Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menlu Cina dan Jepang Bertemu saat Natal, Bahas Perdagangan Makanan Laut Pasca-Fukushima

Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi tepat pada Hari Natal

25 Desember 2024 | 11.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menlu Jepang Takeshi Iwaya dan Menlu Cina Wang Yi. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pembicaraan mengenai perdagangan makanan laut diperkirakan akan menjadi agenda pada Rabu 25 Desember 2024, ketika menteri luar negeri Jepang mengunjungi Cina. Negara Tirai Bambu merupakan pasar ekspor produk laut terbesar Jepang, sampai Beijing memberlakukan larangan menyeluruh sebagai protes terhadap Tokyo yang melepaskan air limbah radioaktif Fukushima yang telah diolah ke laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi tepat pada Hari Natal untuk menghadiri Mekanisme Konsultasi Tingkat Tinggi tentang Pertukaran Antar-Masyarakat dan Budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kunjungan tersebut adalah kunjungan pertama menteri luar negeri Jepang di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba yang terpilih sebagai PM ke-103 Jepang pada 11 November 2024.

"Pada November tahun ini, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengadakan pertemuan di sela-sela KTT APEC di Lima. Mereka sepakat untuk menjaga komunikasi antarpejabat tinggi dan memanfaatkan mekanisme dialog di bidang ekonomi dan budaya. Cina menganggap penting kunjungan Menlu Iwaya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning seperti dilansir Antara.

Menurut Mao Ning, Cina siap bekerja sama dengan Jepang dengan fokus pada kepentingan bersama, meningkatkan dialog dan komunikasi, memperdalam kerja sama praktis maupun untuk mengelola perbedaan dengan baik.

"Kami siap bekerja sama untuk memajukan sepenuhnya hubungan strategis yang saling menguntungkan, dan membangun hubungan Cina-Jepang yang konstruktif dan stabil pada era baru," ujar Mao Ning.

Masalah utama dalam perdagangan bilateral kedua negara seeprti dilansir Reuters adalah pembuangan air limbah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima di Jepang. Beijing sangat menentang dan mengutuk keputusan Tokyo mengenai hal itu dan memperketat pemeriksaan terhadap barang-barang Jepang sebagai tanggapannya.

Cina memberlakukan larangan penuh pada Agustus tahun lalu setelah Jepang mulai melepaskan air radioaktif yang telah diolah. Namun, kedua pemerintah mencapai kesepakatan pada September yang akan membuka jalan untuk memulai kembali pengiriman makanan laut dari Jepang ke Cina.

Nikkei melaporkan minggu ini bahwa Cina sedang mempertimbangkan untuk mencabut larangan impor makanan laut Jepang.

Namun, Beijing masih menginginkan kepastian dari Tokyo bahwa mereka akan memenuhi komitmennya untuk membentuk pengaturan pemantauan internasional jangka panjang. Cina juga mendesak Jepang mengizinkan pemangku kepentingan seperti Beijing untuk melakukan pengambilan sampel dan pemantauan independen terhadap air yang diolah.

Dengan pemantauan yang memadai, Cina akan “menyesuaikan langkah-langkah yang relevan” dan secara bertahap memulihkan impor yang memenuhi standar dan peraturan, kata Mao Ning.

Kunjungan satu hari tersebut menyusul kesepakatan antara pemimpin kedua negara bahwa mereka akan berupaya mewujudkan hubungan strategis yang saling menguntungkan, memperkuat komunikasi di berbagai tingkat.

Hubungan Cina dan Jepang mengalami pasang surut. Cina meningkatkan frekuensi aktivitas militer di perairan dan kawasan udara dekat Jepang dengan mengerahkan kapal induk Liaoning dekat pulau paling barat Jepang Yonaguni pada 17 September 2024.

Selanjutnya pada keesokan harinya, 18 September 2024, terjadi penusukan pelajar Jepang berusia 10 tahun oleh seorang pria Cina sekitar 200 meter dari gerbang sekolah di Kota Shenzhen, provinsi Guangdong. Meski dibawa ke rumah sakit, anak laki-laki itu akhirnya meninggal dunia pada Kamis dini hari.

Kemudian pada 25 September 2024, militer Jepang diketahui menggunakan kapal perusak JS Sazanami melintasi perairan Selat Taiwan dan menghabiskan waktu lebih dari 10 jam berlayar ke selatan untuk menyelesaikan perlintasan.

Pelayaran yang dilakukan bersama dengan kapal-kapal angkatan laut dari Australia dan Selandia Baru itu disebut untuk pertama kali terjadi sejak Perang Dunia II.

Namun pada hari yang sama, Cina melakukan peluncuran langka rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Samudra Pasifik. Peluncuran tersebut diperkirakan menjadi yang pertama dilakukan dalam beberapa dekade terakhir.

Kementerian Pertahanan Cina dalam pernyataan tertulisnya menyebut Pasukan Roket militer Cina "telah meluncurkan sebuah ICBM... yang membawa hulu ledak tiruan ke laut lepas di Samudra Pasifik, tanggal 25 September, pukul 08.44 waktu setempat". Rudal tersebut terjatuh ke wilayah laut yang diperkirakan,"

Peluncuran rudal antarbenua itu memicu protes dari negara-negara lainnya di kawasan tersebut termasuk Jepang dengan mengatakan "tidak menerima pemberitahuan sebelumnya dari pihak Cina" dan menambahkan peningkatan aktivitas militer Beijing di kawasan merupakan "kekhawatiran serius".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus