Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JASON Rezaian berkewarganegaraan ganda, Amerika Serikat dan Iran. Pria 39 tahun yang bekerja sebagai koresponden The Washington Post ini ditahan di Penjara Evin sejak ditangkap bersama istrinya, Yeganeh Salehi, dan dua fotografer pada 22 Juli 2014. Yang lain bebas, kecuali Rezaian, yang dituduh melakukan kegiatan mata-mata. Tidak ada yang tahu persidangan terhadap kasusnya. Kabar bahwa dia telah divonis, yang tersiar pekan lalu, berasal dari dua kantor berita tidak resmi Iran.
Namun jerat perkara mata-mata terhadap Rezaian bukan pertama kalinya. Sherif Mansour, koordinator program Timur Tengah dan Afrika Utara Komite Perlindungan Jurnalis, menyatakan Iran kerap membidik wartawan karena mudah didakwa sebagai intelijen. "Ada garis yang halus, yang bagi masyarakat demokratis adalah hal yang biasa. Peran wartawan adalah mengumpulkan informasi, termasuk yang terkait dengan pejabat publik," kata Mansour dalam laporan Associated Press, Oktober lalu. "Yang dilakukan di Iran adalah mengaburkan garis itu."
Menurut Maziar Bahari, reporter Newsweek berkewarganegaraan Kanada-Iran yang ditangkap pada Juni 2009, tidak perlu ada alasan yang membuat jurnalis ditangkap di Iran. Bahari dibui tanpa tuduhan selama empat bulan.
"Alasan penangkapan saya dan banyak orang lainnya di Iran tidak harus terkait dengan apa yang saya ciptakan," ujarnya kepada Business Insider. "Tapi pada apa yang saya wakili dan pesan apa yang bisa mereka sampaikan lewat penangkapan saya." Menurut dia, hal serupa mungkin terjadi pada Rezaian.
Anggapan Bahari bisa saja benar. Tapi tidak berlaku bagi lima jurnalis Iran yang juga ditahan pada 2 November 2015. Mereka dituduh sebagai bagian dari program penyusupan yang dilakukan Amerika dan Inggris. Padahal salah seorang di antaranya, Afarin Chitsaz, dekat dengan Presiden Iran yang reformis, Hassan Rouhani.
Rouhani mengecam keras penangkapan itu. Dia menyatakan kalangan garis keras Iran menyalahgunakan pernyataan Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei, tentang kemungkinan penyebaran pengaruh Amerika di Iran sebagai alasan penahanan. "Kita tak boleh menahan satu-dua orang, di sini dan di sana, sambil membesar-besarkan kasus dan menyatakan ini adalah infiltrasi Amerika di Iran," katanya seperti dikutip kantor berita IRNA. Namun kecamannya tak serta-merta membuat mereka dibebaskan.
Selain jurnalis, sejumlah seniman, penyair, dan aktivis media sosial ditangkap. Aktivis hak asasi manusia Iran, lewat situsnya, iranhumanrights.org, menyebutkan penangkapan terakhir adalah yang terbesar sejak aksi protes 2009. Di antara mereka, ikut ditangkap 170 warga Provinsi Qazvin dan sejumlah orang lainnya di Provinsi Gilan.
Berbagai penangkapan itu memunculkan anggapan lama, tentang kecemasan kalangan garis keras terhadap kemungkinan keterbukaan Iran pasca-kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat. Secara langsung, aktivis HAM menuding Pasukan Garda Revolusi Iran sebagai pelakunya. "Garda Revolusi, dibekingi Ayatullah Khamenei, bertindak di luar batas hukum Iran sendiri untuk menabur ketakutan dan memberangus suara independen," ujar Hadi Ghaemi, Direktur Eksekutif International Campaign for Human Rights in Iran.
Menurut Ghaemi, mereka putus asa untuk mempertahankan kendali di domestik, dalam konteks yang berubah dramatis pasca-kesepakatan nuklir, dan mereka kian bertindak di luar batas hukum. Itu, kata dia, "Pertanda buruk bagi masa depan hak-hak sipil dan kebebasan dasar di Iran."
Sebaliknya, bagi Hassan Rouhani, penangkapan-penangkapan itu menjadi tamparan peringatan soal siapa sebenarnya yang berkuasa. Dia juga diingatkan pada kekuatan Garda Revolusi yang terus mencengkeram Iran, meski arah kebijakan sudah berubah.
Sehari setelah kecaman Rouhani, Hamid Reza Moghaddamfar, penasihat Garda Revolusi, menyatakan penangkapan-penangkapan itu bertujuan memerangi penyusup yang berniat menggulingkan sistem di Iran. Dari kabinet, Menteri Perdagangan Mohammad Reza Nematzadeh juga mengikuti perintah Khamenei dengan mengeluarkan larangan impor barang-barang Amerika.
Aktivis dan analis melihat pemberangusan itu sebagai cara kalangan garis keras melawan kaum moderat menjelang pemilihan parlemen Februari tahun depan. Namun pengaruh kelompok ini sebetulnya kian redup. Rakyat Iran kini makin modern dan tak hanya bersentuhan dengan Amerika, tapi juga seluruh dunia.
Natalia Santi (Business Insider, The Washington Post, Associated Press, Fars)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo