversi. Apalagi ini bukan yang pertama. Pada April 2005, Pastor Konrad Stanislaw Hejmo, 69 tahun, dituding menerima uang dari SB selama 1980-an. Ia akhirnya berhenti sebagai pastor. Sehari setelah Wielgus mundur, Wali Katedral Krakow, Janusz Bielanski, juga mundur lantaran tudingan serupa. Rakyat Polandia yang mayoritas penganut katolik yang saleh itu—75 persen dari 38,5 juta penduduknya Katolik— terbelah. Dua pertiga dari responden sebuah jajak pendapat setuju Wielgus mundur, sedangkan sisanya tidak.
Vatikan juga tertohok. Paus sempat menegaskan dukungannya terhadap pengangkatan Wielgus menjelang Natal lalu. Namun, setelah menghubungi Presiden Kaczynski, Paus sendiri menelepon Wielgus, memintanya mundur.
Vatikan menuduh para mantan penguasa komunis dan kaum nasionalis berusaha menghancurkan struktur Katolik Roma di Polandia. “Kasus Wielgus bukan yang pertama dan mungkin bukan terakhir,” kata Direktur Jenderal Vatikan, Federico Lombardi.
Rezim komunis berakhir pada 1990. Sejauh ini, pemerintah-pemerintah pascakomunis Polandia memilih rekonsiliasi. Namun, perkembangan baru terjadi: pemerintah akan memberlakukan suatu undang-undang yang bakal menghukum orang-orang yang terlibat dengan rezim komunis dulu.
Faisal Assegaf (BBC, Catholic Online, Guardian, Polskie Radio, Spero News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo