AKHIRNYA Amerika membuka kartu: tujuan serangan terhadap Libya 15 April lalu adalah untuk menyingkirkan Qadhafi. Pada pers dua pekan silam Menlu AS George Shultz mengungkapkan, Presiden Reagan mengharapkan agar serbuan itu akan mendorong para perwira angkatan bersenjata Libya menggulingkan Qadhafi. "Jika terjadi kudeta, itu baik sekali," kata Shultz. Memang, seperti kata seorang pengamat buat Amerika, Qadhafi yang baik adalah Qadhafi yang almarhum, atau setidaknya yang dicopot kekuasaannya. Washington agaknya tahu bahwa bila Qadhafi tersingkir, terorisme internasional tidak akan lenyap tapi diharap paling tidak "gangguan" Qadhafi akan terhenti. Di AS, ada yang menyarankan: mengapa tidak mencoba menyingkirkan Qadhafi dengan membunuhnya? Secara resmi hal ini pastilah tidak akan dilakukan karena bertentangan dengan hukum. Namun, fakta bahwa salah satu sasaran pengeboman dalam Operasi El Dorado Canyon tiga pekan lalu adalah barak militer yang ditinggali Qadhafi, memperkuat dugaan bahwa Reagan memang ingin melenyapkan Qadhafi. Sejumlah pembantu Reagan mengakui, barak Qadhafi memang digenjot bom "dengan harapan dia mungkin ada di situ". Reagan memang ingin menyingkirkan Qadhafi. November tahun lalu, harian Washington Post mengungkapkan scbuah dokumen CIA yang menyatakan Reagan telah menyetujui suatu rencana operasi rahasia CIA. Tujuannya: mendorong membuka peluang dan agar lawan-lawan Qadhafi di AB Libya merebut kekuasaan, atau membuat kesempatan agar salah satu tetangga Libya (Mesir, Tunisia, atau Aljazair) punya alasan menyerbu Libya. Amerika tampaknya yakin, dengan terus menekari Qadhafi, musuh-musuh Qadhafi di Libya akan menggulingkan sang kolonel. Mereka percaya Qadhafi banyak musuhnya, terutama mereka yang tidak puas terhadap kebijaksanaannya. Karena itulah, tatkala segera setelah serbuan 15 April terdengar tembakan-tembakan di jalan-jalan Tripoli, muncul desas-desus bahwa terjadi usaha kudeta menggulingkan Qadhafi. "Harapan AS ternyata sia-sia. Qadhafi, untuk kesekian kalinya, lolos dari maut. Malah pamornya tambah naik di mata rakyatnya, juga di kalangan negara-negara Arab. Bahkan para penentang Qadhafi sendiri "melupakan", setidaknya untuk sementara waktu, permusuhan mereka dengan sang kolonel. Mahmoud Magherbi, perdana menteri Libya pertama, sewaktu Qadhafi merebut kekuasaan pada 1969 dan kemudian membelot dan menentang Qadhafi, mengatakan, "Saya mengutuk agresi Amerika atas negara saya. Sekarang bukan saatnya berbicara mengenai Qadhafi sang diktator. Kami menderita di bawah kekuasaannya. Tapi kini bukan saatnya berbicara mengenai apa yang telah dilakukannya. Kita harus bicara mengenai apa yang telah dilakukan Amerika." Banyak pihak yang meragukan penilaian CIA bahwa posisi Qadhafi saat ini lemah. Dinas rahasia Israel yang terkenal teliti, misalnya, percaya bahwa AB Libya sepenuhnya di belakang Qadhafi. Ketidakpuasan di kalangan masyarakat Libya memang ada, termasuk juga di kalangan tentara. Pihak oposisi, misalnya, menyebut contoh peristiwa yang terjadi Agustus tahun silam. Waktu itu satuan angkatan udara yang ada di pangkalan Al-Wattiyah, di barat daya Libya, dilaporkan menolak dipindahkan ke perbatasan Tunisia untuk menjaga kemungkinan serangan Tunisia. Ada juga laporan bahwa sebagian AB Libya menentang "petualangan" Libya di Chad, dengan membantu gerakan pemberontak di sana. Di sebut-sebut juga adanya ketidakpuasan kalangan tentara terhadap "pengawal revolusi" bentukan Qadhafi, yang mulai menggantikan peranan tentara. Sejauh mana dugaan itu benar, belum begitu jelas. Yang perlu diingat, banyak rakyat Libya - terutama kalangan mudanya yang mendewa-dewakan Qadhafi karena berkat kebijaksanaannyalah Libya memperoleh kemajuan ekonomi. Meski harga minyak yang merosot membuat ekonomi Libya tersodok, dan sejumlah barang kebutuhan hidup susah didapat, belum tentu ini membuat popularitas Qadhafi ikut anjlok. Oposisi terhadap Qadhafi secara terbuka memang ada, tapi para penentang ini umumnya tinggal di luar negeri. Yang paling menonjol adalah Front Nasional untuk Menyelamatkan Libya (NFSL), yang dipimpin Muhammad Magarieff. Bekas dubes Libya di PBB ini, membelot pada 1980, membentuk NFSL pada 1981 dan menjabat sekjennya. Organisasi ini berpusat di Khartoum. Kelompok penentang Qadhafi lainnya adalah Uni Konstitusional Libya (LCU), yang dibentuk pada 1981, pimpinan Muhammad Abdu Ben-Ghalboun yang menyatakan setia pada Raja Idris yang diguling kan Qadhafi. Ada pula Kelompok Demokrasi Nasional Libya (LNDG) yang merupakan gabungan kelompok Magherbi dan Fadel Messaoudi yang beroperasi di Inggris. Di dalam Libya sendiri ada juga gerakan bawah tanah. Di antaranya, Gerakan 7 April dan kelompok lainnya adalah Dewan Revolusi Rasul Allah. Tapi, banyak diketahui tentang kegiatan kedua kelompok ini. Usaha AS untuk menyingkirkan Qadhafi tampaknya sulit. Kini malah banyak yang mengkhawatirkan bahwa tanpa Qadhafi, Libya akan kalut dan bisa jatuh ke cengkeraman Rusia. CIA sendiri pernah melukiskan orang kedua Libya, Mayor Abdel Salam Jallud, yang disebut sebagai pengganti Qadhafi bila kolonel ini tiada, sebagai orang yang pro Soviet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini