Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jalan-jalan di Kota Baga, Negara Bagian Borno, Nigeria, menghamparkan jejak-jejak kehancuran. Jembatan remuk dan banyak rumah serta gedung pemerintahan hangus. Semuanya tak terelakkan setelah pemerintah Nigeria berhasil mengambil alih kembali kota itu dari kekuasaan Boko Haram, kelompok pemberontak yang belum lama ini menyatakan sumpah setia kepada Islamic State—atau yang biasa dikenal sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Selama Januari 2015, Boko Haram menewaskan ratusan penduduk dan membumihanguskan puluhan bangunan. "Orang-orang bajingan itu membunuh para pria Nigeria. Sekarang kota ini sepi. Boko Haram membunuh adikku," kata Abubakar Ali, warga setempat, kepada BBC, Senin pekan lalu.
Sebelum pasukan pemerintah mengambil alih kota, menurut dia, Boko Haram mengincar para pria muda untuk dibunuh. Kini yang tersisa hanya sekelompok kecil pemuda, perempuan, anak-anak, dan orang tua.
Pada waktu yang sama, pasukan militer Nigeria berhasil merebut beberapa kota lain di Borno. "Bama (kota terbesar kedua di Borno) telah direbut kembali pada Senin," ujar juru bicara keamanan nasional Nigeria, Mike Omeri. Bama, di bagian timur laut Nigeria, dikuasai Boko Haram sejak September tahun lalu.
Ancaman Boko Haram memang semakin meningkat beberapa bulan terakhir. Diperkirakan 10 ribu orang tewas dan 1,5 juta penduduk terpaksa mengungsi sejak Boko Haram berkuasa pada 2009. Seperti dilansir Reuters pada Selasa pekan lalu, awal tahun ini Boko Haram mengambil alih 20 wilayah pemerintah lokal untuk membangun sebuah negara Islam di tengah penduduk dengan agama beragam di Nigeria.
Merebut kembali kota-kota yang dikuasai Boko Haram menjadi agenda penting pemerintah, yang akan menggelar pemilu presiden pada 28 Maret. Pemilu yang semula dijadwalkan pada Februari itu harus ditunda enam minggu karena alasan keamanan. Selama waktu penundaan itulah Presiden Nigeria Goodluck Jonathan habis-habisan berupaya mengusir Boko Haram dari wilayah yang mereka kuasai.
Selama ini, Presiden Jonathan, yang mencalonkan diri kembali, banyak mendapat kritik karena dianggap tak berupaya keras mengatasi pemberontakan. Jajak pendapat terbaru menyebutkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam memberikan rasa aman hampir pudar setelah banyak wilayah dikuasai Boko Haram.
Pemerintah tak tinggal diam. Perlawanan terhadap Boko Haram baru-baru ini dibantu negara-negara tetangga, yaitu Kamerun, Chad, dan Niger. Operasi militer gabungan dilakukan lewat serangan darat dan udara ke markas-markas kekuasaan Boko Haram. Pada akhir pekan lalu, Nigeria berhasil merebut kembali Kota Bama.
"Masih ada tiga pemerintahan lokal (yang belum direbut), yaitu Abadam, Kala-Balge, dan Gwoza. Tapi kami optimistis akan segera merebutnya kembali," kata Kepala Staf Tentara Nigeria Letnan Jenderal Tobiah Minimah.
Pemerintah juga diam-diam melibatkan tentara asing untuk bergabung dalam medan peperangan. Berita tentang kehadiran pasukan asing di Nigeria itu bersamaan dengan laporan bahwa seorang bekas tentara Afrika Selatan, yang sebelumnya bekerja sebagai kontraktor militer swasta, tewas di bagian timur Nigeria.
Dalam wawancaranya dengan VOA, seorang tentara Nigeria membenarkan kabar bahwa serbuan terhadap Boko Haram dibantu tentara bayaran dari Afrika Selatan, Rusia, dan Ukraina.
Namun, dalam beberapa kesempatan, Presiden Jonathan membantah keterlibatan tentara asing itu. "Orang asing dibawa hanya sebagai teknisi untuk perawatan dan pemeliharaan peralatan yang dibeli dari Afrika Selatan, Rusia, dan Ukraina," ujarnya kepada VOA.
Nigeria membeli sejumlah tank, truk, pesawat terbang, dan peralatan untuk membuat jembatan. Tim teknisi asing dari beberapa negara itu nyatanya ditempatkan di Maiduguri bersama peralatan dan senjata lengkap.
Upaya itulah yang membuat pemerintah berhasil merebut kembali kota-kota penting dari Boko Haram. Kini pemerintah menargetkan bisa membebaskan wilayah-wilayah di Negara Bagian Yobe dan Adamawa paling lambat pertengahan pekan depan.
Belum dapat dipastikan seberapa besar pengaruh keberhasilan militer pemerintah akan mendongkrak popularitas Jonathan. Malah mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Nigeria, John Campbell, mengatakan pemerintah perlu mewaspadai aksi balasan dari Boko Haram setelah kelompok itu bergabung dengan ISIS. "Sangat mungkin Boko Haram merencanakan serangan selama pemilu berlangsung," katanya.
Rosalina (Reuters, VOA, The Guardian, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo