Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HONG KONG
Aktivis Prodemokrasi Diadili
AKTIVIS demokrasi Hong Kong, Joshua Wong, kembali disidangkan. Pengadilan dimulai pada Kamis pekan lalu. Tuduhannya adalah menghalangi petugas yang akan membersihkan area protes pada 26 November 2014.
Pendiri grup pelajar prodemokrasi, Scholarism, tersebut adalah salah satu pemimpin demo 79 hari yang melumpuhkan Hong Kong pada 2014. Aksi ituterkenal sebagai gerakan Occupy.
"Hari Senin, Wong dan tiga siswa lain kembali disidangkan di Pengadilan Magistrat dengan dua tuduhan. Pertama, berkumpul yang melanggar hukum. Kedua, menghasut orang lain untuk ikut dengannya," tulis situs berita Channel News Asia.
Untuk kesalahan tersebut, masing-masing terancam hukuman dua tahun penjara. Remaja 19 tahun itu bersama ketiga temannya menyatakan diri tidak bersalah.
Mei mendatang, Wong juga akan diadili karena menggelar aksi protes anti-Cina, yakni demo di luar kantor perwakilan Cina pada Juni 2014.
Pada sidang Kamis, 20 aktivis Occupy meminta pengadilan mencabut tuduhan menghina sidang karena jaksa tidak melanggar prosedur. Menurut pengacara, sidang seharusnya dilakukan 14 hari setelah surat perintah penangkapan. Namun Departemen Kehakiman menyatakan penundaan sidang bukan berarti tuduhan boleh dicabut.
LAUT CINA SELATAN
Militerisasi Cina Kian Kentara
CINA memperkuat peranti militernya di Laut Cina Selatan. Setelah menempatkan rudal, kini Beijing memposisikan jet-jet tempur dan radar di Pulau Woody, Kepulauan Paracel. Perkembangan itu menuai kecaman Amerika Serikat.
Tapi Cina bergeming dan balik menuduh Washington. "Amerika Serikat adalah promotor militerisasi di Laut Cina Selatan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian, seperti dilaporkan Reuters. Menurut dia, pembangunan fasilitas militer di kepulauan dan karang di Laut Cina Selatan benar-benar diperlukan.
Pernyataan Wu menegaskan niat Cina memperkuat militer di kepulauan yang diperebutkan Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Taiwan tersebut. Bukan hanya Amerika, Vietnam dan Filipina pun langsung menyampaikan protes. Adapun Washington bertekad menambah patroli untuk memastikan kebebasan navigasi.
INGGRIS
Brexit Memicu Perpecahan Uni Eropa
RENCANA Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE) memicu kekhawatiran runtuhnya blok itu. Meski referendum untuk menentukan masa depan Inggris di Uni Eropa baru akan digelar pada 23 Juni mendatang, kalangan pro-UE sudah menggelar kampanye.
Ratusan perusahaan ternama Inggris mengimbau penduduk agar mendukung keanggotaan Uni Eropa untuk menjamin dana investasi dan lapangan kerja.
Menurut situs berita Vox.com, jajak pendapat hingga saat ini menunjukkan sebagian besar warga Inggris memilih tetap bersama UE. Namun bukan berarti ancaman "Brexit"—singkatan dari Britain Exit—tidak ada.
"Jika Inggris meninggalkan UE, ada bahaya negara-negara UE lain mengikuti langkah itu, menyebabkan perpecahan UE secara bertahap," tulis Vox.com. Salah satu contohnya Republik Cek. Perdana Menteri Bohuslav Sobotka beberapa kali sudah memperingatkan soal "Czexit", yang mengikuti "Brexit".
Adapun sebuah jajak pendapat di Belanda menyebutkan 53 persen warga mendukung referendum keanggotaan Uni Eropa.Presiden Polandia Andrezj Duda khawatir, jika Inggris benar-benar keluar, hal itu akan memicu krisis besar, bahkan runtuhnya Uni Eropa.
SURIAH
Gencatan Senjata Tak Jamin Perdamaian
GENCATAN senjata di Suriah masih mengkhawatirkan. Meskipun semua pihak, antara lain Amerika Serikat dan Rusia,telah sepakat awal pekan lalu. Termasuk pihak oposisi, tidak termasuk milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Al-Nusra Front.
Presiden Suriah Bashar al-Assad berjanji kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa pihaknya siap menghormati gencatan senjata. Menurut Kremlin, Assad menggambarkan gencatan senjata sebagai sebuah "langkah ke depan yang penting dalam suatu resolusi politik" terhadap perang saudara di Suriah.
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah, Staffan de Mistura, juga memastikan gugus tugas pengawas gencatan senjata telah siap bekerja saat gencatan senjata berlaku tepat pada tengah malam Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo