Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inilah jawaban Anwar Ibrahim -atas sejumlah pertanyaan -tentang -pilihannya kembali ke parlemen. ”Saya sudah menunggu 20 tahun. Orang-orang masih bertanya mengapa saya memilih Port Dickson, bukan Hulu Selangor,” katanya dalam acara ”Meet Anwar Ibrahim” di Universiti Selangor, Malaysia, Rabu pekan lalu. ”Tapi saya sudah menang besar, cukuplah.”
Anwar menang dalam ”pemilihan mini” di Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia, Sabtu dua pekan lalu, dengan 23.560 suara (72 persen). Perolehan suara Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan pemimpin Koalisi Pakatan Harapan itu jauh di atas dua pesaing utamanya, Mohd. Nazari Mokhtar dari Partai Islam Se-Malaysia dan mantan Wakil Presiden Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang juga Menteri Besar Negeri Sembilan, Mohd. Isa Abdul Samad. Perolehan suara tersebut melebihi raihan kader PKR di daerah ini dalam pemilihan umum 9 Mei lalu.
Hasil pemilihan itu tak hanya mengembalikan Anwar ke parlemen, jabatan yang ia tinggalkan lebih-kurang 20 tahun lalu. Ia kehilangan kursinya di parlemen setelah perdana menteri saat itu, Mahathir Mohamad, memecatnya sebagai wakil perdana menteri dan menjeratnya dengan kasus sodomi serta korupsi pada 1998. Ia sempat kembali ke parlemen setelah lolos dalam Pemilu 2008, tapi posisi itu lepas lagi karena pemerintah Najib Razak juga menjeratnya dengan kasus sodomi. Anwar baru bebas pada akhir Mei lalu, beberapa hari setelah Pakatan memenangi pemilu.
Kemenangan di Port Dickson itu juga memberi jalan bagi Anwar untuk menerima jabatan yang sudah disiapkan untuknya oleh Pakatan: perdana menteri. Namun, setelah resmi kembali ke parlemen sejak Senin pekan lalu, Anwar mengaku tidak ingin segera mendapat peran dalam kabinet dan ingin Perdana Menteri Mahathir Mohamad ”melanjutkan pemerintahan tanpa kendala waktu serta tekanan”. ”Beliau akan berfokus pada reformasi parlemen sesuai dengan manifesto Pakatan Harapan,” ujar Ketua Pemuda PKR Nik Nazmi Nik Hasmi kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Rencana menjadikan Anwar perdana menteri adalah salah satu poin manifesto Pakatan yang disepakati empat partai koalisi pimpinan Anwar, yaitu PKR, Partai Aksi Demokratik (DAP), Partai Amanah, dan Partai Pribumi Bersatu.
Mahathir, pemimpin Partai Pribumi, setuju bergabung dengan koalisi untuk mengalahkan UMNO pimpinan Najib Razak. Koalisi sepakat, jika menang, Mahathir akan menjadi perdana menteri. Posisi tersebut tidak akan langsung diserahterimakan kepada Anwar, yang saat itu masih di dalam penjara. Setelah Pakatan mengalahkan Barisan Nasional, koalisi partai pimpinan UMNO, pada pemilu Mei lalu, Mahathir diangkat menjadi perdana menteri. Mahathir juga meminta Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V mengampuni Anwar, yang berbuntut pembebasan tokoh oposisi itu.
Setelah Anwar menghirup udara bebas, pekerjaan rumah berikutnya bagi -koalisi ini adalah mengembalikannya ke parlemen. Di Malaysia, seorang menteri haruslah orang yang duduk di parlemen. Dengan situasi seperti itu, Anwar berpeluang kembali ke Dewan Rakyat dengan dua pilihan: menunggu pemilu lima tahun lagi atau mengikuti ”pemilihan mini” jika ada anggota parlemen yang mengundurkan diri.
Sejumlah orang sempat memprediksi putri Anwar, Nurul Izzah, akan keluar dari parlemen guna memberi jalan bagi ayahnya untuk bertanding di Permatang Pauh—daerah pemilihan Anwar dalam pemilu sebelumnya. Namun tawaran bagi Anwar datang dari Danyal Balagopal Abdullah, anggota parlemen dari PKR untuk daerah pemilihan Port Dickson. Dalam pemilu empat bulan lalu, Danyal mengalahkan kandidat Barisan Nasional, Datuk V.S. Mogan, dan Mahfuz Roslan dari PAS dengan perolehan suara 51 persen.
Danyal resmi mengundurkan diri pada 12 September lalu, sekitar empat bulan setelah duduk di parlemen. Langkah ini sempat mengundang pertanyaan, juga tudingan bahwa dia mendapat uang 25 juta ringgit atau sekitar Rp 91 miliar untuk melepas kursinya. Danyal membantah keras tudingan itu. ”Dia mundur atas permintaan sendiri,” kata Nik Nazmi Nik Hasmi.
Ini pertama kalinya Anwar bertarung di Port Dickson. Selama enam periode, ia mendapat dukungan dari Permatang Pauh, yang kini dikuasai Nurul Izzah. PKR punya sejumlah alasan mengenai pilihan ini. ”Anwar memilih Port Dickson karena Balagopal menawarkan diri. Ini juga dekat dengan Kuala Lumpur,” tutur Wakil Ketua PKR Tian Chua kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Jarak antara Port Dickson dan Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia, sekitar satu jam bermobil. ”Komposisi etnis yang seimbang di Port Dickson juga sesuai dengan identitas PKR,” ucap Nik Nazmi. Komposisinya: Melayu 53 persen, Cina 26 persen, dan India 21 persen.
PKR punya alasan penting lain, yaitu terkait dengan kepastian Anwar mendapatkan kursi. ”Port Dickson telah menjadi daerah pemilihan yang diwakili PKR dalam tiga periode terakhir. Karena itu, kami menganggap kursi di sana sebagai salah satu yang lebih aman,” ujar Datuk Saifuddin Nasution, Sekretaris Jenderal PKR. Pada Pemilu 2018, wakil PKR meraih suara lebih dari 50 persen di daerah ini. Pada pemilu sebelumnya, 2013, kader PKR menang dengan perolehan suara 52 persen, sementara pada Pemilu 2008 51 persen.
Dalam pemilihan legislatif di Port Dickson ini, Anwar menghadapi dua politikus senior, Nazari Mokhtar dari PAS dan Isa Samad, mantan pejabat UMNO. Selain itu, ada empat calon independen, yaitu aktivis media sosial Stevie Chan, konsultan manajemen Kan Chee Yuen, pendidik Lau Seck Yan, dan Saiful Bukhari, mantan penasihat Anwar yang tuduhan sodominya membuat Anwar dipenjara. Barisan Nasional tak mengirimkan calon dalam pemilihan sebagai bentuk protes. Presiden UMNO Datuk Seri Zahid Hamidi menyatakan oposisi tidak akan ambil bagian dan memboikot pemilihan karena menilainya sebagai pemborosan.
Saat Anwar bertarung untuk maju dalam pemilihan, ada upaya hukum untuk menghentikannya, tapi tak berhasil. Rosmadi Mohd. Kassim, salah seorang pemilih, mengajukan permohonan peninjauan hukum ke pengadilan tinggi pada 27 September lalu. Dia ingin pengunduran diri Danyal Balagopal Abdullah sebagai anggota parlemen dinyatakan inkonstitusional sehingga langkah Komisi Pemilihan untuk menyelenggarakan pemilihan itu batal. Pengadilan tinggi menolak permohonan ini pada 2 Oktober.
Koalisi Pakatan Harapan jelas berusaha keras memenangkan Anwar. Bahkan Perdana Menteri Mahathir Mohamad ikut turun berkampanye ke kota pelabuhan ini. Hasilnya: Anwar meraih suara mayoritas, melebihi suara yang didapatkan Danyal Balagopal dalam pemilihan sebelumnya. Tian Chua menyebut hasil itu sebagai ”kemenangan gemilang untuk PKR dan menunjukkan bahwa pemilih mendukung partai ini”.
Masalah yang muncul kemudian: bagaimana nasib janji Mahathir menjadikan Anwar perdana menteri seperti manifesto koalisi? Mahathir, dalam pertemuan dengan warga Malaysia di Brunei, 2 September lalu, menyatakan akan menghormati kesepakatan mundur setelah dua tahun memerintah dan bakal menyerahkan kepemimpinan kepada Anwar.
Ihwal suksesi dari Mahathir kepada Anwar ini Nik Nazmi mengatakan, ”Pengalihan akan terjadi pada saat yang pas.” Ia juga percaya Mahathir akan memenuhi janjinya. Keyakinan serupa dikemukakan Tian Chua. ”Anwar akan mengambil alih pemerintahan dari Dr Mahathir setelah dua tahun, seperti diputuskan oleh pemimpin Pakatan Harapan. Itu tidak akan berubah,” ujar Tian Chua.
ABDUL MANAN (STRAITS TIME, NEW STRAIT TIMES, MALAYONLINE, CHANNEL NEWS ASIA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo