Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Maut di Parfum Nina Ricci

Inggris mendakwa dua agen rahasia Rusia sebagai pelaku peracunan Sergei Skripal. Tak ada permintaan ekstradisi.

14 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Maut di Parfum Nina Ricci

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POLISI kontraterorisme Inggris merahasiakan temuannya selama lebih-kurang lima bulan soal identitas pelaku peracunan Sergei V. Skripal, mantan intelijen militer Rusia, dan putrinya, Yulia Skripal. Setelah perintah penangkapan terhadap Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov dikeluarkan, Inggris baru resmi mengumumkan dakwaannya, Rabu dua pekan lalu. "Dua orang itu agen dinas intelijen militer Rusia (GRU)," kata Perdana Menteri Inggris Theresa May di depan parlemen pada hari yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sergei, Yulia, dan detektif yang menangani kasusnya, Sersan Nick Bailey, dilarikan ke rumah sakit setelah terpapar gas saraf Novichok, 4 Maret lalu. Dua korban lain adalah Dawn Sturgess dan Charlie Rowley. Empat korban selamat setelah dirawat di rumah sakit, tapi Sturgess tidak. Peracunan ini juga memicu ketegangan yang berujung pada pengusiran 150 intelijen dan diplomat Rusia dari Inggris dan negara sekutunya. Rusia membalas dengan langkah sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat mengumumkan dakwaannya, penyelidik Inggris menyodorkan setumpuk bukti. Itu termasuk gambar kamera pengawas (CCTV) berisi pergerakan Petrov dan Boshirov saat tiba di Inggris dengan maskapai penerbangan Rusia, Aeroflot, pada 2 Maret lalu; berada di dekat rumah Sergei Skripal di Salisbury; dan akhirnya kembali ke Moskow dua hari kemudian, juga dengan Aeroflot. Selain itu, polisi merilis foto botol parfum Nina Ricci yang digunakan untuk membawa Novichok.

Pemerintah Rusia menampik dakwaan ini. "Nama-nama serta foto-foto yang diterbitkan di media tidak ada artinya bagi kami," ujar Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia. "Kami sekali lagi mendesak Inggris untuk beralih dari tuduhan dan manipulasi informasi di depan publik ke interaksi praktis di antara lembaga penegak hukum."

Inggris secara resmi menyelidiki kasus ini pada 7 Maret lalu, tiga hari setelah Sergei dan Yulia Skripal ditemukan tak sadarkan diri di bangku di pusat Kota Salisbury. Hasil uji Laboratorium Pertahanan, Sains, dan Teknologi di Porton Down mengkonfirmasi bahwa penyebabnya adalah Novichok, yang diduga diproduksi di Rusia.

Menurut New York Times, detektif Inggris melakukan penyelidikan dengan memelototi 11.000 jam rekaman CCTV dari sekitar 5.000 kamera dan mewawancarai 1.400 orang. Inggris adalah salah satu negara yang punya banyak kamera CCTV, dengan perkiraan satu kamera pengintai per sebelas orang. Para detektif ini diperkuat oleh tim berbakat secara genetis, yang dikenal sebagai "pengenal super".

Sebanyak 25 detektif mengidentifikasi sekelompok besar calon tersangka, kemudian si pengenal super membantu memisahkan orang-orang yang pergerakannya mencurigakan. Polisi setempat juga dilibatkan untuk membantu mengenali penjahat lain, seperti pengedar narkotik, yang mungkin juga tampak mencurigakan dalam rekaman CCTV.

Hasil pengenalan wajah itu kemudian diuji dengan pemeriksaan data paspor orang-orang Rusia yang meninggalkan Inggris tak lama setelah peracunan. Ini untuk membuat jumlah calon tersangka mengerucut. Polisi juga mencocokkan para calon tersangka ini dengan cara lain, yaitu memetakan pemakaian telepon selulernya atau penggunaan kartu kredit.

Salah satu keberuntungan bagi penyelidik adalah pada periode waktu peracunan ada salju tebal dan itu mengurangi jumlah orang di jalanan. Ini memperkecil jumlah orang yang patut dicurigai. Terobosan besar terjadi ketika polisi mengenali tempat menginap Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov: City Stay Hotel di Bow Road, London Timur. Petugas mengambil sampel dari kamar keduanya dan menemukan jejak benda yang terkontaminasi Novichok.

Petrov dan Boshirov, yang diduga sebagai nama samaran, diketahui tiba di Bandar Udara Gatwick pada 2 Maret pukul 15.00 setelah terbang dari Moskow dengan Aeroflot. Mereka tertangkap kamera tiba di stasiun kereta Victoria pada pukul 17.40 setelah menempuh perjalanan dengan kereta menuju pusat Kota London. Setelah itu keduanya menuju City Stay Hotel.

Keesokan harinya, pukul 11.45, Petrov dan Boshirov terlihat lagi di Stasiun Waterloo. Sekitar pukul 14.25, keduanya tiba di Salisbury dengan kereta api. "Perjalanan ini untuk pengintaian di area Salisbury," kata Neil Basu, pejabat antiteror Kepolisian Inggris. Salisbury adalah kawasan tempat tinggal Sergei Skripal.

Pada hari itu, Yulia Skripal tiba di Bandara Heathrow pada pukul 14.40. Yulia tinggal di Rusia dan kedatangannya hari itu untuk menjenguk ayahnya. Setelah dua jam di area Salisbury, Petrov dan Boshirov terekam kamera sedang naik kereta api menuju London. Keduanya tiba di Bow Road pada pukul 20.05.

Pada 4 Maret pukul 08.05, keduanya terlihat di kamera CCTV sedang dalam perjalanan dari Bow Road ke Stasiun Waterloo dan kemudian berlanjut ke Salisbury. Mereka tertangkap kamera lagi pada pukul 11.48 saat sedang keluar dari stasiun kereta Salisbury. Pada pukul 11.58, kamera menunjukkan keduanya sedang berada di dekat rumah Sergei Skripal di Wilton Road, Salisbury.

Detektif Inggris menyimpulkan bahwa gas beracun Novichok itu dipasang di gagang pintu depan rumah Sergei Skripal. Setelah melaksanakan misinya, dua agen Rusia itu pergi. Kamera menangkap pergerakan keduanya pada pukul 13.05 di Fisherton Street, pusat Kota Salisbury, saat hendak menuju stasiun kereta api.

Pada kurun yang sama, mobil Sergei Skripal terlihat melaju menuju pusat Kota Salisbury. Sergei dan Yulia tiba di tempat parkir mobil Sainsbury sepuluh menit kemudian. Pada pukul 14.20, ayah dan anak ini mengunjungi pub The Mill di Salisbury sebelum makan di restoran Zizzi di kawasan pusat belanja Maltings. Dua jam kemudian, tepatnya pukul 16.15, Sergei dan Yulia ditemukan tak sadarkan diri di bangku di pusat Kota Salisbury.

Saat Sergei dan Yulia ditemukan pingsan, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov sedang dalam perjalanan menuju London dan tiba di Waterloo pada pukul 16.45. Dua jam kemudian, mereka sudah dalam perjalanan ke Bandara Heathrow. Pukul 22.30, dua agen rahasia itu sudah naik Aeroflot menuju Moskow.

Detektif Inggris menyimpulkan bahwa Novichok bisa lolos masuk ke Inggris dengan disamarkan dalam botol parfum Nina Ricci "Premier Jour". Botol bekasnya ditemukan di tempat sampah tak jauh dari rumah Sergei Skripal. Nahasnya, botol itu diambil Charlie Rowley, warga Amesbury, pada 27 Juni lalu. Kecantikan botolnyalah yang membuat Rowley tertarik dan mengambilnya.

Menurut Business Insider, Rowley memberikan barang yang ia duga parfum itu kepada Dawn Sturgess, pacarnya. Sturgess menyemprotkan parfum itu ke pergelangan tangannya. Seusai semprotan itulah Sturgess mengeluh sakit kepala dan minta berbaring. Karena sakitnya berlanjut, ia dilarikan ke rumah sakit pada 30 Juni. Setelah delapan hari dirawat, ia tak tertolong. Rowley juga terpapar Novichok meski sedikit. Tapi ia pulih setelah dirawat di rumah sakit.

Menurut penyelidikan polisi, botol dan kotak parfum itu dibuat agar sesuai dan terlihat seperti Nina Ricci asli. Perdana Menteri Theresa May mengatakan botol parfum itu "adalah penyamaran untuk menyelundupkan senjata (Novichok) tersebut ke Inggris".

Jaksa penuntut mendakwa Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov dengan percobaan pembunuhan terhadap Sergei dan Yulia Skripal serta Nick Bailey. Keduanya juga menjadi tersangka utama sakitnya Charlie Rowley dan matinya Dawn Sturgess. Penuntut tidak meminta ekstradisi dua orang itu dari Moskow. Namun, Theresa May mengatakan, kalau keduanya pergi ke luar Rusia, "Kami akan mengambil setiap langkah yang memungkinkan untuk menahan mereka, mengekstradisi, dan membawanya untuk diadili di Inggris."

Menurut New York Times, Inggris menyadari bahwa Rusia tak akan mengekstradisi warganya. Ini berkaca pada kasus peracunan terhadap Alexander V. Litvinenko, mantan agen intelijen luar negeri Rusia (FSB) yang menjadi pengkritik keras Vladimir Putin. Ia tewas diracun dengan bahan radioaktif Polonium 210 pada 2006. Inggris mendakwa dua agen FSB, Andrey Lugovoy dan Dmitry Kovtun, sebagai pelakunya. Tapi Rusia menolak mengekstradisi keduanya.

Sergei Skripal punya sejumlah kemiripan dengan Alexander Litvinenko: sama-sama mantan agen. Bedanya, Litvinenko kabur dari Rusia dan minta suaka ke Inggris, sedangkan Skripal dipenjara pada 2006 karena menjual rahasia Rusia kepada Inggris. Skripal dibebaskan pada 2010 sebagai bagian dari pertukaran tahanan mata-mata antara Rusia dan negara Barat. Setelah tinggal di Salisbury, Skripal diam-diam masih bekerja di bidang intelijen, yang diduga menjadi penyebab peracunannya.

Abdul Manan (New York Times, Independent, Guardian, Business Insider)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus