Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menunggu Fatwa Terakhir Bush

Iraq Study Group dan beberapa lembaga lain mengajukan usulan penyelesaian persoalan Irak versi Amerika. Tapi semuanya tetap bergantung pada Presiden Bush.

11 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keyakinan George W. Bush tentang perang di Irak tetap sama: Amerika Serikat pasti dan harus menang. ”Kita tidak bisa menerima, kecuali kemenangan,” demikianlah yang selalu ditekankan Bush. Dan esensi pendirian itu kembali diutarakan ketika bertemu dengan pemimpin negara sekutu terdekat AS, Perdana Menteri Inggris Tony Blair, di Gedung Putih, Washington DC, Jumat pekan silam. Bush dan Blair sepakat perlunya ”arah baru kebijakan atas Irak”.

Pertemuan dengan Blair terjadi sehari setelah peristiwa politik yang paling ditunggu sejak pemilihan umum 7 November lalu: rekomendasi Iraq Study Group (ISG) tentang penyelesaian Irak. Posisi ISG sangat istimewa. Badan itu ditunjuk Kongres seperti halnya Komisi 11 September, bukan oleh Gedung Putih. Di dalam kelompok itu terdapat masing-masing lima petinggi Partai Republik dan Demokrat. Termasuk James A. Baker III, mantan Menteri Luar Negeri sekaligus teman dekat Bush senior—Bush memanggil Baker ”Bakes”, dan Baker menjuluki Bush tua ”el jefe”, sang bos besar.

Nah, Rabu pekan lalu, Baker membacakan rekomendasi ISG yang terdiri dari 79 poin di hadapan anggota Kongres. Beberapa poin yang penting adalah soal rencana mengurangi jumlah tentara AS secara signifikan—dari 150 ribu menjadi 70 ribu-80 ribu—mulai awal 2007 hingga kuartal pertama 2008. Menggantikan tentara petempur dengan tenaga-tenaga pelatih, untuk mempercepat transisi penjagaan keamanan ke tentara Irak. Komisi Baker juga menyarankan agar pemerintah AS membuka dialog dengan Iran dan Suriah, demi penyelesaian Irak.

Baker yakin rekomendasi ISG akan dipakai Bush. Maklum, selain Baker dekat dengan Bush senior, Robert Gates, mantan Direktur Badan Intelijen AS (CIA) yang dipastikan menggantikan posisi Donald Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan, adalah mantan anggota ISG. Sebagai orang nomor satu di Pentagon, Gates memiliki posisi sangat penting untuk ikut mengarahkan kebijakan AS di Irak. Jadi, meskipun ada banyak rekomendasi tentang penyelesaian Irak—seperti dari pembantu presiden di bidang keamanan, Stephen J. Hadley; Rumsfeld; dan Jenderal (Purn.) Anthony C. Zinni—posisi rekomendasi ISG kuat.

Persoalannya adalah bagaimana Bush akan menanggapi semua ini. Menurut The Christian Science Monitor, selama dua tahun terakhir masa jabatannya, Bush tahu pasti apa yang akan ia lakukan terhadap Irak akan menentukan posisinya di dalam sejarah. Untuk itulah Bush pasti akan menimbang serius apa yang sudah terjadi di Irak dan merumuskan kebijakan yang ”benar” dan tidak mencoreng namanya.

Bush berjanji akan menyampaikan detailnya setelah menerima rekomendasi dari Pentagon dan Dewan Keamanan Nasional yang sedang bekerja keras merumuskan ”langkah maju” AS di Irak. Dan Bush memastikan akan mengumumkan pendekatan baru atas Irak, dalam ”pekan-pekan mendatang”, dengan tetap mengambil poin-poin berbagai usulan yang masuk. Namun, apa pun nanti isi pidatonya, Bush—seperti ditulis The Economist—tetap ingin menunjukkan bahwa dialah yang berhak memutuskan.

Sebenarnya keputusan Bush juga bergantung pada pertempuran di belakang layar. Bukan antara Demokrat dan Republik, melainkan antara sesepuh Republik dan kubu neo-konservatif yang dimotori Wakil Presiden Dick Cheney dan bekas Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld. Para sesepuh, yang disebut The Old Guard—antara lain terdiri dari Bush senior, Baker, dan Brent Scowcroft, mantan Penasihat Keamanan Nasional—khawatir dengan kuatnya pengaruh Cheney dan kawan-kawan selama enam tahun masa pemerintahan Bush. Menurut para veteran Republik, kelompok neo-konservatif sudah cukup dalam menjerumuskan Bush, terutama dalam perang di Irak. Kekalahan Republik adalah salah satu buktinya.

”Jaring pengaman” pertama adalah menempatkan Gates di Pentagon. Gates sendiri mengakui, dia menerima tugas karena diminta The Old Guard. Seperti ditulis New Yorker, trio Bush, Baker, dan Scowcroft akan mengunci Cheney dan memberi kesempatan kepada Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice untuk lebih berperan. Kejadian di masa lalu, kongsi antara Pentagon di bawah Rumsfeld dan kantor wakil presiden terbukti berhasil membonsai peran kementerian luar negeri—terpelantingnya Colin Powell adalah bukti kuatnya pengaruh para elang, hawkish, diharapkan tidak terjadi lagi.

Sikap The Old Guard terhadap Irak memang belum jelas tergambar. Yang pasti, para sesepuh tidak ingin Republik kalah lagi dalam pemilihan presiden pada 2008 nanti. Untuk itulah, Bush senior harus memastikan anaknya mengikuti resep penyelesaian Irak yang tidak berasal dari kubu Cheney dan Rumsfeld.

Namun, kubu Cheney juga telah bergerak. Sebulan sebelum pemilu awal November, Cheney telah mendiskusikan tentang kemenangan Demokrat. Nah, pengunduran diri Rumsfeld itu sudah masuk dalam hitungan para elang ini. Bahkan Rumsfeld sendiri terlibat dalam diskusi tentang keharusan dia mundur jika Demokrat menang, pertengahan Oktober lalu.

Lebih jauh, secara strategis, masuknya Gates ke Pentagon justru ”meringankan beban” kelompok neo-konservatif. Karena, apa pun perubahan kebijakan tentang Irak—termasuk kemungkinan penarikan pasukan AS—nantinya akan menjadi tanggung jawab Gates, bukan Rumsfeld, orang yang sangat mendorong Bush agar menyerang Irak. Jika Gates sudah menjadi Menteri Pertahanan, otomatis dia harus berurusan dengan Iran, Irak, dan Afganistan, warisan Rumsfeld—dan Cheney.

Yang justru paling dikhawatirkan Cheney bukanlah kemungkinan Demokrat memotong anggaran untuk Irak, melainkan jika Senat dan Kongres mengubah kebijakan terhadap Iran. Karena, musuh utama AS menurut kelompok Cheney adalah Iran—para ”elang” ini bahkan pernah punya rencana agar tentara AS menyerang fasilitas nuklir Iran. Usulan ISG agar AS langsung berunding dengan Iran dan Suriah jelas akan ditolak keras kelompok Cheney.

Yang juga dikhawatirkan para neo-konservatif adalah kelangsungan operasi militer klandestin di luar negeri. Memang, menurut hukum AS, jika kegiatan rahasia itu tergolong sebagai aktivitas militer, bukan intelijen, maka izin Kongres tidak diperlukan. Tapi, Gates nantinya pasti akan mengetahui apa saja yang dilakukan Rumsfeld. Menurut New Yorker, selama Rumsfeld berkuasa, operasi militer bawah tanah meningkat signifikan, salah satunya adalah dukungan AS dan Israel terhadap kelompok perlawanan Kurdi.

Nah, Old Guard atau kubu Cheney-kah yang lebih berhasil mempengaruhi Bush tentang ”kebijakan baru” di Irak? Hal itu baru bisa dilihat dalam pidato Bush nanti. Tapi, yang pasti, Bush tetap mempertahankan pendirian: AS harus keluar sebagai pemenang. Dia berkukuh pada isi pidato kenegaraan tentang ”Strategi Nasional untuk Kemenangan di Irak”, yang disampaikan pada November tahun lalu, bahwa hanya dengan kemenangan AS di Irak, kelompok teroris hancur dan Timur Tengah stabil.

Bush memang tidak akan bersedia mengakui, seperti yang dinyatakan Gates di depan Kongres, bahwa AS sudah kalah di Irak. Bush juga tetap menolak berunding dengan Iran dan Suriah. Yang juga niscaya, kebijakan Bush adalah untuk kepentingan AS, bukan untuk rakyat Irak.

Bina Bektiati (The Economist, New York Times, CFR, Christian Science Monitor, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus