Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK pertama kali diperkenalkan pada 1914, dolar Amerika Serikat (AS) telah berkembang menjadi mata uang yang dominan di tingkat global hingga digunakan oleh banyak negara di seluruh dunia. Perjalanan dolar AS menuju status ini dimulai dengan pembentukan Federal Reserve pada 1913, sebuah kebijakan penting untuk menstabilkan ekonomi dan mengatur sistem mata uang yang sebelumnya tidak terkontrol.
Dilansir dari ejournal.unma.ac.id, pada awal abad ke-20, meskipun Amerika memiliki ekonomi yang semakin kuat, sistem mata uang dunia masih didominasi oleh ponsterling Inggris dan standar emas, di mana negara-negara menyimpan cadangan emas untuk mendukung nilai mata uang mereka. Namun, saat Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, banyak negara meninggalkan standar emas untuk membiayai kebutuhan perang mereka, menyebabkan devaluasi mata uang mereka. Inggris tetap mempertahankan standar emas hingga akhirnya meninggalkannya pada tahun 1919, yang mengarah pada krisis mata uang global.
Pada saat itu, Amerika Serikat yang baru saja pulih dari "depresi besar" pada awal 1930-an, mulai menggantikan ponsterling sebagai mata uang cadangan internasional. Pada akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat menjadi negara dengan cadangan emas terbesar di dunia, yang semakin mengukuhkan dolar AS sebagai mata uang yang aman dan stabil untuk perdagangan internasional.
Titik balik dominasi dolar AS terjadi pada tahun 1944 dengan ditandatanganinya Perjanjian Bretton Woods. Dalam perjanjian ini, negara-negara maju sepakat mengaitkan nilai tukar mata uang mereka dengan dolar AS, karena waktu itu Amerika Serikat memiliki cadangan emas terbesar. Sistem ini menggantikan standar emas dan memungkinkan negara-negara untuk menetapkan nilai tukar mereka berdasarkan dolar, yang didukung oleh cadangan emas AS.
Selain itu, perjanjian tersebut juga melahirkan tiga lembaga internasional yang penting: Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang bertujuan untuk mendukung stabilitas ekonomi global pasca Perang Dunia II. Seperti yang dikutip dari eprints.umm.ac.id, dalam sistem Bretton Woods, bank sentral negara-negara di dunia harus menjaga nilai tukar mata uang mereka tetap stabil terhadap dolar AS.
Namun, seiring berjalannya waktu, ekonomi global bergeser. Pada 1971, AS mengalami stagflasi yang ditandai oleh inflasi tinggi dan pengangguran yang meningkat, yang memaksa Presiden Richard Nixon menghentikan konvertibilitas dolar AS menjadi emas. Keputusan ini menandai berakhirnya sistem Bretton Woods dan mengarah pada adopsi sistem nilai tukar yang fleksibel, di mana nilai mata uang negara-negara kini ditentukan oleh pasar.
Walaupun sistem Bretton Woods runtuh, dolar AS tetap dipertahankan sebagai mata uang cadangan global karena kepercayaan terhadap kekuatan ekonomi dan politik Amerika Serikat yang masih dominan. Dolar AS tetap menjadi standar dalam transaksi perdagangan internasional dan investasi, dengan banyak negara menyimpan cadangan dalam bentuk dolar AS.
Hingga saat ini, meskipun negara-negara seperti China, Rusia, dan negara-negara BRICS lainnya berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional, posisi dolar AS sebagai mata uang global tetap sulit digantikan. Ketergantungan pada dolar dalam transaksi internasional, cadangan devisa, dan perdagangan komoditas membuat dolar tetap menjadi penghubung utama antara negara-negara di seluruh dunia.
Upaya negara-negara BRICS untuk menciptakan mata uang alternatif bagi perdagangan internasional, seperti yang diusulkan oleh Donald Trump dalam pernyataan terbaru, menunjukkan ketegangan geopolitik yang muncul karena ketergantungan global pada dolar AS. Meskipun ada dorongan untuk mengurangi dominasi dolar, kenyataannya masih ada hambatan besar dalam mewujudkan mata uang global yang dapat menggantikan posisi dolar.
Myesha Fatina Rachman berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Pemicu Aliansi Negara BRICS Melawan Dolar AS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini