SEJAUH ini perundingan Israel-PLO seret. Rabu pekan lalu masalah penjagaan di perbatasan Tepi Barat-Yordania dan Gaza- Israel, konon disepakati sudah. Tapi masalah inti, penarikan pasukan Israel dari Gaza dan Yerikho masih belum diputuskan. Mengapa perundingan begitu seret? Kamis siang pekan lalu, di Ruang Nusantara Departemen Luar Negeri, Pejambon, Menteri Luar Negeri Palestina Farouk Kaddhoumi menerima wartawan TEMPO Leila Chudori. Kaddhoumi, yang sedang mengikuti pertemuan menteri luar negeri negara-negara nonblok di Jakarta, melihat persetujuan itu sebagai "kemajuan tipis". Berikut petikan wawancara itu. Anda salah satu pemimpin PLO yang tidak setuju dengan persetujuan Deklarasi Prinsip. Mengapa? Saya bukan hanya tak setuju, saya tak mendukung persetujuan itu. Saya menganggap Deklarasi Prinsip tak mengandung prinsip utama perdamaian yang sudah diikrarkan di zaman Presiden Bush, yakni Peace for Land. Kami harus berdamai dan kami harus mendapatkan tanah air kami kembali. Alasan kedua, persetujuan ini didesain sedemikian rupa, begitu umum dan luas, begitu samar, hingga bisa diinterpretasikan semaunya. Seharusnya perjanjian itu lebih kongkret. Kemudian, pengungsi Palestina harus bisa kembali ke tanah Palestina sesuai dengan hukum internasional. Israel, menurut saya, harus meninggalkan wilayah yang didudukinya, sesuai dengan Deklarasi PBB. Ini tak perlu ditawar-tawar lagi. Dalam hal ini, apa yang Anda lakukan sebagai menteri luar negeri? Mencoba memerangi atau menghantam perangkap atau lubang- lubang yang ada di dalam persetujuan itu. Persetujuan sudah terjadi, kami harus berusaha agar Israel memenuhi persetujuan itu, terutama penarikan pasukan Israel dari Gaza dan Yerikho. Tentang persetujuan di Kairo pekan ini (Rabu, 9 Februari)? Chairman Arafat pagi ini (10 Februari) menelepon saya, dan membrifing saya bahwa ada beberapa hal yang masih harus dibicarakan lagi. Katanya, beberapa hal yang belum disepakati akan dibicarakan pekan depan di tempat yang sama. Kami mengatakan sudah terjadi slight progress. Progress terdengar positif, tapi slight...well...ha-ha-ha.... Apakah yang belum disepakati itu? Israel mengatakan itu hal-hal yang penting. Menurut kami, itu tak terlalu penting. Menurut saya, mereka membuat segala macam hal menjadi besar dan penting, dengan tujuan menunda penarikan pasukan dari daerah pendudukan. Israel selalu menemukan alasan untuk menunda penarikan pasukan itu. Mereka selalu mengatakan adanya perbedaan interpretasi dalam negosiasi. Mereka tak membantu meredakan keadaan di daerah pendudukan. Tentara Israel tetap mengadakan agitasi sehingga jatuh korban- korban, tetap terjadi pembunuhan orang Palestina, bahkan setelah perjanjian Deklarasi Prinsip bulan September lalu. Ini menyulitkan kami mendapatkan dukungan masyarakat. Dulu, sekitar 35% masyarakat Palestina tak setuju dengan persetujuan ini. Kini, karena Israel tidak juga menarik pasukannya, yang tak setuju ini makin banyak. Bisa memberikan contoh perbedaan interpretasi itu? Kawasan Yerikho luasnya 345 km persegi. Tapi Israel menginterpretasikan, persetujuan itu mengatakan bahwa penarikan pasukan hanya dari Kota Yerikho yang luasnya hanya 25 km persegi. Tampaknya, sejak pertama, Israel memang tidak tulus menyetujui perjanjian damai ini. Saya tidak percaya pada pemerintah Israel. Mereka masih musuh kami sampai sekarang. Mereka musuh kami sampai mereka membuktikan bahwa hidup damai bertetangga bisa terjadi. Mereka harus membuktikannya! Apakah itu bukan karena Israel belum yakin keamanan mereka terjamin nantinya? Israel tidak perlu merasa terancam oleh negara Arab mana pun, termasuk Palestina. Bukankah saat ini kita sedang dalam proses bernegosiasi? Tidak ada yang mengancam Israel. Adalah Israel yang mengancam negara-negara Arab dan tidak pernah mau menarik pasukan mereka dari daerah pendudukan. Karena itu, saya tidak setuju Israel mengatur-atur keamanan internal daerah Palestina. Keamanan dalam negeri Palestina adalah urusan Palestina. Saya tidak setuju operasi keamanan bersama. Untuk daerah perbatasan, kami sudah setuju mengadakan patroli bersama dengan polisi Israel. Apakah Anda optimistis Israel akan benar-benar menarik seluruh pasukannya tanggal 13 April nanti, sebagaimana yang dijanjikan Perdana Menteri Yitzhak Rabin? Mereka harus memenuhi janjinya. Kalau tidak, artinya mereka melanggar persetujuan itu. Ini bukan soal optimistis atau pesimistis. Saya harus berjuang untuk mendapatkan kembali tanah air saya meski pada dasarnya saya tak mempercayai pemerintah Israel. Saya harus berjuang agar mereka memenuhi perjanjian ini. Apakah seretnya perundingan bukan karena di pihak Israel maupun di pihak Palestina ada perpecahan pendapat? Dalam pihak kami, jangan sebut itu perpecahan. Cuma perbedaan pendapat. Saya punya pendapat tentang perbedaan antara Rabin dan Peres. Saya kira, Mister Rabin adalah seorang yang sangat sempit pikirannya. Mister Peres lebih moderat. Proses perdamaian ini adalah berkat sikap Peres. Rabin selalu dogmatis dan sangat tertutup. Perbedaan keduanya luar biasa, dari mulai visi sampai pendekatannya, bahkan kepribadiannya. Ada contohnya. Kita sudah mencapai kesepakatan dengan Mister Peres di Davos, Swiss, soal penarikan pasukan dan pelepasan tahanan politik. Tahukah Anda, ada 15.000 tahanan politik dan bukan di penjara Israel? Tapi mereka baru melepas sekitar 640 tahanan. Mister Rabin yang menyetop (pembebasan itu). Perdamaian ini harus dimulai dengan membangun kepercayaan, Rabin malah membangun kecurigaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini