Prescott Bush meloncat ke panggung. Tubuhnya terbungkus selembar jaket kulit kucing hutan yang gagah. Di depan khalayak New Haven yang memadati Woolsey Hall, Yale, ia berpidato memperkenalkan Dwight Eisenhower. Pidato pada kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 1952 itu sekaligus menandai sendi awal masuknya dinasti Bush dalam gelanggang politik Amerika.
Alhasil, tatkala Eisenhower berangkat ke Washington DC dan menjadi Presiden AS (1953 - 1961), Prescott Bush berdiam di New Haven. Di sana, bersama istrinya, Dorothy, senator dari Negara Bagian Connecticut itu membesarkan presiden AS yang lain, George Herbert Walker Bush—yang kemudian memberinya enam cucu. Salah satunya, George Walker Bush, 53 tahun, calon kuat presiden AS periode 2000-2004.
Bagi W (baca: dobel-yu), alias George Bush Jr., jalan ke Washington DC sungguh masih panjang. Kendati berbagai jajak pendapat menunjukkan keunggulan fantastis bagi Gubernur Texas itu. Jajak pendapat Newsweek, misalnya, menunjukkan kemenangan telak Bush Jr. atas Al Gore (54 persen : 38 persen). Mingguan berita itu bahkan berani memastikan: jika pemilu dilaksanakan pekan-pekan ini, Bush Jr. dengan mudah melibas Al Gore, lawan utamanya.
Mr. W juga unggul atas sesama kandidat Partai Republik, Elizabeth Dole (47 persen : 16 persen). Jajak pendapat yang sama memperlihatkan betapa sang Gubernur juga lebih populer dibandingkan dengan calon Partai Demokrat yang lain (di luar Al Gore), Senator Bill Bradley (57 persen : 33 persen). Jadi, apa kunci rahasia Mr. W untuk membuka pintu kepercayaan? Para pemilih Republikan umumnya percaya, ia mampu memperkukuh Partai Republik sekaligus memperkukuh kesatuan AS. Caranya memimpin Negara Bagian Texas (1994 - 2003) rupanya telah merebut hati para calon pemilih Republik.
Program yang dijual Bush Jr. dalam putaran awal kampanye masih seputar pemotongan pajak dan peningkatan dana jaminan sosial. Di luar program, popularitas Bush ditunjang sejumlah faktor lain: nama besar dan kekuatan finansial. Keluarga Bush mencatat sejarah panjang dalam tradisi politik Amerika, walau belum menyamai kemasyhuran keluarga Kennedy. Mr. W dan saudara lelakinya, Jeb Bush—Gubernur Florida—adalah generasi ketiga yang turun dalam gelanggang politik.
Kakek buyut Bush Jr. adalah yang tampaknya semula meretas jalan dengan cara aktif dalam kegiatan politik di Ohio. Kakeknya, Prescott Bush, salah satu pilar dalam sejarah finansial Wall Street. Ia kemudian menjadi Senator Connecticut dalam dua masa bakti (1952-1962). Ayahnya, George Bush, adalah Senator Negara Bagian Texas yang kemudian menjadi Direktur CIA dan akhirnya Presiden AS (1989-1992), dan mencetuskan Perang Teluk.
Dukungan rakyat terhadap Bush Jr. sebetulnya mencerminkan sebuah fenomena menarik. Sebab, lagi-lagi, melalui sebuah jajak pendapat, Newsweek menarik kesimpulan mengejutkan. Hanya lima persen yang mengaku "mengenal Bush Jr. dengan baik". Sementara 28 persen responden mengatakan "lumayan". Dengan lain kata, banyak pemilih yang percaya "begitu saja" tanpa mengenalnya terlalu mendalam.
Anak sulung dari enam bersaudara ini lahir di New Haven, pada 6 Juli 1946. Ia mulai berkampanye untuk menjadi anggota Kongres dari Texas pada 1978. Namun, jauh sebelum itu, alumni Yale dan Harvard ini sudah terlibat dalam ingar-bingar dunia politik. Ketika ayahnya berkampanye menjadi anggota Kongres pada 1966, ayah sepasang putri kembar—Barbara dan Jenna Bush—inilah yang mencatat penghitungan suara. Lalu, ketika George Bush mencalonkan diri menggantikan Presiden Reagan pada 1988, Mr. W tampil sebagai "panglima" keluarga. Kampanye itu sukses mengantarkan ayahnya ke Gedung Putih selama lima tahun. Seluruh pengalaman itu mengiringi masa pertumbuhannya dalam politik.
Kini, setelah lima tahun menduduki kursi gubernur, bekas letnan Angkatan Udara itu, siap "menjajal sepatu" sang ayah: mencalonkan diri ke Gedung Putih. Ini memang bukan soal mudah, kendati ia berjaya dalam putaran awal di Texas, Iowa, dan New Hampshire. Kendala bukan saja datang dari Al Gore, yang punya biodata menawan dan sejumlah kandidat lain, tapi terutama kepercayaan para pemilih di seantero AS, termasuk dua raksasa penentu: California dan New York.
Jalan masih panjang bagi George Walker Bush. Ia memerlukan seluruh kemampuan dan pengaruh untuk sampai pada kesimpulan ini: apakah ia mampu melangkah dalam sepatu sang ayah.
Hermien Y. Kleden
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini