Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Masih Ada Bara di Bumi Lorosae

Belasan orang tewas akibat bentrokan polisi dengan tentara di Timor Leste. Tentara penjaga perdamaian PBB kembali datang mengendalikan keadaan.

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tentara Australia yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamai-an Perserikatan Bangsa-Bangsa- (PBB) tampak berkeliar-an di tempattempat penting di ibu kota Timor Leste, Dili. Tak ada lagi tentara Timor Leste sejak Jumat pagi pekan lalu. ”Tentara- kami semuanya sudah kembali ke barak,” ujar Duta Besar Timor Leste untuk Jakarta, Arlindo Marcal, kepada Tempo.

Dikhawatirkan, keberadaan anggota- Pasukan Pertahanan Timor Leste (FDTL) di jalan-jalan malah akan membuat masalah. ”Jumat pagi (pekan lalu) masih ada tembak-menembak, maka-nya kini semua harus minggir,” ujarnya. Menurut dia, akibat bentrokan selama tiga hari, empat tentara dan 10 polisi tewas. Menurut The Guardian, korban meninggal mencapai 23 orang.

Yang menjadi pemicu kerusuhan ada-lah kontak senjata antara polisi dan tentara. Penyebab pasti belum diketahui-, tapi yang jelas persoalannya ber-mula pada pemecatan sekitar 500 tentara oleh Panglima FDTL Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak, Februari lalu. Mereka semula dituduh desersi.

Para serdadu yang dipecat itu kemudian unjuk rasa di depan Istana Debu, istana kepresidenan, meminta Presiden Xanana Gusmao menyelesaikan persoal-an dalam tubuh FDTL. Menurut para pemrotes, yang umumnya berasal dari barat Timor Leste, telah terjadi diskri-minasi dalam lembaga ketentaraan-. Komandan-komandan FDTL, yang umum-nya berasal dari bagian timur Timor Leste, memperlakukan tentara- asal ba-rat- de-ngan tidak adil. Konon, tentara asal barat dianggap tidak terlalu berperan dalam perjuangan Timor Leste meraih kemerdekaan dari Indonesia. Kelompok-kelompok gerilya yang terusme-nerus gigih melawan tentara- Indone-sia adalah yang berasal dari timur. Xanana dan Matan Ruak adalah pa-ra mantan pemimpin gerilyawan dari timur-.

Tampaknya pangkal ketegangan antara tentara dari barat atau Loromono dengan yang dari timur atau Lorosae tak mudah diselesaikan. Masalah deser-si juga tak tuntas terjawab. Bahkan, dalam kerusuhan minggu lalu, polisi ikut terlibat.

Kontak senjata mulai terjadi sejak Selasa pekan silam. Pasukan desertir yang dipimpin Mayor Alfredo Reinardo menyerang kawasan Becora dan Dili. Dua orang meninggal pada saat itu. Sehari kemudian terjadi lagi baku tembak dan tiga orang tewas. Kantor Presiden Xanana, kompleks PBB, dan kantor polisi tak luput menjadi ajang kerusuhan. Beberapa rumah, toko dan kendaraan terbakar. Warga asing mengungsi ke luar Dili. Pemerintah Indonesia juga menutup perbatasan Timor Barat dengan Timor Leste.

Untuk mengembalikan keamanan-, hampir seribu tentara asing masuk Timor Leste. Sampai akhir pekan lalu, 400 tentara Australia, 400 tentara Malaysia, dan 56 tentara Portugal, datang atas permintaan pemerintah Timor Leste. Masih akan berdatangan pasuk-an perdamaian dari negara lainnya hingga 1.300 tentara.

Kedatangan pasukan PBB membuat situasi di Timor Leste terkendali. ”Bentrokan antara tentara pemerintah dan pemberontak mereda setelah serdadu Australia tiba di negeri ini,” kata Menteri Luar Negeri Jose Ramos Horta. Tentara yang dipimpin Mayor Reinardo juga menahan diri. ”Saya berharap pasukan asing bersikap netral dan membawa kedua belah pihak dalam dialog damai-,” ujar Carlos Ximenes Belo. Pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian itu tak berharap jika pasukan asing pergi, me-re-ka berseteru kembali.

Sementara itu, pemerintah Timor Leste membentuk komisi pencari fakta untuk mengetahui sebab-musabab terjadinya pertempuran tiga hari tersebut. Komisi dikepalai Menteri Administrasi Negara Ana Pessoa dan beranggotakan wakil pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan unsur-unsur lainnya. ”Jadi, kami belum bisa mengatakan siapa yang memulai sehingga terjadi kerusuhan dan perang,” ujar Dubes Marcal. Siapa pun itu, sebaiknya pemerintah Timor Leste menyelesaikannya dan tidak membiarkannya seperti bara dalam sekam.

Ahmad Taufik (Guardian, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus