Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Matanya melek terhadap hong kong

Kunjungan pm inggris, margaret thatcher ke cina, antara lain membahas soal habisnya kontrak inggris terhadap hong kong pada th 1997 nanti. (ln)

2 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA bukan penasihat dari perusahaan mana pun," kata Margaret Thatcher di Beijing dalam wawancara pers pekan lalu. "Kalau saya mau, wah, saya bisa dapat uang banyak." Ny. Thatcher adalah Perdana Menteri Inggris pertama yang mengadakan kunjungan resmi ke RRC. Tahun 1977, pernah dia ke Beijing, tapi Ketua Partai Konservatif. Walaupun banyak hal kepentingan bersama Inggris-RRC dibicarakan selama kunjungan Thatcher itu, soal habisnya kontrak Inggris terhadap Hongkong, di tahun 1997 dianggap paling penting. Sebab banyak usahawan, yang menginvestasikan modalnya di Hongkong, menjadi raguiagu. Kembali dari RRC, Thatcher menyediakan waktunya untuk berbicara dengan para usahawan di Hongkong. Tapi masih belum terdengar kepastian apakah Hongkong akan tetap sebagai koloni Inggris, atau kembali kepada RRC sebagai wilayah kedaulatannya. Seusai bertemu dengan Thatcher, Perdana Menteri Zhao Ziyang tidak tegas berbicara. Selain menekankan kedaulatan RRC akan masa depan Hongkong, dia juga menegaskan RRC "akantetap memelihara kemakmuran dan kemantapan Hongkong." Orang bisa menafsirkannya macam-macam. Tapi, menurut kantor berita Xinhua, kedua pihak setuju membuka perundingan melalui saluran diplomatik mengenai masa depan Hongkong. Inggris-RRC rupanya juga sepaham bahwa kemakmuran dan kemantapan Hongkong perlu dipertahankan. Dan ini bisa mengambil waktu berbulan-bulan sementara kontrak akan berakhir 15 tahun lagi. Inggris yang ingin terus mempertahankan status Hongkong paling tidak berhasil mencari jaminan legal lewat neosiasi baru. "Dan saya berbicara bukan hanya untuk Inggris," demikian Ny. Thatcher, "tetapi juga untuk rakyat Hongkong." Sebanyak 5 juta orang Cina (hanya 2% dari populasi Hongkong yang non-Cina) memang mengharapkan kesinambungan administrasi Inggris di Hongkong. Masalah utama dari Hongkong adalah uang. Pepatah Cina mengatakan, "kalau anla menawarkan uan keada oran buta, matanya akan melek." Bagi Inegris, matanya pun melek terhadap Hongkong, koloninya yang paling makmur. Sejarah Hongkong banyak menyangkut kekuatan dan kewibawaan Inggris, setelah kemenangannya dalam Perang Candu di pertengahan abad ke-19. Kawasan yang kini dikuasai Inggris (1.060 km2 terjadi melalui beberapa uhap. Pulau Hongkong didapatnya lewat Treaty of Nanking (1842) dan semenanjung Kowloon lewat Konvensi Pertama Peking (1860). Sedangkan kawasan New Territories, yang berada di Cina daratan (RRC), didapatnya melalui Konvensi Kedua Peking (1898) untuk dikontrak selama selama 99 tahun. Selama ini Hongkong menjadi kawasan bisnis yang semakin menonjol di Asia Timur. Juga ia jadi pusat alih muatan kapal (transhipment) baik bagi Cina maupun dunia Barat. Ketika perang Korea pecah dan PBB mengadakan embargo terhadap barang "strategis" bagi Cina, Hongkong menjadi pusat perdagangan industri. Banyak taipan, yang kemudian menjadi multi jutawan, lahir di Hongkong, tempat pemukiman padat pula bagi orang Cina yang melarat. RRC sendiri tampaknya tetap menginginkan status quo bagi Hongkong, sambil menyelamatkan muka dengan menekankan masalah kedaulatan RRC: terhadap Hongkong. Kalau investor ragu-ragu menanamkan modalnya akhirakhir ini, "itu masalah Inggris," ujar sebuah sumber yang pro-Beijing. Tapi kenyataan pula bahwa ekspor RRC melalui Hongkong sedikitnya US$ 7 milyar per tahun. Itu berarti sepertiga dari seluruh penghasilan ekspor RRC. Belum lagi "ekspor" bahan makanan dan air minum RRC ke Hongkong. Persoalan lainnya ialah masalah imig,rasi. Tahun 1979 dan 1980, lebih dari 80.000 penduduk RRC bermigrasi ke Hongkong. Tahun lalu, ada sekitar 10.000 orang RRC yang tertangkap dan dipulangkan. Paling tidak ada sekitar 150 orang setiap harinya mencoba menyeberang ke Hongkong. Jadi Hongkong diperlukan oleh kedua pihak. Tanpa Hongkong, RRC akan mendapat kesulitan ekonomi. Dan tanpa RRC, Hongkong pun mungkin akan kelaparan. Tapi semakin dekat ke tahun 1997, laju pertumbuhannya cenderung wait and see. Setiap komentar dari Beijing mengenai masalah Hongkong bisa menjadikan naik turunnya bursa saham Hongkong. Misalnya komentar PM Zhao minggu lalu--karena tidak menyatakan kepastian akan masa depan Hongkong-telah menurunkan 25.73 titik menjadi 1.096,12 dari indeks bursa Hang Seng. Buat sementara, seperti ditulis koran South China Morning Post di Hongkong, "kabut akan mengambang di aus tahun 1997 dan kita harus puas dalam ketidaktahuan kita dan ketidakpastian bahwa semua ini untuk kebaikan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus