Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dari Sebuah Senapan Pemburu

Jakarta International Film Festival (Jiffest) dibuka dengan sebuah drama yang menyentuh.

11 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BABEL Sutradara: Alejandro Gonzalez Inarritu Ide cerita: Guillermo Ariaga dan Alejandro Gonzales Inarritu Skenario: Guillermo Ariaga Pemain: Brad Pitt, Cate Blanchett, Gael Garcia Bernal Produksi: Paramount Pictures

Sebuah senjata pemburu jenis Winchester bisa menembus dari Tokyo, melesat ke sebuah daerah pegunungan nun di Maroko dan menikam San Diego hingga akhirnya ke Meksiko. Sebuah senapan yang memiliki sejarah, yang pernah menyeberang ke beberapa benua itu menimbulkan serangkaian drama manusia di empat tempat yang berbeda, yang berawal dari satu peluru.

Senapan itulah yang menjadi pembuka film berdurasi dua setengah jam ini. Dia berpindah tangan dari Hassan (Abdelkader Bara) yang menjualnya kepada seorang peternak kambing Abdullah (Mustapha Rachidi). Senapan itu langsung diberikan kepada kedua putranya, Ahmed (Boubker Ait El Caid) dan Yussef (Said Tarchini) agar mereka bisa menghajar serigala pemangsa ternak. Keputusan yang kemudian menimbulkan petaka dunia. Bisa diduga, abang-adik ini berkelahi karena bertanding memperlihatkan siapa yang bisa menembak lebih tepat. Pertandingan ini diakhiri “kemenangan” sang adik yang menghasilkan peluru yang melesat menembus bahu Susan Jones (Cate Blanchett). Dia seorang turis Amerika yang tengah melakukan perjalanan rekonsiliasi bersama suaminya, Richard Jones (Brad Pitt), ke Maroko. Seketika, bus berhenti sementara darah mengalir melahirkan kepanikan ke semua penjuru dunia.

Pemerintah AS dengan segera menuduh bahwa ini perbuatan teroris. Permintaan bantuan helikopter jadi bertele-tele karena terhadang masalah izin dan keamanan. Richard dengan segala kepanikan dan histeria melihat nyawa sang istri di ujung tanduk, memutuskan membawa istrinya ke perkampungan terdekat karena rumah sakit sangat jauh. Nun di San Diego, Amerika, seorang pengasuh bernama Amelia (Adriana Barraza) yang tengah menjaga anak-anak pasangan Jones, Mike dan Debbie, menerima telepon dari sang ayah di Maroko. Mendengar suara anaknya yang ceria, Richard Jones tak tahan. Suara dan hatinya pecah. Dia menangis sesenggukan.

Kamera kemudian melesat pada anak yang lain. Ayah yang lain. Yang saling berdiam diri di dalam mobil di sebuah jalanan yang riuh-rendah di Tokyo, Jepang. Chieko (Rinko), seorang gadis bisu-tuli yang mendaki masa remajanya dengan getir dan marah. Ibunya bunuh diri di hadapannya. Hari itu, Chieko menghadapi hari yang buruk. Dia kalah main voli; dia merasa ditolak oleh para cowok ganteng yang disukainya. Chieko memuntahkan kemarahan hidupnya kepada ayahnya, Yasujiro (Koji Yakusho), dan kepada dunia. Chieko menunjukkan kemarahan dengan seksualitas. Dia membuka selangkangannya di restoran; dia menjilat pipi dokter giginya; memutuskan untuk telanjang bulat di depan detektif berhati baik (yang dengan gemetar menolak untuk bercinta dengannya). Untuk waktu yang lama, kita tak akan paham apa hubungan kisah Jepang ini dengan ketiga cerita lainnya, sampai akhirnya detektif yang bolak-balik mencari Yasujiro, ayah Chieko, untuk konfirmasi senapan pemburu Winchester yang dipegang seorang gembala nun di Maroko sana adalah senapan milik Yasujiro.

Film yang terdiri dari empat segmen di empat kawasan yang berjauhan berbicara tentang komunikasi, hubungan manusia, tentang perbedaan-perbedaan kultur, agama, dan bahasa. Babel adalah sebuah rujukan dalam injil tentang sebuah menara yang dibangun sebagai tangga menuju surga. Syahdan, Tuhan marah dan menciptakan bahasa yang berbeda-beda bagi mereka yang ikut dalam pembangunan menara itu. Mereka disebar ke semua penjuru dunia.

Empat problem dalam film ini disampaikan dalam bahasa Inggris, Arab, Spanyol, dan Jepang. Setiap daerah, setiap keluarga, memiliki kepedihan. Susan dan Richard Jones ada di ambang perpecahan perkawinan. Ternyata perjalanan ke Maroko bukan hanya menyelamatkan nyawa perkawinan, tetapi sekaligus menyelamatkan nyawa sang istri. Brad Pitt dan Cate Blanchett tampil luar biasa sekaligus merobek hati. Saat sang istri berupaya buang air kecil di antara luka parah dan sang suami membantunya, tiba-tiba ikatan suami-istri yang sudah retak itu terjalin begitu rupa melalui sebuah ciuman panjang. Nun di Jepang yang penuh anak-anak muda yang jejingkrakan dengan rok mini yang hampir sama pendeknya dengan celana dalam, kita melihat perihnya seorang ayah memandang putrinya yang telanjang bulat di lantai atas apartemen berurai air mata.

Inarritu, sutradara Meksiko terkemuka, memang menggunakan konsep yang sama seperti film terdahulunya, Amores Perros dan 21 Grams, tiga atau empat segmen kisah yang terpisah dan pada akhirnya terkumpul pada akhir sebagai puzzle yang sempurna. Film ini tak berupaya mengangkat kejahatan lawan kebaikan. Kejahatan di sini adalah kebodohan, kecurigaan, dan sikap ekstrem. Kebaikan adalah pemahaman, pemaafan, dan cinta. Selebihnya, Inarritu menampilkan orang-orang yang tak bersalah tapi tak lepas dari kecerobohan. Inarritu kali ini mencoba lebih optimistis dibanding kedua film sebelumnya. Dia mencoba memberikan harapan kepada kita, kepada hidup, bahwa luka besar akan bisa sembuh meski kita harus melalui sebuah penderitaan berat. Melalui film Babel Inarritu menyatakan memahami, mengerti, mengulurkan tangan, dan mengalah bukanlah sebuah kekalahan

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus