KECEMASAN terhadap kanker menjadi-jadi di Amerika Serikat. Yang
paling akhir kopi disebutkan sebagai penyebab. Sebuah tim
peneliti dari Universitas Harvard pertengahan Maret mengumumkan
minuman kopi bisa menyebabkan kanker pada pankreas. Pankreas
adalah penghasil berbagai ensim untuk pencernaan, termasuk juga
insulin yang dibutuhkan dalam pengolahan gula dalam tubuh. Organ
ini terletak di bagian bawah perut.
Hasil penemuan itu sendiri sebenarnya dicapai secara tak
sengaja. Tim penelitian yang dipimpin ahli epidemioloi Dr.
Brian MacMahon bergerak untuk mengetahui lebih banyak mengenai
sebab musabab penyakit kanker pankreas.
Data-data dikumpulkan melalui wawancara dengan 369 penderita
kanker pankreas di 11 rumahsakit di daerah Boston. Sebagai bahan
pembanding diadakan pula wawancara dengan 644 pasien yang tak
ada hubungannya dengan kanker pankreas. Pasien ditanya
mengenai kebiasaan merokok dan minum alkohol. Tapi sambil lalu
ditanyakan pula bagaimana kegemaran mereka terhadap kopi dan
teh.
Hasil penelitian tersebut yang diumumkan dalam berkala
kedokteran New England Journal of Medicine yang terbit 12 Maret
menyebutkan tidak ditemukannya hubungan antara kanker pankreas
dengan kebiasaan mengisap cerutu, tembakau cangklong, minum
alkohol maupun teh. Namun pada para perokok sigaret kemungkinan
kena kanker pankreas nampaknya menjadi bertambah sedikit
dibandingkan dengan yang lain.
Usus Besar
Tetapi yang mengejutkan para peneiiti dari AS itu adalah
ditemukannya jumlah penderita kanker pankreas yang meningkat di
antara pasien yang biasa minum kopi. Berdasarkan statistik yang
diperoleh dari penelitian tadi, seorang yang minum 2 cangkir
kopi sehari punya risiko kena kanker 2 kali lipat dibandingkan
dengan yang tidak minum kopi. Yang meminum lebih dari 5 cangkir
kemungkinan diserang kanker menjadi lebih dari 3 kali lipat
dibandingkan dengan yang bukan pecandu kopi.
Karena penelitian ini baru bersirat pengumpulan data melalui
wawancara, maka belum diketahui zat apa dalam kopi yang bisa
menyebabkan kanker. Zat perangsang yang ditemukan dalam kopi
adalah caffeine. Sementara teh, selain mengandung caffeine juga
mengandung theophlline. Tak jelas apakah perbedaan dalam
kandungan zat itu yang membuat teh menjadi bebas kanker
pankreas. Sebab dalam penelitian yang dilakukan oleh orang-orang
Harvard, pecandu teh yang berat ternyata bebas kanker.
Tim Harvard masih akan melanjutkan penelitian itu ke lapangan
penelitian yang lebih luas. Namun begitu, Brian MacMahon yang
mengetuai tim tampak terpengaruh benar. "Saya sendiri sudah
berhenti minum kopi sejak beberapa bulan yang lalu," katanya.
MacMahon saban hari paling sedikit mereguk 3 cangkir kopi.
Kanker pankreas bisa diatasi dengan jalan operasi, kalau
penyakitnya belum parah. Di Indonesia kanker macam ini belum
jelas bagaimana gawatnya. Orang-orang di AS tentu saja ternganga
membaca laporan para ahli Harvard tadi. Sebab di negara itu
kanker pankreas mengakibatkan sekitar 20.000 kematian per tahun.
Ganasnya penyakit ini hanya bisa ditandingi kanker paru-paru,
kanker usus besar, payudara dan prostat. "Penderita kanker
pankreas yang dirawat hanya 1% yang bisa bertahan hidup selama 3
tahun," ulas MacMahon.
Berita tentang kopi dan kanker ini mengakibatkan orang-orang di
AS ada yang menggantikan minuman kesenangannya itu dengan teh
atau susu. Mereka yang tak terpengaruh jalan terus dengan
kopinya sembari mencibirkan penelitian yang dipimpin MacMahon.
Kecaman juga muncul. Terutama dari persatuan pedagang kopi yang
bergabung dalam National Coffee Association.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan organisasi yang mewakili
industri kopi yang beromset sebesar $ 7 milyar/tahun, sistem
penelitian Harvard tadi dikritik. Sebab kepada paien yang
diteliti di rumahsakit itu hanya ditanyakan berapa cangkir kopi
yang mereka minum tiap hari sebelum sakit. Dan samasekali tak
ada usaha untuk mengetahui apakah mereka menyukai kopi yang
sudah dihilangkan caffeine-nya. Lagi pula harus dicari dulu
apakah mereka meminum kopi kental atau yang encer saja. Dengan
susu atau tidak. Pakai gula putih atau pemanis yang lain.
"Variasi dalam meminum kopi mungkin juga bisa mengakibatkan
penyakit," kata pernyataan tersebut.
MacMahon sendiri mengakui sistem penelitiannya masih mengandung
kelemahan. Sebab penelitian hanya meliputi pasien di rumah
sakit. Belum mencakup lapisan masyarakat pecandu kopi secara
luas.
Barangkali Dr. Brian MacMahon juga perlu mewawancarai Carina
Nilsson Regner dari Swedia. Wanita ini mencapai usia 109 tahun,
dan baru meninggal 22 Maret yang lalu. Selama hidup nenek itu
dikenal suka kerja keras, sedikit tidur dan doyan minum kopi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini