Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menyerah Karena Air Zamzam

Masjidil haram belum terbuka. perusuh sudah didesak kebagian bawah masjid. raja memerintahkan kepada tentara tidak merusak masjid & menghindari korban. karena kehabisan makanan, sebagian perusuh menyerah.(ln)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA meter dari kanan Babul Umroh, dua orang tentara menudingkan senjata ke arah pintu masuk ke bagian bawah tanah masjid itu -- tempat pertahanan terakhir kaum perusuh yang menyerbu tempat suci itu 20 November lalu. Keduanya tak bergerak. Melalui pintu umroh itu ruang dalam masjid tampak cukup jelas. Tentara kerajaan terlihat berkelompok, sebagian berjalan sambil menyandang senjata. Kaca-kaca di atasnya pecah, terkena tembakan atau karena getaran tembakan senjata berat. Bekas tembakan ini terlihat pula di tubuh menara, di kiri pintu ini. Meskipun tak sempat menembus, peluru jelas membuat guratan pada tubuh menara dan dinding marmar. Semua 7 menara Masjidil Haram masih tetap utuh, tapi di tengah Menara Babuz-Ziadah sebuah tembakan meriam menyisakan lubang hampir sebesar kepala manusia. Menurut para saksi mata, semua bekas tembakan itu terjadi pada saat pertempuran paling seru -- pada hari kedua, ketiga dan keempat sesudah kaum perusuh masuk. Tentara Kerajaan Saudi terutama ilbuk di ujung Jalan Al-Falaq. Mereka memusatkan pertahanan di depan Hotel Zamzam, di jalan itu, sekitar 100 meter dari Masjidil Haram. Beberapa perwira sibuk berbicara melalui walkie talkie dengan rekan mereka yang ada di dalam masjid. Waktu sembahyang Jumat rupanya mereka tetap bertugas di tempat masing-masing. Di sepanjang Jalan Al-Falaq itu berderet puIuhan truk tentara. Beberapa rumah syekh yang telah dikosongkan para jamaah haji di situ digunakan tentara sebagai pos. Asrama Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), sekitar 300 meter dari Masjidil Haram, juga dipakai mereka. Mereka sempat menginterogasi seorang petugas Indonesia di asrama itu yang dicurigai membawa pistol pada hari kejadian itu. Ternyata tak benar. Tapi kehidupan masyarakat di sekitarnya berjalan tenang. Kedai minum di kaki lima buka seperti biasa. Bahkan di bagian kota yang lain, di Jalan Jiad, tempat (Perwakilan) KBRI Mekah berada, dua anak muda mengebut dengan sepeda motor. Teleskop Sebelumnya, TV Saudi menyiarkan berita seolah-olah masjid itu telah kembali berfungsi. Diperlihatkannya beberapa orang yang sedang bertawaf mengelilingi Ka'bah. Ternyata masyarakat belum dapat bersembahyang Jumat di masjid itu. Siaran itu mengakui bahwa bagian atas masjid telah dikuasai, sedang kaum perusuh didesak ke bagian bawah (tanah) masjid. Ini berarti bahwa belum seluruh masjid itu dikuasai, dan gambar orang-orang bertawaf tadi hanya untuk memberi kesan bahwa keadaan telah aman seluruhnya. Sekitar 50 sampai 100 orang perusuh masih bertahan di bagian bawah tanah masjid itu. Pihak tentara tampaknya tak mau terburu-buru menundukkan mereka. Karena raja telah memerintahkan agar sedapat mungkin dihindari korban dan jangan sampai merusak masjid. Pemerintah Saudi agaknya berharap para perusuh itu akan menyerah dengan sendirinya apabila mereka sudah kehabisan makanan dan minuman. Sejak hari pertama listrik masjid dimatikan sehingga air zamzam tak mengalir. Dan memang sampai hari ke-8, sekitar 40 orang perusuh telah menyerah, menurut sumber resmi. Penjagaan di sekitar masjid itu sendiri cukup ketat. Tak seorangpun diperkenankan mendekat sampai 15 meter. Sementara itu sekitar 5 km menjelang Kota Mekah (dari arah Jeddah) semua kendaraan diperiksa dengan ketat. Tentara dengan tank dan senjata berat mendirikan perkemahan di Kudai, 2 km menjelang Mekah. Tak ada keterangan resmi tentang siapa komplot perusuh itu, berapa jumlah mereka dan berapa korban kedua pihak (maupun sipil). Keterangan resmi liwat TV Saudi tidak menjelaskan. Media cetak setempat menyiarkan berita kerusuhan itu dengan singkat pada hari ke-3. Tapi menurut berbagai pihak yang mengikuti kejadian itu sejak awal, korban terbanyak jatuh di pihak tentara, terutama pada pertempuran sampai hari keempat. Para jamaah yang pernah terkurung di masjid itu bercerita bahwa senjata para perusuh itu memakai teleskop. Posisi mereka pada sudut-sudut ke-7 menara masjid dengan sendirinya amat menguntungkan. Tembakan mereka itu, mengenai sasarannya. Hanya setelah tentara menghujani menara dan lantai atas masjid dengan tembakan berat, para perusuh mundur ke lantai bawah tanah. Pihak tentara memang tak punya posisi baik. tembakan mereka yang menyasar banyak mengenai tembok-tembok. Sementara itu fatwa Majlis Ulama Arab Saudi meminta supaya tembakan jangan sampai merusak bagian masjid. Para perusuh itu umumnya masih muda-muda. Beberapa tokoh dalam kejadian itu dikenal sebagai mahasiswa Universitas Raja Abdel Aziz. Tiap orang dari mereka memakai 2 senjata -- senjata panjang jenis M-16 dan pistol. M-16 itu senjata standar tentara Saudi. Umumnya perusuh itu ramah terhadap para jamaah yang disandera, bahkan sempat bergurau dan membagi-bagikan makanan serta minuman. (Reuter memberitakan mereka yang bertahan di masjid itu akhir pekan lalu masih sekitar 300).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus