Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Persetan DK-PBB

Sidang dk-pbb membicarakan konflik iran-as. menlu a. bani sadr digantikan sadeq ghotzadeh. dua sandera as terbukti sebagai agen cia. pendapat tokoh-tokoh iran yang pro & kontra tentang penyanderaan tersebut di taheran. (ln)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONFLIK Iran-AS masih akan berkepanjangan. Dewan Keamanan PBB, yang mulai bersidang akhir pekan lalu untuk membicarakan konflik itu, belum menunjukkan jalan ke arah penyelesaian. Apalagi pagi-pagi Ayatullah Khomeini sudah mencurigai sidang itu hanya untuk melayani kepentingan AS. Sebab itu pula Sadeq Ghothzadeh pekan lalu menggantikan Abolhassan Bani-Sadr sebagai Menlu Iran secara tiba-tiba. Sebelum sidang DK-PBB itu AS mengajukan masalah penyanderaan 49 staf kedutaan besarnya di Teheran ke Mahkamah Internasional di Den Haag. Tapi usaha ini pun hanya merupakan simbolik. Karena baik PBB maupun Mahkamah Internasional -- yang dibentuk oleh PBB -- tak memiliki kekuatan polisionil yang mampu memaksakan keputusannya. Apalagi negara yang dihadapinya masih dalam suasana 'meriahnya' suatu revolusi. Bani-Sadr semula meminta diadakannya sidang DK-PBB tersebut. Ia dicopot dari jabatan Menlu setelah tersiar rencana kepergiannya ke New York Dewan Kevolusi Iran sengaja bersidang di kota suci Qom guna membatalkan keberangkatan Bani-Sadr ke New York dan sekaligus mengangkat Ghothzadeh sebagai penggantinya. Sadeq Ghotbzadeh, 45 tahun, sebelumnya adalah Direktur Radio & Televisi Iran. Dia tergolong penganut garis keras dalam lingkungan kaum revolusioner Iran. Sebelum diumumkan nama 14 anggota Dewan Revolusi Iran awal November lalu, banyak orang tak menduga dia salah seorang di antara mereka yang ternyata memiliki kekuasaan yang cukup besar. Dalam suatu jumpa pers dengan koresponden asing di Intercontinental Hotel di Teheran, Ghothzadeh yang suka berpakaian rapi itu bercerita tentang riwayat hidupnya. Selama 20 tahun dia menetap di luar negeri, termasuk 5 tahun studi di Universitas Georgetown di Washington. Dan dia terkenal sebagai mahasiswa pembangkang, dua kali diusir keluar dari AS. Dia kembali ke Iran bersama Khomeini dari pengungsian di Neauphlele - Cha teau, 30 km dari Paris. Para pengamat cenderung melihat pergeseran ke Ghothzadeh ini sekali lagi membuktikan bahwa Khomeini akan terus menuntut ekstradisi Syah Iran dari AS. Walaupun konflik Iran-AS ini bisa membawa malapetaka bagi Iran. Sementara itu para mahasiswa yang menduduki kedubes AS di Teheran mulai membeberkan keterlibatan 2 orang sandera sebagai agen CIA. Bukti yang mereka dapat dari arsip kedubes itu menunjukkan bahwa Malcolm Kalp dan William Dougherty adalah anggota CIA yang ditugaskan sebagai diplomat AS di Teheran. Namun tak semua ulama Syi'ah sependapat dengan Khomeini mengenai pemulangan Syah Iran. Ayatullah Kazem Shariatmadari yang dikenal moderat, orang kedua setelah Khomeini, mengatakan bahwa "Pemulangan itu bukanlah hal yang pokok." Begitupun dalam wawancara dengan koran Madrid, El Pais, Shariatmadari memahami bahwa tuntutan itu merupakan aspirasi rakyat Iran. "Jika saya yang menempati posisi Khomeini, pendudukan kedutaan besar AS itu tak akan pernah terjadi," ujarnya. Shariatmadari tak setuju untuk mengkaitkan aksi pendudukan kedubes AS itu sejalan dengan ajaran Islam. "Pendudukan itu dilaksanakan atas nama Revolusi, bukan atas nama Islam," ujarnya. Tapi, menurut dia, revolusi seharusnya dijalankan sesuai dengan ajaran Islam. Memang Islam kembali mendapat sorotan luas karena kasus penyanderaan itu yang ada huhungannya dengan tindakan pelanggaran hukum internasional. Dikenal dalam konvensi Wina (1961) kewajiban pemerintah setempat menjag keselamatan para diplomat asing. Nureddin Kianouri, 63 tahun, Sekjen Partai Tudeh (Partai Komunis Iran mendukung pendudukan kedubes AS itu. "Kami adalah yang pertama mengumumkan bukti bahwa kedutaan itu merupakan pusat subversi," kata Kianouri. Dia yang selama 23 tahun mengasingkan diri di Jerman Timur, mengatakan antara partainya dan Khomeini terdapat banyak persamaan dalam tujuan. "Perbedaan antara kami relatif dan tak relevan. " Pemimpin Libya, Moamar Khadafi ternyata ikut juga menyerukan agar dibebaskannya para sandera itu. Namun dalam wawancaranya dengan wartawan Italia Oriana Fallaci, Khadafi tak lupa memperingatkan AS bahwa Libya akan membantu Iran bila AS menyerbunya. "Kemenangan ganda rakyat Iran dalam mengenyahkan Syah dan orang Amerika adalah sesuatu yang menggembirakan," kata Khadafi. Terkabul Presiden Carter tak merasa menyesal dan perlu minta maaf atas keputusannya menerima Syah yang mengakibatkan konflik AS-lran. "Tindakan berikutnya akan saya ambil jika usaha secara damai belum mencukupi," kata arter dalam wawancara teve pekan Ialu . Syah Iran sudah meninggalkan rumah sakit Cornell Medical Centre, New York. Sambil menunggu kepastian negara mana yang akan ditujunya Syah Iran berdiam sementara di suatu rumah sakit militer di Texas. Besar dugaan dia akan menetap di Afrika Selatan, tempat pengasingan ayahnya ketika diusir secara paksa dari Iran, pada peran dunia II. Ayahnya, Pahlevi meninggal dunia di Afrika Selatan pada tahun 1944. Di tengah kesibukan penyanderaan dan tanpa melupakan Syah, Iran masih sempat mengadakan referendum Minggu lalu untuk menerima atau menolak konstitusi Islam. Walaupun hasil referendum itu masih ditunggu pekan ini, para pengamat menduga kehendak sang ayatullah dari kota suci Qom akan terkabul. Di tempat pemungutan suara banyak penduduk yang menyerahkan kartu kepada para mulah untuk diisi. Bila referendum ini menyetujui konstitusi baru itu, kedudukan Khomeini akan makin kuat. Dia akan menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata selain sebagai pemimpin agama Islam Syi'ah. "Khomeini akan menjadi penguasa tak bermahkota seumur hidup," kata seorang lawan politiknya. Namun konstitusi yang berisi 22 bab dan 175 pasal itu juga mengatur tentang hubungan agama di luar Islam dan persamaan hak pria dan wanita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus