Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

15 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRANCIS-PORTUGAL
Amukan si Jago Merah

Kebakaran hebat melanda kawasan selatan Prancis dan Portugal, Rabu malam pekan lalu. Sedikitnya empat orang tewas, puluhan rumah hangus, serta ribuan penduduk, termasuk turis, diungsikan akibat amukan si jago merah.

Di Prancis, beberapa titik api bergabung, membentuk kolom api dan merembet ke kota pelabuhan Marseille di tepi Laut Mediterania. Ratusan kilometer ke arah barat, api menyapu Funchal, ibu kota Pulau Madeira, di Portugal.

”Terlihat seperti kiamat,” kata Caroline Vidal, seorang warga Vitrolles, Marseille, kepada stasiun iTele TV. Vidal menuturkan selama melarikan diri ke rumah neneknya, ia menyaksikan warga berlarian ke jalan raya untuk menghindari kepungan api dan asap.

Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve mengatakan kebakaran dipicu oleh musim panas yang kering. Api melalap sedikitnya 2.700 hektare lahan. ”Empat petugas pemadam kebakaran terluka di dekat kawasan Herault,” ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Portugal melaporkan 14 kebakaran hutan juga melanda daratan negeri itu. Hampir 4.500 petugas pemadam dikerahkan dalam operasi skala besar, yang didukung oleh 28 pesawat dan 1.300 kendaraan pengangkut air.

PAKISTAN
Serangan Bom Beruntun

Kota Quetta di Provinsi Balochistan, barat daya Pakistan, kembali diguncang bom, Kamis pekan lalu. Sebuah ledakan menghantam kendaraan pasukan keamanan Pakistan. Sedikitnya 13 orang terluka, termasuk empat anggota pasukan keamanan.

Menteri Dalam Negeri Pakistan Safaraz Bugti mengatakan bom rakitan itu menyasar personel polisi yang mengawal seorang hakim. ”Mobil hakim sedang melintas, tapi saya percaya polisi yang diincar,” katanya, seperti diberitakan Reuters.

Ledakan itu merupakan serangan kedua di Pakistan dalam sepekan ini. Pada Senin pekan lalu, sebuah bom menghantam Rumah Sakit Umum Pakistan di Quetta, menewaskan 74 orang, kebanyakan pengacara dan jurnalis, serta melukai ratusan lainnya.

Serangan mematikan itu terjadi saat ratusan pelayat tengah berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir kepada Bilal Anwar Kasi, pengacara terkemuka Pakistan. Kasi tewas ditembak di Quetta pada pagi hari itu.

Faksi kelompok Taliban di Pakistan, Jamaat-ur-Ahrar, mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut. ”Kami berjanji akan terus melancarkan serangan,” kata juru bicara kelompok itu, Ehsanullah Ehsan. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang gencar merekrut pengikut di Pakistan dan Afganistan, juga latah mengklaim serangan tersebut.

AUSTRALIA
Borok di Pusat Detensi

Pusat penampungan pencari suaka Australia di Pulau Nauru menyimpan borok. Lebih dari 2.000 kasus, termasuk pelecehan seksual, penyerangan, dan upaya menyakiti diri sendiri, dilaporkan terjadi di pulau mungil di Pasifik itu.

Insiden itu terkuak dari bocoran dokumen yang dilaporkan The Guardian pada Rabu pekan lalu. Dokumen setebal 8.000 halaman itu menunjukkan lebih dari separuh kasus melibatkan anak-anak.

”Kejadian tercatat selama Mei 2013-Oktober 2015,” begitu menurut surat kabar itu. Temuan ini mencuat beberapa pekan setelah insiden perlakuan brutal terhadap para narapidana remaja di Pusat Tahanan Anak di Northern Territory, Australia.

Di bawah kebijakan Australia, ratusan pencari suaka dikirim ke Nauru dan kamp detensi lain di Pulau Manus di Papua Nugini. ”Mereka tidak akan pernah menetap di Australia,” seperti dilaporkan Huffington Post.

TURKI-RUSIA
Ankara Menoleh ke Kremlin

Turki kembali memperbaiki hubungan dengan Rusia. Dalam pertemuan di Kota St Petersburg, Rusia, Selasa pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kedua negara akan menjalin kerja sama di bidang militer, ekonomi, dan budaya. ”Sebuah lembaran baru hubungan Turki-Rusia,” kata Erdogan, seperti dikutip kantor berita TASS.

Inilah pertemuan pertama Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak insiden penembakan jet Rusia oleh pesawat Turki pada 24 November 2015. Kejadian di wilayah perbatasan Turki-Suriah itu sempat membuat tegang hubungan kedua negara.

Lawatan ke Rusia juga merupakan perjalanan pertama Erdogan ke luar negeri selepas kudeta gagal pada 15 Juli lalu. ”Panggilan telepon Anda segera setelah kudeta itu sangat menggembirakan bagi saya, kepemimpinan kami, dan rakyat kami,” ujar Erdogan.

Putin menyambut hangat kedatangan Erdogan. Terlebih, menurut dia, Erdogan memilih Rusia sebagai tujuan lawatan pertama setelah didera krisis politik di dalam negeri. ”Ini menunjukkan kami ingin memulihkan dialog dan hubungan antara Turki dan Rusia,” kata Putin kepada wartawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus