Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengendus Jejak Muammar

Tinggal beberapa kota masih dikuasai loyalis Qadhafi. Keberadaan sang Kolonel dan Saiful Islam masih belum diketahui.

12 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Vila di hamparan bukit Al-Bayda, dekat Benghazi, itu tak berpagar. Di antara pepohonan, siapa pun dapat menyaksikan sebuah kebun binatang mini di halaman depannya. Di tengah-tengah kompleks, terdapat lapangan tenis yang bisa diubah menjadi lapangan basket.

Di vila yang mempunyai 40 kamar inilah, ketika masih berkuasa, keluarga Muammar Qadhafi acap menghabiskan waktu liburnya. Seperti kebanyakan properti milik tiran lain, di vila ini terdapat bunker dengan tiga pintu yang terbuat dari baja setebal 20 sentimeter. Untuk memasuki bunker, kita harus melewati lebih dari 50 anak tangga.

Vila yang bisa dipastikan tadinya sangat kokoh dan cantik itu kini muram. Setelah kelompok pemberontak yang bermarkas di Benghazi menaklukkan Tripoli, Qadhafi dan sebagian keluarganya tak jelas di mana rimbanya. Massa menjarah vila itu. Kini puing dan kaca berserakan di hampir setiap ruangan. Kusen pintu dan jendela pun banyak yang hilang. Begitu pula perabot. Tembok hitam akibat lalapan api juga bisa ditemukan di banyak ruangan.

Sejumlah coretan di tembok menegaskan Qadhafi tak lagi berkuasa di vila itu. "Qadhafi sudah jatuh", "Diktator gagal", dan "Muammar Qadhafi beserta anak-anak dan para pengikutnya sudah melakukan tindakan buruk" menyambut siapa pun yang akan memasuki vila ini.

Sejumlah warga memanfaatkan vila dan lahan di sekitarnya. Empat pemuda terlihat memperbaiki mobil di garasi. Seorang pria mencuci baju. Tampak pula tiga ekor sapi tengah merumput di halaman.

Tak hanya vila di Al-Bayda yang terabaikan. Kompleks Bab al-Aziziya di Tripoli, yang begitu terkenal sebagai kediaman dan pusat kegiatan Qadhafi, kini melompong. Kompleks hampir seluas kawasan Menteng di Jakarta Pusat itu kini menjadi tempat wisata.

Situasi telah berbeda dengan saat Qadhafi masih berkuasa. "Dulu siapa saja yang berhenti di dekat tembok kompleks Bab al-Aziziya pasti akan ditembak," kata warga Tripoli, Saleh, kepada Tempo yang berkunjung ke sana Rabu pekan lalu. Kini siapa saja bisa masuk ke kompleks yang dikelilingi tembok setinggi 10 meter itu.

Tempat favorit pengunjung adalah rumah baru dan rumah lama Qadhafi yang pernah dihantam peluru kendali Amerika Serikat pada 1986. Empat rudal dibiarkan tergeletak di rumah lama yang seolah menjadi museum serangan Amerika itu.

Seperti vila di Al-Bayda, rumah di Bab al-Aziziya ini juga dipenuhi corat-coret tanda hilangnya kuasa sang Kolonel. Di atas ranjang Qadhafi di rumah lama tertulis: "Di sinilah si Anjing (Muammar Qadhafi) tidur". Kamar mandi pribadi mantan orang terkuat Libya ini dilengkapi jacuzzi. "Ia hidup mewah, sedangkan kami, rakyat Libya, susah," ujar Ahmad, yang datang bersama istri dan dua anaknya dari Misrata.

Rumah itu kini berantakan. Puing dan pecahan kaca berserakan. Tembok-tembok menghitam karena dilalap api. Atap pun banyak yang roboh. Di teras lantai tiga, tergantung boneka Qadhafi. Para tamu dibolehkan menggebuki boneka itu. Orang-orang dengan bersemangat mengabadikan gambar orang yang sedang memukuli Qadhafi dengan besi sepanjang lima meter.

Bab al-Aziziya kini jauh dari kesan angker. Mantan orang terkuat Libya itu dalam pelarian, sambil mencoba melawan kelompok pemberontak dengan pasukan yang tersisa. Nasibnya menyerupai bekas pemimpin Irak, Saddam Hussein, saat pasukan internasional yang dipimpin Amerika menyerangnya.

Kekuatan sang Kolonel kian surut. Banyak anggota pasukan dan pendukungnya, termasuk tentara bayaran Tuareg dari Niger, telah meninggalkan Libya. Menurut Menteri Luar Negeri Niger Mohammed Bazoum, hingga tengah pekan lalu, tiga konvoi kendaraan telah menyeberang dari Libya ke Niger. Tapi dia yakin tak ada Qadhafi ataupun anaknya, terutama Saiful Islam, dalam konvoi tersebut.

Qadhafi, Saiful, dan pemimpin intelijen rezim Abdullah el-Senussi, yang merupakan ipar Qadhafi, masuk daftar orang yang harus menghadapi pengadilan internasional. Niger adalah negara penanda tangan traktat Pengadilan Pidana Internasional (ICC). "Tidak ada kabar soal Qadhafi di Niger…. Tidak benar bahwa dia mencoba masuk ke Niger atau sudah tiba di Niger," kata Bazoum.

Juru bicara Presiden Niger, Massoudo Hassoumi, menyebutkan mantan Komandan Pengawal Revolusioner yang juga sepupu Qadhafi, Abdullah Mansour Dao, memang telah tiba di ibu kota Niger, Niamey. Dalam kelompok tersebut juga ada beberapa pejabat senior dan pengusaha pro-Qadhafi.

Adapun istri Qadhafi, Safia, dan tiga anaknya, Muhammad, Hannibal, dan Aisha, serta beberapa cucunya telah tiba di Aljazair. Pihak Aljazair menyatakan menerima mereka karena alasan kemanusiaan. Tapi keberadaan Qadhafi dan anak-anaknya yang lain, Saiful, Mutassim, dan Saadi, hingga pekan lalu belum jelas. Dua anak yang lain, Saiful Arab dan Khamis, dilaporkan telah tewas.

Tentara pemberontak di sekitar Bani Walid, sekitar 150 kilometer ke arah tenggara dari Tripoli, yakin setidaknya dua anak Qadhafi—salah satunya Saadi—ada di sana. Namun perundingan dengan kepala suku setempat dan pendukung Qadhafi berlangsung alot. Beberapa kota tercatat masih dikuasai pendukung Qadhafi, yakni Bani Walid, Sabha, dan kota asal Qadhafi, Sirte.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang mengirimkan pesawat-pesawatnya untuk menyerang kekuatan Qadhafi, tak berusaha melacak keberadaan sang Kolonel dan Saiful. Meskipun pesawat-pesawat itu melihat konvoi kendaraan melewati gurun, mereka tak melakukan apa-apa.

"Misi kami melindungi warga sipil di Libya, bukan melacak dan menargetkan ribuan mantan pemimpin rezim, tentara bayaran, komandan militer, ataupun pengungsi," kata juru bicara NATO, Kolonel Roland Lavoie.

Dewan Transisi Nasional telah membentuk tim untuk menemukan Qadhafi. Menurut Hisham Buhagiar, yang memimpin pencarian, ada laporan yang mengindikasikan Qadhafi berada di Ghwat, sekitar 950 kilometer ke arah selatan dari Tripoli, atau sekitar 300 kilometer dari perbatasan Niger. "Kami mendapat informasi dari beberapa sumber, dia mencoba lebih ke selatan, menuju Chad atau Niger," katanya kepada Al-Jazeera.

Konvoi yang diduga membawa Qadhafi tersebut terdiri atas sekitar 10 mobil, dan mereka membawa tenda. "Kita tahu dia tak akan tinggal di rumah, jadi dia tinggal di tenda," ujarnya. "Orang-orang bilang mobil berdatangan, kemudian mereka mendirikan tenda," Buhagiar menambahkan.

Sumber Al-Jazeera dari militer Prancis menyatakan telah diberi tahu bahwa komandan pasukan Libya wilayah selatan, Jenderal Ali Khana, sudah berada di Niger, tapi masih tak jauh dari perbatasan. Qadhafi dan Saiful Islam rencananya akan menyusul dia saat keduanya menerima tawaran tinggal di Burkina Faso.

Hingga dua pekan lalu, "Qadhafi tidak ada di Burkina Faso dan kami belum didekati untuk permintaan pengasingan," kata Menteri Komunikasi Burkina Faso Alain Edouard Traore. Bulan lalu, negeri ini telah menawarkan diri menerima Qadhafi kalau dia memutuskan meninggalkan Libya.

Juru bicara Qadhafi menegaskan sang Kolonel masih di Libya. "Dia selamat, dia sehat, dan sangat bersemangat," ujar Mussa Ibrahim kepada Reuters.

Kamis pekan lalu, suara Qadhafi muncul di televisi Suriah, Al-Rai. "Kepada seluruh rakyat Libya yang saya cintai, tanah Libya adalah milik kalian dan kalian harus mempertahankannya dari para pengkhianat dan anjing-anjing yang telah ada di Libya dan mencoba menguasainya," katanya.

Sang Kolonel juga menyangkal laporan bahwa ia telah kabur ke Niger. Menurut dia, konvoi ke Niger merupakan hal biasa. "Berapa kali konvoi membawa penyelundup, pedagang, dan orang-orang melewati perbatasan setiap hari ke Sudan, Chad, Mali, dan Aljazair," ujarnya.

Keberadaan Qadhafi masih belum jelas, tapi Dewan Transisi Nasional Libya sudah bersumpah akan segera meringkusnya. "Dia tak akan bisa keluar," kata Anis Sharif, juru bicara Dewan Militer Tripoli yang baru.

Purwani Diyah Prabandari (BBC, AP), Faisal Assegaf (Tripoli)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus