Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Si hitam penyebab kanker

Menurut penyelidikan dari universitas harvard, minuman kopi bisa menyebabkan kanker pada pankreas. 2 cangkir kopi sehari membikin risiko kena kanker 2 kali lipat. (ksh)

4 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KECEMASAN terhadap kanker menjadi-jadi di Amerika Serikat. Yang paling akhir kopi disebutkan sebagai penyebab. Sebuah tim peneliti dari Universitas Harvard pertengahan Maret mengumumkan minuman kopi bisa menyebabkan kanker pada pankreas. Pankreas adalah penghasil berbagai ensim untuk pencernaan, termasuk juga insulin yang dibutuhkan dalam pengolahan gula dalam tubuh. Organ ini terletak di bagian bawah perut. Hasil penemuan itu sendiri sebenarnya dicapai secara tak sengaja. Tim penelitian yang dipimpin ahli epidemioloi Dr. Brian MacMahon bergerak untuk mengetahui lebih banyak mengenai sebab musabab penyakit kanker pankreas. Data-data dikumpulkan melalui wawancara dengan 369 penderita kanker pankreas di 11 rumahsakit di daerah Boston. Sebagai bahan pembanding diadakan pula wawancara dengan 644 pasien yang tak ada hubungannya dengan kanker pankreas. Pasien ditanya mengenai kebiasaan merokok dan minum alkohol. Tapi sambil lalu ditanyakan pula bagaimana kegemaran mereka terhadap kopi dan teh. Hasil penelitian tersebut yang diumumkan dalam berkala kedokteran New England Journal of Medicine yang terbit 12 Maret menyebutkan tidak ditemukannya hubungan antara kanker pankreas dengan kebiasaan mengisap cerutu, tembakau cangklong, minum alkohol maupun teh. Namun pada para perokok sigaret kemungkinan kena kanker pankreas nampaknya menjadi bertambah sedikit dibandingkan dengan yang lain. Usus Besar Tetapi yang mengejutkan para peneiiti dari AS itu adalah ditemukannya jumlah penderita kanker pankreas yang meningkat di antara pasien yang biasa minum kopi. Berdasarkan statistik yang diperoleh dari penelitian tadi, seorang yang minum 2 cangkir kopi sehari punya risiko kena kanker 2 kali lipat dibandingkan dengan yang tidak minum kopi. Yang meminum lebih dari 5 cangkir kemungkinan diserang kanker menjadi lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan yang bukan pecandu kopi. Karena penelitian ini baru bersirat pengumpulan data melalui wawancara, maka belum diketahui zat apa dalam kopi yang bisa menyebabkan kanker. Zat perangsang yang ditemukan dalam kopi adalah caffeine. Sementara teh, selain mengandung caffeine juga mengandung theophlline. Tak jelas apakah perbedaan dalam kandungan zat itu yang membuat teh menjadi bebas kanker pankreas. Sebab dalam penelitian yang dilakukan oleh orang-orang Harvard, pecandu teh yang berat ternyata bebas kanker. Tim Harvard masih akan melanjutkan penelitian itu ke lapangan penelitian yang lebih luas. Namun begitu, Brian MacMahon yang mengetuai tim tampak terpengaruh benar. "Saya sendiri sudah berhenti minum kopi sejak beberapa bulan yang lalu," katanya. MacMahon saban hari paling sedikit mereguk 3 cangkir kopi. Kanker pankreas bisa diatasi dengan jalan operasi, kalau penyakitnya belum parah. Di Indonesia kanker macam ini belum jelas bagaimana gawatnya. Orang-orang di AS tentu saja ternganga membaca laporan para ahli Harvard tadi. Sebab di negara itu kanker pankreas mengakibatkan sekitar 20.000 kematian per tahun. Ganasnya penyakit ini hanya bisa ditandingi kanker paru-paru, kanker usus besar, payudara dan prostat. "Penderita kanker pankreas yang dirawat hanya 1% yang bisa bertahan hidup selama 3 tahun," ulas MacMahon. Berita tentang kopi dan kanker ini mengakibatkan orang-orang di AS ada yang menggantikan minuman kesenangannya itu dengan teh atau susu. Mereka yang tak terpengaruh jalan terus dengan kopinya sembari mencibirkan penelitian yang dipimpin MacMahon. Kecaman juga muncul. Terutama dari persatuan pedagang kopi yang bergabung dalam National Coffee Association. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan organisasi yang mewakili industri kopi yang beromset sebesar $ 7 milyar/tahun, sistem penelitian Harvard tadi dikritik. Sebab kepada paien yang diteliti di rumahsakit itu hanya ditanyakan berapa cangkir kopi yang mereka minum tiap hari sebelum sakit. Dan samasekali tak ada usaha untuk mengetahui apakah mereka menyukai kopi yang sudah dihilangkan caffeine-nya. Lagi pula harus dicari dulu apakah mereka meminum kopi kental atau yang encer saja. Dengan susu atau tidak. Pakai gula putih atau pemanis yang lain. "Variasi dalam meminum kopi mungkin juga bisa mengakibatkan penyakit," kata pernyataan tersebut. MacMahon sendiri mengakui sistem penelitiannya masih mengandung kelemahan. Sebab penelitian hanya meliputi pasien di rumah sakit. Belum mencakup lapisan masyarakat pecandu kopi secara luas. Barangkali Dr. Brian MacMahon juga perlu mewawancarai Carina Nilsson Regner dari Swedia. Wanita ini mencapai usia 109 tahun, dan baru meninggal 22 Maret yang lalu. Selama hidup nenek itu dikenal suka kerja keras, sedikit tidur dan doyan minum kopi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus