Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Dubai – Pemerintah Iran menunjukkan rudal jarak jauh darat ke udara, yang disebut sebagai rudal buatan domestik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran kekuatan ini terjadi pada saat ketegangan dengan Amerika Serikat di kawasan Teluk sedang terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Juni 2019, Iran menembak jatuh drone canggih Global Hawk milik militer AS, yang sedang terbang di atas kawasan Teluk. Ini dilakukan dengan menggunakan rudal darat ke udara.
Alasannya, drone Global Hawk terbang memasuki teritorial Iran. Sedangkan AS mengatakan drone terbang di wilayah udara internasional.
“Dengan sistem pertahanan udara jarak jauh ini, kita bisa mendeteksi target atau pesawat dari jarak lebih dari 300 kilometer. Sistem akan menguncinya pada jarak 250 kilometer dan menghancurkannya pada jarak 200 kilometer,” kata Amir Hatami, menteri Pertahanan Iran, lewat siaran televisi setempat seperti dilansir Reuters pada Kamis, 22 Agustus 2019.
Siaran televisi Iran menunjukkan Presiden Hassan Rouhani menghadiri acara upacara peluncuran sistem rudal mobile Bavar-373. Media Iran menyebut rudal ini sebagai kompetitor dari sistem rudal S-300 dari Rusia.
Sistem rudal baru ini diluncurkan pada peringatan Hari Industri Pertahanan Nasional Iran. Selama ini, militer Iran mengembangkan industri pertahanan berskala besar di tengah sanksi internasional dan embargo, yang melarang negara ini mengimpor senjata dari negara lain.
Analis militer Barat menyebut pemerintah Iran kerap melebih-lebihkan kemampuan senjatanya. Meski, ada kekhawatiran soal program rudal jarak jauh Iran, yang berkontribusi pada keputusan Washington pada 2018 untuk meninggalkan kesepakatan Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Perjanjian ini diteken oleh enam negara besar yaitu AS, Prancis, Inggris, Jerman, Cina dan Rusia, sebelum Presiden AS, Donald Trump, menarik negaranya dari perjanjian ini.
Pada Selasa, Menlu AS, Mike Pompeo, memperingatkan sidang DK PBB bahwa embargo senjata PBB atas Iran bakal berakhir pada 2020 sesuai Perjanjian Nuklir Iran 2015.
Rouhani, seperti dilansir Times of Israel, juga mengritik AS pada saat peluncuran rudal ini.
“Sekarang, musuh-musuh kita tidak menerima logika, kita tidak dapat merespon dengan logika,” kata Rouhani.
“Saat musuh menembakkan rudal terhadap kita, kita tidak bisa berpidato dan mengatakan,’Tuan Roket, tolong jangan tembak negara kami dan rakyat kami yang tidak bersalah. Tuan peluncur roket, jika bisa tolong tekan tombol penghancur rudal di udara.”
Mengutip stasiun televisi Iran, Times of Israel menyebut sistem anti-serangan rudal Bavar-373 ini mampu mengenai sekitar 100 target pada saat yang sama dan menembaknya dengan enam jenis rudal.