Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ketika Gonggong Menyasar Marina

Enam orang ditangkap karena dicurigai menyiapkan serangan teror di Batam dan Singapura. Terhubung dengan Bahrun Naim.

15 Agustus 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lubang bekas dobrakan masih menganga pada bagian tengah pintu rumah berbahan papan lapis di Perumahan Mediterania, Batam Centre, Kota Batam, Selasa pekan lalu. Rumah di Blok FF1 Nomor 9 ini lengang. Pita kuning segel polisi melintang di pintu dan pagarnya. Beberapa lembar pakaian anak-anak dan orang dewasa berjejer di jemuran. Itulah rumah Gigih Rahmat Dewa, 31 tahun, yang ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI dengan tuduhan terlibat terorisme pada Jumat dua pekan lalu.

Penyergapan pada pukul 08.30 itu sungguh mengejutkan Kasiman, Ketua Rukun Warga 8, Kelurahan Baloi Permai, Kecamatan Batam. Seorang polisi tiba-tiba meminta ia menjadi saksi penggeledahan. Kasiman patuh, bergegas ke rumah Gigih. Tak berapa lama, puluhan polisi dari Densus 88 dan Satuan Gegana Brigade Mobil Kepolisian Daerah Riau tiba dengan iring-iringan mobil. ”Mereka menyebar dan menutup jalan menuju rumah Gigih,” kata Kasiman, Selasa pekan lalu.

Beberapa anggota Densus 88 menyuruh warga perumahan masuk ke rumah masing-masing. ”Kami kaget, kok, banyak polisi menenteng senjata laras panjang,” ujar Rifki, tetangga Gigih. Mereka hanya mengintip kegiatan Densus 88 dari balik jendela. Penggeledahan rumah Gigih dimulai. Sebelum anggota Densus 88 dan Kasiman, seorang anggota Gegana berpakaian khusus penjinak bom masuk ke rumah Gigih.

Polisi menangkap Gigih karena meya­kini dia pemimpin jaringan teroris Kelompok Batam atau Kelompok Gigih Rahmat Dewa. Polisi juga menjulukinya Khitabah Gonggong Rebus. Gonggong atau kerang laut rebus merupakan makanan khas Batam. Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan kelompok ini hendak menyerang Marina Bay di Singapura, yang berhadapan dengan Batam. Jarak pantai Batam-Marina Bay sekitar 25 kilometer.

Menurut Tito, kelompok ini berencana menggunakan semacam roket untuk menyerang Marina. Perintah memakai roket datang langsung dari Bahrun Naim, petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia. Namun, karena belum menemukan roket, mereka mencari peralatan untuk membuatnya. ”Perintahnya mencari dan membuat sendiri,” katanya.

Hingga tertangkap, Gonggong belum berhasil menemukan bahan-bahan pembuat roket. Di sejumlah tempat kejadian, petugas Densus tidak menemukan barang bukti. ”Baru sebatas rencana, belum terealisasi,” ujar Tito.

Marina Bay merupakan kawasan hiburan terpadu mewah yang meliputi antara lain hotel, kasino, dan pusat belanja. Rencana penyerangan jaringan Gigih terungkap dari komunikasi mereka melalui Face­book dan aplikasi pesan LINE dengan Bahrun Naim. Kini Bahrun diduga berada di wilayah Suriah. ”Mereka berhubungan langsung dengan Bahrun Naim, yang telah bergabung ke ISIS,” kata Tito.

Gigih bersama lima anggota jaringannya ditangkap pada hari yang sama di sejumlah tempat di Batam. Trio Syafrido, 46 tahun, pegawai bank, ditangkap di Jalan Tengku Umar, Nagoya. Eka Saputra, 33 tahun, pegawai pabrik, digerebek di Perumahan Cluster Sakura, Batam Centre. Sedangkan Tarmidzi, 21 tahun, buruh pabrik, ditangkap di depan pabrik Panasonic di Jalan Laksamana Bintan, Batam Centre. Hadi Gusti Yanda, 20 tahun, buruh pabrik, dan Muhammad Tegar Sucianto, 20 tahun, yang juga buruh pabrik, ditangkap secara bersamaan di Jalan Brigjen Katamso, Batu Aji.

Menurut Kasiman, Densus 88 memeriksa semua barang, termasuk lemari dan laci rumah Gigih. Setiap sudut juga diperiksa. Penggeledahan itu berlangsung 40 menit. Kasiman melihat beberapa barang disita, di antaranya kartu keluarga, buku tabungan, buku nikah, serta paspor milik Gigih, istri, dan anaknya. Densus 88 juga menyita satu kamera DSLR dan panah. ”Panah itu ditemukan di lantai kamar,” ujar Kasiman.

Kasiman tak menyangka Gigih menjadi anggota jaringan terorisme. Menurut dia, sebelum menetap di Blok FF1 bersama istri dan anaknya, Gigih tinggal dengan kakaknya di Blok GG di perumahan yang sama. Dalam setiap kegiatan gotong-royong, Gigih selalu hadir. Dia pun taat beribadah. Belakangan, sejak tinggal di Blok FF1, Gigih jarang ikut gotong-royong dan pengajian warga perumahan. ”Mungkin sibuk di kantor,” kata Rifki, tetangga Gigih.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan Gigih akan menyerang Singapura menggunakan roket dari Batam atas perintah Bahrun Naim. Kelompok ini juga memiliki tempat berlatih militer di kawa­san Nongsa, Batam. Gigih diduga pernah menampung dua anggota jaringan teroris yang berasal dari Uighur di wilayah Republik Rakyat Cina, Doni dan Ali. Doni dideportasi ke negaranya, sedangkan Ali ditangkap di Bekasi pada akhir 2015. ”Dia termasuk dalam tiga orang yang ditangkap saat itu,” tutur Agus. Salah satunya Arif Hidayatullah alias Abu Mushab.

Saat penangkapan di Bekasi, polisi menemukan banyak bahan untuk merakit bom dan buku cara membuat bom. Peran lain Gigih adalah menjadi fasilitator untuk orang yang ingin bergabung dengan kelompok radikal di Suriah melalui Turki. Polisi menuding Gigih membantu Dwi Djoko Wiwoho, pejabat Badan Pengusahaan Batam, yang bergabung dengan ISIS pada November tahun lalu. Dwi Djoko diduga berangkat ke Turki dari Singapura, lalu menyeberang ke Suriah.

Penangkapan Gigih mengejutkan Ita, istrinya. Kepada Tempo, Ita mengatakan suaminya ditangkap ketika dalam perjalanan ke kantor, yang baru diketahui belakangan, dari berita di Internet, sekitar pukul 10.00. Ia membantah tuduhan bahwa suaminya terlibat terorisme.

Pegawai Information Technology Centre di kawasan Batam Centre itu menyatakan kehidupan mereka biasa-biasa saja. Ibunda seorang bocah yang sedang hamil tujuh bulan ini menyatakan tak kenal dengan lima orang lain yang ditangkap bersama suaminya. Menurut dia, Gigih punya banyak teman, tapi ia tak kenal satu per satu. ”Saya khawatir terhadap suami saya. Semoga baik-baik saja,” kata Ita.

Sunudyantoro, Rezki Alvionitasari (Jakarta), Anwar (Batam)

Pemberi Perintah dari Suriah

Petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia, Bahrun Naim, dituding sebagai otak di balik rencana serangan kelompok Gonggong Rebus ke Marina Bay, Singapura. Lelaki yang bermukim di Suriah ini disebut-sebut memerintahkan serangan itu melalui pesan Facebook dan LINE kepada pemimpin kelompok tersebut, Gigih Rahmat Dewa. Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI mengendus komunikasi mereka.

Nama:Muhammad Bahrunna'im Anggih Tamtomo alias Bahrun Naim alias Bahrun alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah

Tempat dan tanggal lahir: Pekalongan, 6 September 1983

Alamat kontrakan:Jalan Kali Sampang RT 02 RW 03, Kampung Mertodranan, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

Alamat berdasarkan KTP: RT 01 RW 01, Sangkrah, Kota Surakarta

Pendidikan:Lulusan Program Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Solo, 2005

Murid Aman Abdurrahman:

Bahrun adalah murid setia Aman Abdurrahman, imam kelompok Tauhid Wal Jihad yang telah berbaiat ke ISIS. Aman mendekam di penjara Kembang Kuning, Nusakambangan, karena terlibat pelatihan militer di Jalin, Jantho, Aceh Besar, pada 2010. Polisi menyatakan Bahrun pergi ke wilayah ISIS di Suriah pada Februari 2014 dan menetap di sana .

Jejak-jejak Teror

» Dihukum 2 tahun 6 bulan penjara karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm dan 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noor Din M. Top masih kuat. Ipung adalah perantara Abdullah Sunata dengan Jamaah Islamiyah dan kerap bertemu dengan Noor Din.

» Mengunggah video ketua kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, pada November 2015. Dalam video berdurasi 9 menit 34 detik itu, Santoso menyatakan mengincar Kepolisian Daerah Metro Jaya.

» Salah satu anggota jaringannya, Arif Hidayatullah, ditangkap di Bekasi pada Desember 2015 karena diduga menyiapkan serangkaian teror di pengujung tahun.

» Sebelum bom Thamrin pada 14 Januari lalu, Bahrun mempublikasikan tulisannya di blog Bahrunnaim.co dan di SoundCloud tentang cara membuat bom serta menyiapkan serangan seperti di Paris pada November 2015.

» Nur Rohman, pelaku peledakan bom bunuh diri Markas Kepolisian Resor Solo, Jawa Tengah, 5 Juli 2016, merupakan anggota jaringan Bahrun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus